Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian, Sejarah, Prinsip Penyusunan Ejaan Bahasa Indonesia

INIRUMAHPINTAR - Pembahasan kali ini terkena pengertian, sejarah singkat perkembangan Bahasa Indonesia dari waktu ke waktu dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam penyusunan ejaan tersebut. Materi ini dikumpulkan dari sejumlah buku pilihan. Informasi judul buku dan pengarang yang disertakan di pecahan simpulan goresan pena ini memdiberi panduan pembaca untuk membeli buku-buku tersebut di toko buku terdekat sekiranya membutuhkan informasi lebih lanjut. Tanpa berpanjang lebar lagi, diberikut klarifikasi materinya:


Pengertian Ejaan dalam Bahasa Indonesia

sumber rujukan : www.flickr.com
Ejaan ialah penggambaran suara bahasa (kata, kalimat, dsb) dengan kaidah goresan pena (huruf) yang distandardisasikan dan mempunyai makna. Ejaan mempunyai tiga aspek, yaitu aspek fonologis (abjad), aspek morfologis (satuan-satuan morfem), dan aspek sintaksis (tanda baca).

Ejaan juga sanggup diartikan sebagai kaidah tulis menulis baku yang didasarkan pada penggambaran bunyi. Ejaan tidak spesialuntuk mengatur cara menggunakan huruf, tetapi juga cara menulis kata dan cara menggunakan tanda baca.

Ejaan ialah keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang suara ujaran dan bagaimana interrelasi antara lambang-lambang itu dalam suatu bahasa. Dalam sistem ejaan suatu bahasa diputuskan:
  1. Bagaimana fonem dilambangkan dengan huruf
  2. Bagaimana satuan-satuan morfologis, menyerupai kata dasar, kata ulang, kata diberimbuhan, dan kata beragam dituliskan.
  3. Bagaimana menuliskan kalimat dan bagian-bagian kalimat.
  4. Bagaimana pemakaian tanda baca.
Penggunaan huruf, penulisan kata, dan penerapan tanda baca dihentikan diabaikan alasannya akan menimbulkan perbedaan makna.

Sejarah Singkat Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

Sistem ejaan di Indonesia yang menggunakan huruf latin dimulai semenjak kehadiran orang Eropa ke Nusantara. Ejaan latin yang digunakan untuk bahasa Melayu dan bahasa Indonesia semenjak era ke-16 mengalami perubahan berkali-kali. Pada mulanya, setiap penulis buku mempunyai hukum sendiri untuk menuliskan vokal, konsonan, kata, kalimat, jeda, dan sebagainya. Jadi, kita sanggup membayangkan betapa susahnya mengajarkan bahasa Melayu dengan sistem ejaan yang berlainan itu.

Hal tersebut menjadi lebih ruwet lagi alasannya bahasa Melayu digunakan di Hindia Belanda (Indonesia) yang dijajah Belanda, dan Tanah Semenanjung (Malaysia) yang dijajah Inggris. melaluiataubersamaini demikian, cara mengeja bahasa Melayu pun dipengaruhi oleh bahasa penjajahnya, yaitu bahasa Belanda dan bahasa Inggris. Oleh alasannya itu, pada tahun 1987 A.A.Fokker, Sr. mengusulkan penyeragaman ejaan melayu dengan huruf latin di dua kawasan jajahan tersebut. Pada tahun 1901 Ch.A. van Ophuijsen dimenolong oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’mur dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun sebuah sistem ejaan guna mengakhiri kekacauan ejaan hingga dikala itu di Hindia Belanda. Ejaan itu dimuat dalam buku Kitab Logat Melajoe. Ejaannya dikenal dengan nama Ejaan van Ophuijsen.

Dua tahun setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan, Soewandi, tetapkan penyusunan ejaan yang lebih sederhana daripad Ejaan van Ophuijsen. Ejaan itu didiberi nama Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Inisiatif Soewandi untuk menyederhanakan dan menyelaraskan ejaan dengan perkembangan bahasa menerima sambutan baik.

Masalah ejaan muncul kembali ketika diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia Kedua di Medan pada tahun 1954. Dalam kongres itu diputuskan membentuk sebuah panitia yang menyusun peraturan ejaan bahasa Indonesia yang praktis. Pada tahun 1957 panitia ini berhasil menyusun sebuah ejaan yang dinamakan Ejaan Pembaharuan.

