Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian, Ciri-Ciri, Bentuk, Fungsi, Unsur Fiksi

INIRUMAHPINTAR -Apa sih fiksi itu? Apa perbedaannya dengan nonfiksi? apakah mempunyai kesamaan dengan mitos? bagaimana perbandingannya dengan fakta? Materi diberikut ini diperlukan bisa mempersembahkan pencerahan dan jawabanan akurat wacana sejumlah pertanyaan yang masih sering diajukan para penggiat sastra bahasa Indonesia.

Pengertian Fiksi Menurut Ahli dan Berbagai Sumber

Semi (2008:76) menyampaikan bahwa fiksi ialah jenis narasi literer dan berupa kisah rekaan. Fiksi ialah kisah rekaan lantaran yang diceritakan yaitu insiden kehidupan yang intinya ialah insiden kehidupan hasil rekaan pengarang yang realitasnya tidak terlalu dipersoalkan. Jika seorang pengarang menulis karya sastra bertolak dari kehidupan sehari-hari, maka pembaca tidak akan menemui insiden itu persis sama dengan yang diceritakan pengarang.

Krismarsanti (2009: 1) menyatakan bahwa fiksi yaitu karangan yang meliputi kisahan atau kisah yang dibuat berdasarkan imajinasi atau imajinasi pengarang. Fiksi berusaha menghidupkan perasaan atau menggugah emosi pembacanya melalui kata-kata yang digunakan dan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.

Fiksi berasal dari fiction yang berarti rekaan, khayalan. Cabang sastra yang tergolong prosa fiksi yaitu cerpen, novel, dan roman. Istilah lain wacana fiksi yaitu kisah rekaan. Menurut Thani Ahmad, kisah rekaan yaitu sebuah goresan pena naratif yang timbul dari imajinasi pengarang dan tidak mementingkan segi fakta sejarah. Tarigan menyatakan bahwa fiksi yaitu suatu kisah yang disusun secara imajinatif.

Kata bahasa Inggris Fiktion diturunkan dari bahasa Latin fictio yang berarti "membentuk, menciptakan, mengadakan, menciptakan". melaluiataubersamaini demikian, sanggup dikatakan bahwa kisah fiksi yaitu kisah yang dibentuk, kisah yang dibuat, kisah yang diadakan, atau kisah yang diciptakan. Artinya, kisah itu tiruanla tidak ada, kemudian sengaja dibentuk, dibuat, diadakan, atau diciptakan menjadi ada dengan kekuatan berkhayal. Jadi, lahirnya kisah fiksi lantaran direka-reka atau dikarang-karang. Itulah sebabnya, kisah fiksi juga disebut kisah rekaan.

Prosa ialah karangan bebas yang mengekspresikan pengalaman batin pengarang terkena kasus kehidupan dalam bentuk dan isi yang serasi yang menyebabkan kesan estetik. Bentuk ialah alat yang digunakan pengarang untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya, menyerupai bahasa dan gaya bahasa yang menyebabkan kesan estetik, bentuk disebut juga metode sastra. Isi ialah segala yang hendak diungkapkan pengarang berupa pemikiran, ide-ide, cita-cita, tafsiran peristiwa-peristiwa kehidupan, dan lain-lain.

Aspek/Ciri Penanda Prosa Fiksi

Fiksi sebagai belahan dari karya sastra, berdasarkan Luxemburg (1984) mempunyai ciri pragmatik, sintaksis, dan semantik. Secara pragmatik menyangkut perbuatan, ungkapan bahasa pembicara dalam konteks sosial tertentu dalam satu kesatuan. Secara sintaksis, unsur-unsur bahasa yang digunakan memberikan suatu pertautan. Secara semantik ialah tema yang berfungsi merumuskan makna simbolik unsur-unsur bahasa teks, kawanya bisa saja implisit atau eksplisit.

melaluiataubersamaini kata lain, kisah yang disajikan dalam bentuk karya fiksi haruslah mencerminkan konteks sosial tertentu, terjadi dalam konteks kehidupan yang secara alamiah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, memakai bahasa yang mengandung imajinasi/bermakna konotasi, dan dalam penyajiannya haruslah mengandung pesan-pesan moral yang secara implisit ataupun eksplisit bisa ditafsirkan oleh pembaca.

Semi (2008: 77-78) menyampaikan bahwa karya fiksi mengandung beberapa aspek atau ciri penanda yaitu adanya unsur cerita, situasi bahasa teks fiksi tidak homogen, adanya insiden yang diceritakan, dan susunan insiden yang disusun secara kronologis. Fiksi ialah kisah wacana kehidupan insan yang bersifat fiktif lantaran spesialuntuk berupa rekaan pengarang. Gaya penceritaan pengarang bersifat tidak homogen, pengarang atau pencerita tidak harus ia yang bertutur, tetapi mempersembahkan peluang kepada penutur sekunder untuk menceritakan sehingga menghasilkan dialog. Cerita yang disajikan dalam fiksi berupa kisah fiktif, apabila mempunyai kesamaan dengan realita, itu spesialuntuk kebetulan belaka. Dalam menyajikan kisah biasanya disajikan dengan urutan kronologis sehingga menggambarkan konflik dan rasa ingin tahu pembaca.

