Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

2 Referensi Artikel Opini Wacana Pendidikan (Lengkap & Terbaru)

2 misal Artikel Opini Tentang Pendidikan (Lengkap & Terbaru) - Artikel opini yakni sebuah goresan pena yang meliputi pendapat, gagasan, atau pikaran yang bersifat pribadi terhadap suatu permasalahan yang sedang menjadi objek pembicaraan di masyarakat. Artikel ini bersifat bebas dan adil.

misal Artikel Opini Tentang Pendidikan 1

 

Perlukah Ujian Nasional Online Diadakan?

Beberapa hari lagi Ujian nasioanal akan segera dilaksanakan baik di tingkat Sekolah Menengan Atas hingga tingkat SD Pelaksanaannya pun sama dengan pelaksanaan ujian nasional tahun lalu, spesialuntuk saja pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendibud) menambahkan sedikit aturan gres yaitu dengan melaksanakan ujian nasional secara online di beberapa sekolah.

Jika dilihat dari keadaan dan situasi yang ada dilapangan ketika ini, rencana pelaksanaan ujian nasional online tersebut tidaklah sempurna dan perlu untuk dipertimbangkan kembali. Sebenarnya wangsit yang disampaikan oleh pemerintah untuk melaksanakan ujian nasional tersebut sangat baik tetapi dalam pelaksanaanya di lapaangan akan menjadikan banyak sekali macam permasalahan menyerupai infrastruktur yang belum merata dan kurangnya pengetahuan atau tenaga-tenaga mahir di beberapa sekolah.

Jika pelaksanaan ujian nasional online ini tetap dilakukan, beberapa sekolah akan mengalami kesusahan alasannya yakni ketiadaan infrastruktur yang memadai menyerupai komputer, susukan internet dan daya listrik. Coba kita bayangkan bila di sekolah tersebut mempunyai 300 siswa yang mengikuti ujian nasional, maka berapa jumlah komputer yang diharapkan oleh pihak sekolah untuk melaksanakan ujian nasioanl ini. Tentunya mereka akan membutuhkan komputer yang sangat banyak. Apabila tetap dipaksakan, cara satu-satunya yakni dengan memakai komputer secara bergantian, tetapi cara ini malah akan menjadikan persoalan gres yaitu timbulnya kecurangan-kecurangan dalam ujian nasional. Kalaupun kecurangan ini tetap dibiarkan terjadi, lantas apa gunanya ujian nasional dilaksanakan dengan menghambur-hamburkan uang Negara yang tidak sedikti tersebut, bila tujuan utama ujian nasional tidak tersampaikan.

Terlebih lagi persoalan yang sanggup ditimbulkan yakni kurangnya tenaga-tenaga mahir di beberapa sekolah. Pelaksanaan ujian nasional yang gres akan dilaksanakan tahun ini akan membuat beberapa sekolah bingung. Bahkan ada juga yang tidak mengerti bagaimana melaksanakannya. Misalnya, bila ada guru  dan siswa yang tidak sanggup memakai komputer, kemudian apa yang akan terjadi? sanggup dipastikan mereka akan kesusahan dan tentunya ini juga akan menambah beban beberapa siswa. Mereka sanggup terganggu konsentarsinya dan jadinya mereka malah akan gagal dalam ujian nasioanl ini.

Semestinya apabila pemerintah ingin melaksanakan ujian nasional secara online, mereka harus menjamin ketersediaan infrastruktur yang mendukung dan juga tidakboleh terlalu terburu-buru untuk melaksanakannya. Pemerintah pun perlu melaksanakan sosialisasi eksklusif ke sekolah jauh-jauh hari sebelum ujian nasional dilaksanakan semoga tidak menjadikan persoalan yang sudah disebutkan di atas.

Advertisement

misal Artikel Opini Tentang Pendidikan 2


Pendidikan spesialuntuk menghasilkan orang pandai bukan orang terdidik

Saat ini banyak sekali terjadi tindakan-tindakan yang memalukan di negeri ini menyerupai korupsi, suap dan masih banyak lagi. Namun, guahnya para pelaku tindakan kejahatan tersebut yakni orang-orang pandai yang bergelar sarjana dari banyak sekali lulusan universtas yang ternama. Melihat fenomena-fenomena yang terjadi ketika ini, tampaknya ada yang salah dengan referensi pendidikan formal di Indonesia dan semestinya harus dikaji ulang.

Pola pendidikan formal ketika ini spesialuntuk mengajarkan ilmu-ilmu dunia sehingga banyak menghasilkan orang-orang pandai tetapi akungnya mereka tidak terdidik dan mempunyai kecerdikan pekerti yang lemah. Akibatnya orang-orang pandai tersebut malah menjadi orang yang bejat, maling dan penindak kaum yang lemah. Padahal seharusnya merekalah yang menjadi penolong dan pemimpin yang baik untuk membuat kemaslahatan bagi orang banyak.

Terlebih lagi, ketika ini banyak sekali orang-orang yang berpendidikan tinggi dan mengaku beragama, tetapi tindakan mereka sangat memalukan dan meresahkan masyarakat sekitar. contohnya adalah, para dewan yang ‘’katanya’’ terhormat banyak yang ketahuan melaksanakan korupsi atau penyuapan. Parahnya lagi tindakan tersebut dilakukan bantu-membantu dengan kawan-kawan mereka yang juga “katanya” terhormat. Yang lebih miris ketika mereka tertangkap oleh pihak yang berwajib, mereka malah dengan damai dan melemparkan senyum yang lebar kepada masyrakat. Seolah-olah mereka bahagia dengan apa yang mereka perbuat. Bukankah mereka aib dengan tindakan tersebut, apakah mereka tidak mengetahui atau tidak pernah diajari bahwa memakan uang yang bukan haknya yakni perbuatan dosa dan haram hukumnya bagi mereka dan keluarganya.

Memang mereka itu sudah kehilangan nalar sehat dan putus sudah urat malunya. Bahkan ada saja orang yang jelas-jelas terjerat perkara korupsi yang menjadi ketua atau pemimpin suatu instansi. Bukankah ini sangat memalukan? 

Oleh karean itu, sistem pendidikan formal yang ada ketika ini harus segera direvisi dengan tidak spesialuntuk mementingkan hasil, tetapi lebih mementingkan suatu proses untuk mencapai suatu keberhasilan semoga tidak lagi mencetak orang-orang pandai yang memintari, bukannya orang-orang pandai yang mendidik.