Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Begini Cerita Nabi Khidir Saat Berjumpa Nabi Musa Dalam Al-Quran

INIRUMAHPINTAR - Pernah dengar kisah Nabi Khidir? Apakah Anda percaya jikalau ada yang menyampaikan Nabi Khidir ialah utusan Allah yang masih hidup hingga kini sebab sudah meminum air kehidupan? Apakah Anda yakin Nabi Khidir pernah berjumpa dengan ulama atau wali-wali Allah di zaman sekarang? ataukah ada yang sangat yakin Nabi Khidir ialah Nabi yang abadi selamanya? Sebelum menyimpulkan,  mari kita simak selengkapnya bagaimana sepak terjang Nabi Khidir sebagaiman disebutkan dalam belahan Kitab Al-Quran surah Al Kahfi ayat 60 hingga dengan 82 diberikut ini :

Dan [ingatlah] saat Musa berkata kepada anakdidiknya: "Aku tidak akan berhenti [berjalan] sebelum hingga ke pertemuan dua buah lautan; atau saya akan berjalan hingga bertahun-tahun". (60) Maka tatkala mereka hingga ke pertemuan dua buah bahari itu, mereka lalai akan ikannya, kemudian ikan itu melompat mengambil jalannya ke bahari itu. (61) Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada anakdidiknya: "Bawalah ke mari makanan kita; tolong-menolong kita sudah merasa letih sebab perjalanan kita ini". (62) Muridnya menjawaban: "Tahukah engkau tatkala kita mencari daerah berlindung di watu tadi, maka tolong-menolong saya lupa [menceritakan perihal] ikan itu dan tidak ialah yang melupakan saya untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke bahari dengan cara yang guah sekali." (63) Musa berkata: "Itulah [tempat] yang kita cari". Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka tiruanla. (64) Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang sudah Kami diberikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang sudah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. (65) 
sumber ilustrasi : www.flickr.com
Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah saya mengikutimu supaya engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang sudah diajarkan kepadamu?" (66) Dia menjawaban: "Sesungguhnya engkau sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. (67) Dan bagaimana engkau sanggup sabar atas sesuatu, yang engkau belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" (68) Musa berkata: "Insya Allah engkau akan mendapati saya sebagai seorang yang sabar, dan saya tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun". (69) Dia berkata: "Jika engkau mengikutiku, maka tidakbolehlah engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, hingga saya sendiri menerangkannya kepadamu". (70) 

Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu kemudian Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa engkau melobangi perahu itu hasilnya engkau menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya engkau sudah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. (71) Dia [Khidhr] berkata: "Bukankah saya sudah berkata: "Sesungguhnya engkau sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku" (72) Musa berkata: "Janganlah engkau menghukum saya sebab kelupaanku dan tidakbolehlah engkau membebani saya dengan sesuatu kesusahan dalam urusanku". (73) Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa engkau bunuh jiwa yang membersihkan, bukan sebab beliau membunuh orang lain? Sesungguhnya engkau sudah melaksanakan suatu yang mungkar". (74) Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa tolong-menolong engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku?" (75) 

Musa berkata: "Jika saya bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah [kali] ini, maka tidakbolehlah engkau memperbolehkan saya menyertaimu, tolong-menolong engkau sudah cukup mempersembahkan uzur padaku". (76) Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya hingga kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapat dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau engkau mau, pasti engkau mengambil upah untuk itu". (77) Khidhr berkata: "INI perpisahan antara saya dengan engkau; Aku akan memdiberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sanggup sabar terhadapnya. (78) Adapun perahu itu ialah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan saya bertujuan merusakkan perahu itu, sebab di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. (79) Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya ialah orang-orang mu’min, dan kami khawatir bahwa beliau akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. (80) 

Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih akungnya [kepada ibu bapaknya]. (81) Adapun dinding rumah itu ialah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya ialah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki biar supaya mereka hingga kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah saya melakukannya itu berdasarkan kemauanku sendiri. Demikian itu ialah tujuan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sanggup sabar terhadapnya". (82)


Beginilah Kisah Nabi Khidir Ketika Berjumpa Nabi Musa dalam Al-Quran. Semoga bermanfaa!