Ciri utama prosa fiksi sehingga sanggup dibedakan dengan drama dan puisi yaitu aspek naratif. melaluiataubersamaini adanya aspek naratif ini menghasilkan gaya penceritaan yang bermacam-macam antar masing-masing pengarang. Aspek naratif ini tidak spesialuntuk bertumpu kepada pencerita sebagai pembicara primer, tetapi juga didiberikan peluang kepada pembicara sekunder menyerupai tokoh-tokoh untuk menceritakan. Sebagai aspek naratif, fiksi juga mengandung kisah yang bersifat fiktif dan disajikan secara kronologis. Meskipun kisah fiksi bersifat fiktif, tetap dilarang terasa ganjil dan tidak sama dengan insiden yang umumnya dialami insan secara realitas. Supaya menggambarkan konflik, maka harus disajikan secara kronologis. Apabila kisah tidak disajikan secara kronologis, maka ia akan kehilangan bentuk sebagai kisah naratif.

Krismarsanti (2009:1) menyatakan bahwa bahasa fiksi ialah kisah rekaan dengan bahasa yang mengandung makna denotatif dan konotatif. Fiksi dipengaruhi oleh subjektivitas pengarangnya sehingga bisa menggugah perasaan dan membangkitkan emosi pembacanya. walaupun fiksi ialah kisah rekaan, dilarang dibuat sembarangan. Tema, penokohan, plot, latar, dan permasalahan harus diperhatikan. Pengarang sanggup dengan bebas menuliskan sesuatu untuk memberikan pesan kepada pembaca dan pembaca pun sanggup dengan bebas menerjemahkan makna yang terkandung dalam fiksi. Oleh lantaran itu, fiksi mempunyai tafsiran yang bermacam-macam atau menyebabkan bermacam-macam makna.

Perbedaan Fiksi dengan Nonfiksi

Fiksi dan nonfiksi sama-sama berbentuk naratif, akan tetapi keduanya mempunyai perbedaan. Krismarsanti (2009:7) menyatakan fiksi dan nonfiksi tidak sama dan segi isi, bentuk, dan bahasa yang digunakan. Perbedaan karangan fiksi dan nonfiksi sanggup dilihat pada tabel diberikut ini.

Berdasarkan tabel di atas, bahwa pada hakikatnya baik fiksi maupun nonfiksi bersumber dari kehidupan sehari-hari,  spesialuntuk saja cara penyajiannya saja tidak sama. Fiksi mengandung fakta dan peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi dalam kehidupan yang dibumbui oleh imajinasi pengarang. Fakta ataupun insiden sejarah yang disajikan pengarang dalam karya fiksi tidak persis sama dengan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari baik nama, tempat, maupun kronologi peristiwanya. Fakta dan insiden kehidupan spesialuntuk dijadikan sebagai sumber penceritaan saja oleh pengarang. Fakta dan insiden kehidupan yang dibumbui dengan imajinasi pengarang itu sanggup ditemukan dalam bentuk cerpen, novel, roman, novelet, dan kisah bersambung. Dalam menyajikan insiden kehidupan sangat ditonjolkan subjektivitas pengarang.

Pengarang tidak terikat dengan penerimaan pembaca. Pengarang bebas diberimajinasi sesuai gaya dan ciri khas yang dimilikinya. Bahasa yang digunakan pengarang bisa saja bermakna konotatif dan denotatif. Oleh lantaran itu, pembaca sanggup menafsirkan kisah dengan cara yang tidak sama-beda sesuai pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh pembaca.

Berbeda dengan nonfiksi, fakta dan insiden kehidupan disajikan apa adanya sesuai yang terjadi dalam kehidupan, fakta dan insiden sejarah disajikan secara jelas, akurat, dan secara faktual dalam bentuk esai, feature, kolom, artikel, resensi, dan opini. Dalam menyajikan fakta dan insiden kehidupan harus diperhatikan penerimaan pembaca. Bahasa yang digunakan pun haruslah masuk akal, logis, dan bisa dipahami oleh pembaca.

Perbedaan Fiksi dengan Mitos

Mitos yaitu semacam takhayul sebagai akhir ketidaktahuan manusia, tetapi bawah sadarnya memdiberitahukan wacana adanya sesuatu kekuatan yang menguasai dirinya serta alam lingkungannya. Bawah sadar inilah kemudian menumbuhkan rekaan: rekaan dalam pikiran, yang lambat laun bermetamorfosis kepercayaan. Biasanya dibarengi dengan rasa ketakjuban, atau ketakutan, atau kedua-duanya. Dan dalam reaksinya kemudian timbul rasa hormat yang berlebih-lebihan, yang melahirkan sikap pemujaan (kultus).

