Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perbedaan Integrasi Nasional Secara Politis Dan Antropologis

INIRUMAHPINTAR - Apa Perbedaan Integrasi Nasional Secara Politis dan Antropologis? Untuk menjawaban pertanyaan tersebut, mari pahami konsep integrasi nasional secara lengkap di bawah ini. Selain itu, pembahasan kali ini serius serius menerangkan perihal faktor-faktor pendorong, penghambat, dan proses integrasi di Indonesia

Indonesia yaitu negara kepulauan yang dihuni oleh masyarakat heterogen. Berbagai macam suku bangsa, kepercayaan, bahasa, adat istiadat yaitu warna kebhinnekaan di Indonesia. Keguakaragaman tersebut yaitu suatu karakteristik dan kekayaan alamiah yang mengakar pada negeri bergelar Nusantara ini.

Selain itu, setiap suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia mempunyai norma-norma sosial dan adat istiadat – berfungsi sebagai tatanan hidup atau kearifan lokal. Hal itu mengakibatkan adanya perbedaan persepsi dan cara pandang menyikapi suatu permasalahan, termasuk bagaimana membangun negeri ini dengan sebaik-baiknya.

Salah satu contoh problematika yang terkadang terjadi di kehidupan bermasyarakat dan bernegara yaitu ketika terjadi perperihalan antar-individu, golongan,  atau masyarakat yang mempunyai latar belakang suku bangsa tidak sama, ada kecenderungan bagi setiap kelompok untuk tunduk dan patuh terhadap norma-norma leluhur, asal seruan dan suku bangsanya sendiri. Konsep ini dikenal dengan istilah primodialisme.

Akibatnya, perbedaan-perbedaan yang muncul berpotensi mengakibatkan disintegrasi- ketidakseimbangan hidup dalam berbangsa dan bernegara. Untuk menghindari hal-hal tersebut, dibutuhkan adanya konsolidasi segala perbuatan yang sanggup memperkuat hubungan dan persatuan antar-masyarakat. Misalnya, meperteguh dan mengenang faktor sejarah, dimana terdapat kesamaan visi misi bersama yaitu mengangkat nama Indonesia menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan.

Selain itu, diharapkan juga kesadaran bersama untuk saling toleransi dan menghindari melaksanakan campur tangan terhadap hak-hak masyarakat atau kelompok lain. Atau menjauhi hal-hal yang menyinggung atau menyakiti perasaan suku bangsa lain. Karena kita yaitu satu, yaitu Indonesia.

Ada istilah yang terkait dengan usaha penyatuan ini, yaitu integrasi nasional. Lalu, apa yang dimaksud dengan integrasi nasional? Secara definisi, integrasi nasional yaitu usaha dan proses mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada pada suatu bangsa atau negara dalam rangka membuat keserasian, keselarasan, dan keseimbangan secara nasional.

Seperti yang kita ketahui, Indonesia ialah bangsa yang sangat besar, baik kebudayaan maupun wilayahnya. Di satu sisi, hal ini membawa imbas positif bagi bangsa sebab kita sanggup memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya yang melimpah untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Namun selain mengakibatkan sebuah keuntungan, hal ini juga sanggup mengakibatkan duduk kasus yang baru, kalau kita kurang berhati-hati dan waspada.

sepertiyang yang kita ketahui bahwa dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu, masyarakat Indonesia mempunyai karakter, watak, perangai, cara bicara, logat, dan kebiasaan yang berguaka ragam sehingga kalau kurang bakir balig cukup akal menyikapi segala sesuatu, hal ini berpotensi mengancam keutuhan bangsa dan negara.


A. INTEGRASI NASIONAL DI INDONESIA

Integrasi nasional mempunyai dua pengertian dasar, yakni integrasi dan nasional. Integrasi berasal dari bahasa Latin, yaitu integrate, yang berarti memdiberi tempat dalam suatu keseluruhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi didefinisikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang bulat, satu dan utuh.  Kata nasional sendiri berasal dan kata nation (bahasa Inggris) yang berarti bangsa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti sebagai diberikut.

Secara politis, integrasi berarti proses penyatuan banyak sekali kelompok budaya dan sosial ke dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.

Secara antropologis, integrasi berarti proses pembiasaan di antara unsur-unsur kebudayaan yang tidak sama sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan masyarakat.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, sanggup kita simpulkan bahwa integrasi nasional bangsa Indonesia yaitu harapan luhur, hasrat dan kesadaran berdikari untuk bersatu sebagai satu bangsa, yakni bangsa Indonesia. Hasrat dan kesadaran tersebut tercermin dan terlaksana menjadi satu konsensus nasional yaitu Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

Kami putra dan putri Indonesia mengaku:

bertanah air satu, tanah air Indonesia.
berbangsa satu, bangsa Indonesia.
berbahasa satu, bahasa Indonesia.

Adapun perwujudan integrasi nasional masyarakat dan budaya bangsa lndonesia yang heterogen itu diungkapkan dalam semboyan BhinekaTunggal Ika.

B. FAKTOR-FAKTOR PENDORONG INTEGRASI NASIONAL

Integrasi nasional yaitu usaha dan proses mempersatukan perbedaan yang ada pacda suatu negara sehingga tercipta keserasian dan keselarasan secara nasional.

Faktor-faktor pendorong integrasi nasional ialah:

1. Faktor sejarah yang mengakibatkan rasa senasib dan seperjuangan. 

2. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana ditetapkan dalam Sumpah Pemuhadirgal 28 Oktober 1928. 

3. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsia Indonesia, sebagaimana dibuktikan usaha merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan. 

4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak pendekar bangsa yang gugur di medan perjuangan. 

5. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Prokiamasi Kemerdekaan Pancasila, dan Undang-Undang Dasar 1945, bendera Merah Putlh, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa Indonesia. 


C. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT INTEGRASI NASIONAL

Selain faktor pendorong integrasi nasional, ada juga faktor-faktor yang menghambat terjadinya integrasi nasional, di antaranya:

1. Masyarakat Indonesia sangat plural/heterogen (berguaka ragam) dalam hal kesukubangsaan dan contohnya adat kebudayaan daerah, bahasa, agama yang dianut, ras, dan lain sebagainya. 

2. Adanya luas dan letak geografis Indonesia yang luas dan terdiri atas diberibu-ribu kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas.

3. Masih tingginya kemungkinan ancaman, spekulasi, intrik, tantangan, hambatan, dan gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan, dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

4. Masih lebarnya jarak kesentidakboleh, ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan keadilan dalam menikmati hasil-hasil pembangunan sehingga mengakibatkan banyak sekali rasa tidak puas dan keputusasaan, duduk kasus SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan), gerakan separati5me dan kedaerahan, dem0nstrasi dan unjuk rasa.

5. Adanya paham etnosentrisme di antara beberapa suku bangsa yang cenderung menonjolkan kelebihan-kelebihan adat dan budayanya dan merendahkan adat dan budaya suku bangsa lain. 

D. PROSES INTEGRASI NASIONAL INDONESIA

Proses integrasi nasional Indonesia bergotong-royong masih terus berlangsung. Proses integrasi nasional ini masih dalam proses penyelesaian hingga benar-benar adanya pola bundar dan permguan. Dalam kasus lndonesia pula, terdapat sejumlah klarifikasi guna menggambarkan metode terjadinya integrasi nasional. Penjelasan-penjelasan ini mempunyai guaka perbedaan titik tekan. Seluruh pendekatan yang tersedia kemudian sanggup dipertimbangkan signifkansinya sebagai metode integrasi nasional Indonesia.

Proses integrasi bangsa Indonesia berdasarkan A. Sartono Kartodirjo (1993) sanggup diklasifikasikan menjadi dua jenis. Pertama, integrasi geo-politik yang dimulai semenjak zaman prasejarah hingga awal periode 20, dan kedua, proses integrasi politik kaum elite semenjak awal periode 20 hingga zaman Hindia Belanda berakhir. Proses terjadinya integrasi nasional tidak terjadi begitu saja, tetapi ialah suatu proses yang panjang dalam durasi yang cukup lama. Bangsa Indonesia ialah bangsa yang mengalami proses panjang dalam melaksanakan integrasi nasional. Dan hingga dikala ini integrasi nasional bangsa Indonesia terus menerus diuji oleh peradaban.

Proses terjadinya integrasi nasional di Indonesia sebagai diberikut:

Cikal bakal integrasi nasional ialah adanya rasa senasib, sepenanggungan, sejiwa, sebatin, dan seakar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia semenjak lampau kala. Meski usaha bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah pada rentang waktu sebelum periode 20 masih ditandai dengan sifat lokal kedaerahan, tetapi rasa senasib, sepenanggungan, sejiwa, sebatin, dan seakar yang ditunjukkan oleh para tetua, orang tuan bangsa, pejuang dan penlampau kita sudah mencerminkan adanya benih-benih semangat kebangsaan, yang pada gilirannya menjadi buah kedewasaan yang melahirkan keutuhan bangsa Indonesia. 

Memasuki periode 20, gejala semangat kebangsaan semakin terperinci dan menampakkan diri di permukaan. Hal itu ditandai dengan munculnya banyak sekali organisasi atau pergerakan yang menjadi gerbang pertama kebangkitan nasional. Perjuangan melalui pergerakan dan organisasi ibarat lahirnya gerakan Budi Utomo, Serikat Dagang Islam yang kemudian kesannya menjadi Serikat Islam, Perhimpunan Indonesia, dan lain sebagainya. Semuanya yaitu ciri atau membuktikan adanya usaha integrasi sosial, kultural, dan politik.

Pada dekade 1920-an, para perjaka mengambil tugas penting dalam panggung sejarah Indonesia dengan mengangkat tema persatuan dan kesatuan menuju Indonesia yang terbebas dari penjajahan. Diawali dari kebulatan tekad diberikrar dalam sebuah momentum berjulukan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, para perjaka menunjukkan spirit dan roh usaha dalam mencanangkan integrasi nasional. Meskipun pasca proklamasi kemerdekaan, perjalanan bangsa Indonesia dalam bernegara harus ditempuh dengan banyak sekali ujian. Sejumlah usaha pelemahan yang mengguncang keutuhan bangsa silih berganti menyerang. Bahkan, ancam4n dan b4haya terhadap bangsa yang sedang membangun keutuhan bangsa malah terus dihadapi dihadapi hingga kini.

Pada zaman reformasi, tekad menyatukan visi misi membangun bangsa berkobar kembali. Berbagai teori persatuan dan pernyataan perilaku ditunjukkan oleh tokoh-tokoh bangsa, baik melalui media massa maupun melalui kampanye off-air di banyak sekali wilayah. Sayangnya, hingga dikala ini, integrasi nasional masih belum juga utuh. Tahun 2016/2017, Indonesia kembali diuji dengan adanya dongeng dramatis pemilihan kepala tempat DKI Jakarta yang diwarnai informasi SARA. 

Referensi Buku : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Oleh Maryanto

Sekian klarifikasi wacana Perbedaan Integrasi Nasional Secara Politis dan Antropologis serta informasi wacana faktor-faktor pendorong, penghambat, dan proses integrasi di Indonesia. Semoga bermanfaa!