Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mitos : Sejarah Keberadaan Kalong Di Kota Soppeng

INIRUMAHPINTAR - Pada peluang ini, penulis tertarik untuk mengangkat sebuah dongeng rakyat / mitos orisinil bugis wacana Sejarah Keberadaan Kalong di Kota Soppeng, Sulawesi Selatan sebagai serpihan dari rubrik kamar sastra. Mitos ini sanggup menjadi tumpuan kedaerahan dan kearifan lokal sekaligus sebagai  jawabanan atas misteri kehadiran populasi kalong (sejenis kelelawar) di tengah kota Soppeng. Berbeda dengan populasi kalong pada umumnya yang menyukai ber-habitat di tempat terisolasi menyerupai gua atau hutan lebat, di kota Latemmamala ini para kalong menentukan bermasukang di pepohonan tengah kota, dekat dengan keramaian.

Dikisahkan bahwa pada zaman lampau kala, Soppeng dipimpin oleh seorang Datu yang mempunyai seorang putri berparas anggun dan termasyur sampai ke penjuru negeri. Sang putri mahkota ini diberkahi dengan sebuah kelebihan yaitu sanggup berkomunikasi dengan binatang. Itulah kemudian yang membuat sang putri berteman dekat dengan seluruh hewan di wilayah Soppeng, yang ketika itu masih didominasi hutan belantara.

Putri dan para hewan menjadi sangat dekat layaknya saudara dan berjanji untuk terus bersama sampai kapanpun. Mereka diberikrar untuk selalu menjaga kedamaian dan ketenangan seluruh makhluk hidup di wilayah Soppeng. Tiada kata berpisah dan Soppeng akan terus dijadikan sebagai tempat tinggal terakhir mereka selamanya.
sumber ilustrasi: en.wikipedia.org
Hingga suatu waktu, sang putri dipersunting oleh seorang pangeran dari negeri lain. Singkat cerita, mereka kemudian berkeluarga. Sesudah itu, sang putri diajak suami untuk merantau. Sang putri tentu tidak kuasa menolak perintah suaminya dan dengan terpaksa ikut meninggalkan Soppeng. Hari demi hari silam, Sang Putri tidak kunjung kembali. Para hewan saling berebut kekuasaan dan wilayah. Keadaan menjadi tidak terkendali dan satu persatu para hewan kecil yang tak berdaya menentukan angkat kaki meninggalkan Soppeng, hijrah ke tempat yang lebih aman. Tanpa sang putri, kedamaian menjadi hilang, aturan rimba  pun berlaku dan berlindung ke tempat yang lebih kondusif yaitu satu-satunya pilihan. Namun, ada satu jenis hewan yang setia menunggu sampai ketika ini, yaitu KALONG.

Pernah suatu waktu, Kalong meninggalkan Soppeng. Ternyata itu ialah menandakan bahwa akan ada tragedi yang hadir dan menimpa kota Soppeng. Benar saja, Soppeng mengalami gagal pguan dan kelaparan dimana-mana. Saat itu, banyak masyarakat yang terpaksa memakan buah pisang muda sebagai masakan pokok pengganti nasi.

Sesudah beberapa lama, Kalong pun kembali ke Soppeng dan itu menandakan bahwa kemarau panjang dan kelaparan akan segera berakhir. Ternyata itu pun benar adanya. Tak usang berselang, hujan pun turun, sawah sanggup ditanami dengan padi, buah-buahan dan sayuran pun kembali melimpah. Soppeng menjadi makmur dan bahagia. Namun sejak kepergian Sang Putri, Kalong menjadi tidak sama, mereka menentukan bergelantungan secara terbalik; dengan kaki di atas dan kepala di bawah. Ternyata itu yaitu pesan kesetiaan. Mereka diberikrar meski dalam keadaan susah apapun dan tanpa kehadiran Sang Putri lagi, mereka akan terus bertahan di bumi Soppeng.

Cerita ini pun diawetkan sebagai simbol kesetiaan dan kemakmuran. Maksud simbol kesetiaan: Kalong akan selalu menunggu kehadiran sang putri sampai kapanpun. Jikalau harus pergi, itu spesialuntuk sementara dan niscaya akan kembali. Maksud simbol kemakmuran: jikalau Kalong meninggalkan Soppeng maka dipastikan ada tragedi akan melanda Soppeng. Oleh sebab itu, selama Kalong ada di soppeng, maka masyarakat Soppeng akan selalu makmur dan tak pernah belum sempurnanya makanan.

Catatan Penulis:

Kisah ini spesialuntuklah mitos dan tidak bisa diyakini kebenarannya. Kisah ini spesialuntuk bertujuan sebagai hiburan semata dengan sisipan nilai moral kedaerahan. Kisah ini berusaha menuntun pembaca semoga berguru dari gejala-gejala alam. Ketika Kalong atau hewan di sebuah tempat berpindah tempat (bermigrasi) dalam jumlah besar, maka itu menandakan ada petaka atau ada alasan lain menyerupai mencari sumber masakan atau mata air. Selain itu, dongeng sang putri dalam kisah di atas mengajarkan pembaca untuk tidak berjanji jikalau tidak bisa menepati sedangkan dongeng Kalong yang setia walau harus bergelantungan terbalik menyiratkan pesan bahwa meski dalam keadaan susah apapun, seorang pemimpin harus menlampaukan kepentingan rakyatnya. Dan ini berlaku untuk tiruana kalangan, di lingkungan keluarga misalnya, seorang ayah atau ibu harus menlampaukan kepentingan anak-anaknya semoga terhindar dari kesentidakboleh perhatian dan salah asuhan.

Semoga goresan pena berjudul Mitos : Sejarah Keberadaan Kalong di Kota Soppeng ini sanggup menghibur Anda.