Sikap pemujaan yang demikian kemudian ada yang dimanifestasikan berupa upacara keagamaan (Titus), yang dilakukan secara periodik dalam waktu-waktu tertentu. Sebagian pula berupa tutur yang disampaikan dan ekspresi ke ekspresi sepanjang masa, turun-temurun, dan yang sekarang kita kenali sebagai kisah rakyat atau folklore. Biasanya untuk memberikan asal-usul sesuatu insiden istimewa yang tidak akan terlupakan. Demikianlah yang terjadi di masa-masa lampau, atau di daerah-daerah terbelakang, dengan alam pikiran insan yang masih besar lengan berkuasa dikuasai oleh kekolotan.

Jika pengertian mitos di atas dibandingkan dengan definisi fiksi, maka persamaan fundamental antara fiksi dan mitos yaitu sama-sama ialah kisah rekaan/khayalan. Sedangkan perbedaannya yaitu fiksi ialah kisah imajinasi yang masih masuk kebijaksanaan serta sejalan dan menyerupai dengan kehidupan nyata sedangkan mitos yaitu kisah imajinasi yang tidak terjangkau akal, tetapi banyak dijadikan kepercayaan turun temurun oleh kelompok masyarakat tertentu dan diyakini kebenarannya.

Perbedaan Fiksi dengan Fakta

Lalu apa perbedaan fakta dengan fiksi? Secara singkat Fiksi, yaitu suatu yang bersifat khayali, subyektif, dan tak sebenarnya terjadi.  Sedangkan fakta, yaitu suatu yang bersifat ilmiah, obyektif, dan sungguh-sungguh nyata terjadi. melaluiataubersamaini kata lain, kisah fiksi benar-benar tercipta dengan mengandalkan kreativitas pengarang sebagai pencipta seluruh komponen cerita. Sedangkan fakta ialah kisah yang sesuai dengan kenyataan, sanggup dibuktikan secara ilmiah, dan tidak tergabung oleh hasil karangan atau opini pengarang.

Bentuk-bentuk Prosa Fiksi

Bentuk-bentuk prosa fiksi sanggup dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu cerpen, roman, novel, dan novelet. Cerpen yaitu suatu kisah yang melukiskan suatu insiden (kejadian) yang menyangkut duduk kasus jiwa/kehidupan manusia. Menurut Jasin (1959: 36-41) roman ialah kisah yang melingkupi seluruh kehidupan tokoh, pelaku-pelakunya dilukiskan dari kecilnya hingga matinya, dari ayunan hingga ke kubur. Novel ialah suatu karangan yang menceritakan suatu insiden yang luar biasa dari tokoh cerita, kejadian-kejadian itu menyebabkan pergolakan batin yang mengubah perjalanan nasib tokohnya. Novelet ialah bentuk novel yang lebih terbatas, secara umum novelet sama dengan novel tetapi mempunyai keterbatasan dari segi jumlah halaman.

Pendapat lain menyampaikan bahwa novel dan roman tidak sama dari segi kedalaman cerita. Tokoh roman tidak selalu diceritakan hingga meninggal ada juga yang masih terus hidup. Roman yaitu kisah fiksi yang melukiskan kronik kehidupan tokoh-tokoh yang rinci dan mendalam, sedangkan novel yaitu kisah fiksi yang melukiskan suatu insiden yang luar biasa dan kehidupan tokoh cerita, insiden itu menyebabkan krisis/pergolakan batin yang mengubah nasibnya.

