Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Kurun Globalisasi Berdasarkan Pakar

Satu kata yang familiar ketika ini, “Globalisasi” ternyata sudah membuat banyak orang mempersembahkan arti yang tidak sama-beda antara satu dengan yang lainnya ihwal kata tersebut. Sehingga perlu penegasan dari kata globalisasi dengan kongkret untuk mendapat makna dan arti yang sesuai.
Di dalam Kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, tertulis bahwa: istilah globalisasi berasal dari kata “global” yang dalam bahasa inggris berarti: 1) “Covering or affecting the whole world, 2) Considering or including all parts of sth,49 Embracing the whole of group of items (merangkul keseluruhan kelompok yang ada)”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia "globalisasi" yaitu proses masuknya ke ruang dunia. (baca: konsep ekonomi kerakyatan)
Secara lebih lengkap globalisasi banyak didefinisikan oleh para ilmuwan dunia, seperti: Baylish dan Smith, mendefinisikan globalisasi sebagai suatu proses meningkatnya keterkaitan antara masyarakat sehingga satu tragedi yang terjadi di wilayah tertentu semakin usang akan kian besar lengan berkuasa terhadap insan dan masyarakat yang hidup di bab lain.
Globalisasi intinya ialah produk dari modernisasi. Menurut Nurcholis Madjid, modernisasi berarti rasionalisasi untuk memperoleh daya-guna yang terbaik dalam berpikir dan bekerja demi kebahagiaan umat. Oleh alasannya itu, modernisasi berarti pula berpikir dan bekerja berdasarkan sunatullah (hukum ilahi) yang hak, sehingga untuk sanggup menjadi modern insan harus mengerti terlebih lampau aturan yang berlaku di alam.
Anthony Giddens, memandang globalisasi sebagai sebuah proses sosial yang ditandai dengan semakin intensifnya korelasi sosial yang meng-global. Artinya: kehidupan insan di suatu wilayah akan besar lengan berkuasa kepada kehidupan insan di wilayah lain dan begitu pun sebaliknya.
Akbar S. Ahmed dan Hastings Donnan, seorang tokoh pemikir Muslim, juga mempersembahkan kesimpulan ihwal modern dan globalisasi, dengan penjelasannya:
If modern meant the pursuit of Western education, technology and industrialization in the first flush of the post-colonial period, postmodern would mean a reversion to traditional Muslim values and a rejection of modernism. This would generate an entire range of Muslim responses from politics to clothes to architecture. For us definition is literal.
(Jika modern berarti mengejar pendidikan, teknologi dan industrialisasi Barat dalam semangat masa pasca kolonial yang pertama, postmodern akan berarti pengambilan ke nilai-nilai Islam yang tradisional dan penolakan modernism [itu sendiri]. Hal ini menggeneralisir jawaban dari seluruh lapisan Muslim dari [masalah] politik hingga pada pakaian dan arsitektur. Bagi kita [Muslim] definisi posmodern [spesialuntuklah] bersifat kebahasaan.)
Wallerstain, seorang penggerak teori Sistem Dunia, dalam pengertian lain dia memandang bahwa: globalisasi tidak sebatas korelasi lintas batas negara. Namun, globalisasi ialah wujud ke jalan ekonomi kapitalis dunia yang digerakkan oleh logika akumulasi kapital. (baca: definisi e-learning)
Inti dari makna globalisasi di atas yaitu perdagangan bebas dengan ditandai tidak adanya batas negara dan kompetisi atau daya saing tinggi. Negara yang daya persaingannya lemah akan menjadi negara pekerja, dimana para ahlinya hadir dari banyak sekali negara maju, daya saing yang di tandai dengan kualitas sumber daya insan (SDM) yang anggun dan ini berarti kualitas pendidikannya haruslah sangat bagus.
®
Kepustakaan:
Oxford University, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, (New York: University Press, 2001). www://sociologyonline.co.uk/GlobalGiddens1.htm. Akbar S. Ahmed, “Postmodernism and Islam: Predicament and Promise”, (London: Routledge, 1992). A. Qodri Azizy, Melawan Globalisasi, Reinterpretasi Ajaran Islam, Persiapan SDM dan Terciptanya Masyarakat Madani, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004). Dikutip dari J. Robert Holton, “Globalization and Nation State”, (London, Macmillan Press, 1998). Supriyoko, “Pendidikan Politik Di Era Globalisasi”, dalam M. Masyhur Amin dan Ismail S. Ahmad (eds.), Dialog Pemikiran Islam dan Realitas Empirik, (Yogyakarta: LKPSMNU, 1993). Akbar S. Ahmed dan Hantings Donnan dalam “Islam, Globalization and Post-modernity”, (London: Routledge, 1994). A. Giddens dalam “The Consequences of Modernity”, (Cambridge: Polity Press, 1990).