Selanjutnya pada tahun 1959 terjadi janji antara Republik Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu (Malaysia) untuk menyamakan ejaan bahasa di kedua negara itu. Konsep ejaan yang disusun dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Namun, alasannya terjadi konfrontasi dengan Malaysia, pelantikan ejaan ini diurungkan. Sesudah masa konfrontasi dengan Malaysia, perjuangan penyamaan ejaan tahun 1959 dihidupkan kembali. Pada tahun 1972 Presiden RI tetapkan ejaan gres yang berjulukan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan inilah yang kita pakai hingga dikala ini. Pada tahun 1972 itu juga pemerintah Malaysia meresmikan Ejaan Baru Bahasa Malaysia. Walaupun namanya berlainan, pada pada dasarnya kedua ejaan itu sama.

Perlu juga diketahui bahwa Ejaan Pembaruan 1957, Ejaan Melindo, dan Ejaan Baru 1966 belum pernah diresmikan. Namun, antara Ejaan Baru 1966 dan EYD 1972 terdapat persamaan dalam pemakaian huruf. Perbedaan keduanya spesialuntuk terletak pada perincian kaidah-kaidahnya saja.

Berikut ini ialah tabel perbandingan ejaan bahasa Indonesia dari waktu ke waktu:


Prinsip dalam Penyusunan Ejaan Bahasa Indonesia

Dalam Bahasa Indonesia, ada 4 prinsip penyusunan ejaan yang perlu diketahui, yaitu:

1. Prinsip Kecermatan
Sistem ejaan dihentikan mengandung kontradiksi. Bila suatu tanda sudah digunakan untuk melambangkan satu fonem, maka tanda itu seterusnya digunakan untuk fonem itu.

2. Prinsip Kehematan
Diperlukan suatu standar yang mantap untuk menyusun suatu ejaan semoga orang sanggup menghemat tenaga dan pikirannya dalam berkomunikasi

3. Prinsip Keluwesan
Sistem ejaan harus terbuka bagi perkembangan bahasa di kemudian hari. Dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) diputuskan penggunakan f untuk aktif, sifat, fakultas, dan sebagainya. Dalam ejaan Soewandi tidak ada ketepatan terkena huruf f, v, z, sj, (EYD: sy), ch (EYD: kh), padahal selama ini lazim digunakan sifat, valuta, zeni, sjarat (EYD: syarat), chusus (EYD: khusus).

4. Prinsip Kepraktisan
Diusahakan untuk tidak menggunakan huruf-huruf gres yang tidak lazim semoga tidak perlu mengganti mesin tik, komputer, gadget dan peralatan tulis lainnya. Penggunaan tanda diakritis lebih kurang mudah daripada penerapan huruf ganda. Oleh alasannya itu, EYD mempertahankan huruf ganda ng, ny, sy, kh walaupun huruf-huruf ganda itu menggambarkan fonem tunggal. Pemakaian huruf ganda itu tetap dipertahankan mengingat prinsip kepraktisan untuk menggantinya dengan huruf gres atau menggunakan tanda diaKoreksi.

Keempat prinsip itu disebut berurutan, tetapi pelaksanaannya saling melengkapi. Prinsip di atas diterapkan dalam penyusunan EYD. Hal itu ialah salah satu kelebihan EYD bilang dibandingkan dengan sistem ejaan lain.

Referensi:

1.  Judul Buku: Yes! Aku Lolos SBMPTN IPS/SAINTEK oleh Veronika Neni
2.  Judul Buku: Pesona bahasa: langkah awal memahami linguistik diedit oleh Untung Yuwono
3. Judul Buku: Big Book SBMPTN SOSHUM 2016 oleh Dewi Rossalia, M.Pd., Moch. Amin Mukhyiddin, Lusi Susilawati, Nurul Hudha, Alvina Kusuma, Muh. Amien, Adip M.S., Estiwi R.P., Yuli Pratiwi, Triyani, D. C. Ningsih

Demikian pembahasan lengkap perihal  Pengertian, Sejarah, Prinsip Penyusunan Ejaan Bahasa Indonesia. Semoga bermanfaa! ^_^