Fungsi Fiksi

Karya prosa fiksi ditulis semoga pembaca sanggup mengambil pesan yang tersirat dari kisah yang disajikan pengarang. Tokoh yang mengalami insiden dan cara tokoh menuntaskan permasalahan dalam kisah sanggup dijadikan pelajaran bagi pembaca dalam menuntaskan segala permasalahan dalam hidupnya. Hal ini memberikan betapa prosa fiksi berfungsi penting dalam kehidupan sehari-hari. Muhardi dan Hasanuddin (1992:12) menyatakan bahwa fiksi berfungsi untuk hal-hal diberikut ini:
  1. Menyuburkan nilai-nilai mudah dan memperkaya nilal-nilal normatif dan nilai-nilai estetis. Nilai-nilai mudah diserap fiksi berdasarkan permasalahan realitas adil yang dijadikan titik tolak penceritaan. Nilai-nilai normatif dan estetis terdapat dalam fiksi berdasarkan hasil kebijaksanaan sehat dan pengolahan kematangan intelektual dan visi pengarang.
  2. Media untuk penularan pikiran kreatif, kepekaan rasa, kemapanan visi, kebijakan, dan kearifan pengarang kepada pembacanya. Fiksi juga sebagai media transformasi pemikiran budaya yang intinya memuat nilai-nilai normatif dan estetis dalam lingkungan budaya tertentu. Fiksi tidak spesialuntuk sekadar ekspresi budaya, tetapi sekaligus sebagai alat pengendali budaya. Secara mudah fiksi ialah alat pendidikan peradaban dan kebudayaan. Fiksi alat pematang emosional dan pengasah rasional.
  3. Fiksi pada hakikatnya merangsang pembaca untuk mengenali, menghayati, menganalisis, dan merumuskan nilal-nilai kemanusiaan. Secara halus dan niscaya nilai-nilai itu menjadi terjaga dan berkembang dalam diri pembaca. Pada kesannya nilai-nilai itu menjadi motivasi dan stabilisasi kepribadian dan perilakunya.
Fiksi menampilkan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat dan keterpakaian norma tersebut untuk menuntun insan menjadi langsung yang lebih baik. Pengarang dengan pengetahuan yang dimilikinya menerapkan norma-norma yang berlaku di masyarakat pada setiap detail cerita. melaluiataubersamaini demikian akan terlihat kepribadian suatu budaya yang dijadikan latar belakang cerita. Cerita yang disajikan nantinya juga akan merangsang pembaca untuk lebih memahamni nilai-nilai kemanusiaan dan pada kesannya membentuk langsung yang lebih baik.

Selain fungsi di atas, fungsi fiksi juga sanggup dihubungkan dengan fungsi sastra secara umum yaitu fungsi rekreatif dan fungsi didaktif. melaluiataubersamaini membaca karya sastra, seseorang sanggup memperoleh kesenangan dan hiburan, yaitu bisa mengembara, berekreasi, dan memperoleh suguhan kisah dan imajinasi pengarang terkena banyak sekali kehidupan manusia. Pembaca akan merasa terhibur, puas, dan memperoleh pengalaman batin wacana tafsir hidup dan kehidupan insan yang disajikan pengarang.

melaluiataubersamaini membaca karya sastra, seseorang sanggup memperoleh pengetahuan wacana seluk beluk kehidupan insan dan pelajaran wacana nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang ada di dalamnya sehingga akan bangun kreativitas dan emosi pembaca untuk berbuat sesuatu baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.

Kosasih (2008:5) menyatakan bahwa karya sastra yang mengutamakan aspek hiburan disebut sastra terkenal dan karya sastra yang menitikberatkan fungsinya pada didaktik disebut sastra fokus. Jika dihubungkan dengan fiksi, maka yang berfungsi sebagal hiburan yaitu fiksi terkenal dan yang berfungsi sebagai pendidikan/didaktik yaitu fiksi fokus.

Unsur Pembangun Fiksi

Analisis karya sastra dilakukan dengan memahami bahasa yang digunakan. Karya sastra cenderung menarikdanunik dan segi bahasa dan sudut pandang yang digunakan pengarang. Karya prosa mengandung dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Stanton (1965) menyatakan bahwa unsur pembangun fiksi dibedakan atas makna cerita, fakta cerita, dan masukana cerita. Makna kisah berupa tema. Fakta kisah terdiri atas plot, tokoh, dan latar. Sarana kisah terdiri atas judul, sudut pandang, gaya dan nada.

Muhardi dan Hassanudin (1992:21) menyatakan bahwa unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik prosa flksi terdiri atas unsur utamna dan unsur penunjang. Unsur intrinsik terdiri atas unsur utama/makna berupa alur, penokohan, latar, permasalahan, tema dan amanat. Unsur penunjang/bahasa terdiri atas gaya bahasa dan sudut pandang. Unsur ekstrinsik juga dibedakan atas unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama pengarang dibedakan atas sensitivitas/ kepekaan, imajinasi, intelektualitas, dan pandangan hidup. Unsur penunjang/realitas adil terdiri atas norma-norma, ideologi, tata nilai, konvensi budaya, konvensi sastra, dan konvensi bahasa.


Referensi:
  1. Dina Ramadhanti. 2016. Buku Ajar Apresiasi Prosa Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.
  2. Soenarto Timur. 2010. Mitos Cura-Bhaya. Jakarta: Balai Pustaka.
  3. Kusnadi. 2002. Konflik sosial nelayan: kemiskinan dan perebutan sumber daya perikanan. Yogyakarata: LKiS.
  4. Asul Wiyanto. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengan Atas & MA Kelas XII. Grasindo.
Demikianlah klarifikasi lengkap wacana Pengertian, Ciri-ciri, Bentuk, Fungsi, Unsur Fiksi. Semoga bermanfaa!