Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perbedaan, Pola Kohesi Dan Koherensi Bahasa

INIRUMAHPINTAR - Secara teori, kohesi dan koherensi dalam ilmu bahasa mempunyai pengertian yang tidak sama. Namun, membedakan keduanya dalam wacana baik ekspresi maupun tulisan, pembaca/pendengar terkadang mengalami kesusahan dan tak jarang menganggap kohesi dan koherensi yaitu sama. Untuk itu, rubrik jendela ilmu menyajikan bahan Perbedaan, misal Kohesi dan Koherensi Bahasa sebagai jawabanan atas kebingungan tersebut. 

Petunjuk!
Untuk mengetahui "perbedaan kohesi dan koherensi bahasa" direkomendasikan untuk membaca secara berurutan penjelasan-penjelasan yang dipaparkan di bawah ini. Agar lebih praktis memahami, membandingkan contoh-contoh wacana yang mengandung kohesi dan koherensi di setiap bab juga sangat dianjurkan. Berikut bahan selengkapnya:
sumber ilustrasi: pixabay.com

Perbedaan Kohesi dan Koherensi Menurut Frans Asisi Datang

Dalam “Menyusun Alur Wacana”, Frans Asisi Datang mengungkapkan bahwa wacana ialah satuan bahasa yang paling besar dan paling lengkap. Ada dua unsur penting yang sanggup mempertahankan keutuhan dan kekompakan wacana, yakni kohesi dan koherensi. Menurut Frans Asisi Datang, kohesi yaitu keserasian korelasi antar unsur yang membentuk wacana. Sementara itu, koherensi yaitu pautan antar gagasan yang menyusun sebuah wacana. Jadi, koherensi lebih bersifat semantis atau maknawi, sedangkan kohesi lebih bersifat gramatikal.

Pengertian Kohesi

Telah dikemukakan dalam Pengertian Wacana Menurut Beberapa Buku bahwa wacana terikat pada konteks. Tanpa konteks, yaitu spesialuntuk dengan bahasa, tidak akan tercipta wacana yang sanggup dipahami. Sebuah papan nama bertuliskan “Awas, anjing galak!”, misalnya, tidak ialah wacana apabila diletakkan bersama barang yang lain di dalam sebuah gudang kawasan penyimpanan barang rongsokan. Sebuah kalimat di dalam teks pun niscaya berkaitan dengan kalimat lain yang hadir sebelum atau sesudahnya. Demikian pula, di sisi lain, tanpa bahasa, tidak akan ada wacana.

Ada sesuatu yang membuat suatu wacana yaitu keadaan unsur-unsur bahasa yang saling merujuk dan berkaitan secara sistematis (Haliday dan Hasan 1976). Keadaan unsur-unsur bahasa yang saling merujuk dan berkaitan secara semantis itu disebut Kohesi. melaluiataubersamaini kohesi, sebuah wacana menjadi padu, setiap bab pembentuk wacana mengikat bab yang lain secara mesra dan wajar.

Kohesi tidak hadir dengan sendirinya, tetapi diciptakan secara formal oleh alat bahasa, yang disebut “pemarkah kohesi” (cohesive marker), contohnya kata ganti (pronomina), kata tunjuk (demonstrative), kata sambung (konjungsi), dan kata yang diulang. Pemarkah kohesi yang dipakai secara sempurna menghasilkan kohesi dengan jenis sebagai diberikut:

[1] Kohesi Gramatikal, yaitu korelasi semantis antar unsur yang dimarkahi alat gramatikal – alat bahasa yang dipakai dalam kaitannya dengan tata bahasa. Kohesi gramatikal sanggup berwujud referensi atau pengacuan, subtitusi dan penyulihan, elipsis atau pelesapan, dan konjungsi atau penghubungan.

[2] Kohesi Leksikal, yaitu korelasi leksikal di antara bagian-bagian wacana untuk mendapat keserasian struktur secara kohesif. Kohesi leksikal sanggup berupa reiterasi yang mencakup repetisi (pengulangan) dan sinonimi (padanan kata), hiponimi, metonimi, antonimi (lawan kata).

misal Kalimat yang mengandung kohesi:

[1] Pak guru mengajar matematika dan Bahasa Inggris. Pelajaran itu dikuasainya dengan baik. (dalam kalimat kedua, kata “matematika dan bahasa inggris” di kalimat pertama digantikan oleh kata “pelajaran itu” – dalam hal ini sanggup dikatakan bahwa kedua kalimat itu mempunyai kohesi.

[2] Bapak dan ibu sudah berangkat. Mereka naik kendaraan beroda empat listrik buatan Indonesia. (dalam kalimat kedua, kata “mereka” merujuk pada kata “bapak dan ibu” yang terdapat dalam kalimat pertama – dalam hal ini sanggup dikatakan bahwa kedua kalimat itu mempunyai korelasi kohesi.

Pengertian Koherensi

Koherensi yaitu keberterimaan suatu tuturan atau teks alasannya yaitu kepaduan semantisnya. Secara lebih spesifik, koherensi diartikan sebagai korelasi antara teks dan faktor di luar teks menurut pengetahuan seseorang. Pengetahuan seseorang yang berada di luar teks itu sering disebut konteks bersama (shared-context) atau pengetahuan bersama (shared-knowledge).

misal kalimat koherensi:

[1] Istri (mengetuk pintu kamar mandi) : Ada telepon dari Joko!
      Suami (sedang mencuci baju di kamar mandi): Lagi tanggung, nih! Lima belas menit lagi, deh.
      Istri: Oke.

Dalam petikan obrolan antara suami dan istri di atas tidak ada pemarkah kohesi yang digunakan. Namun, penerima komunikasi, yaitu suami dan istri, saling mengerti. Kita pun sebagai pendengar atau pembaca kiranya memahami obrolan di atas – sehingga obrolan di atas ialah wacana. Apa yang menyebabkan obrolan di atas terpahami meskipun tidak ada pemarkah kohesi di dalamlnya? Koherensi beroperasi di dalam obrolan tersebut.

Kata “tanggung” harus dihubungkan dengan konteks di luar teks, yaitu aktivitas suami mencuci baju, sehingga istri dan siapa pun yang mendengar dan membaca “lagi tanggung, nih!” memahami bahwa bergotong-royong suami hampir menuntaskan pekerjaan mencuci baju itu. Pengetahuan – menurut pengalaman atau kebiasaan menelepon – yang dimiliki istri ataupun pendengar akan menghubungkan tuturan “lima belas menit lagi, deh! melaluiataubersamaini korelasi telepon dari Joko. melaluiataubersamaini demikian, istri akan berasumsi (berpraanggapan) bahwa suami memintanya untuk menyampaikan kepada Joko, si penelepon, bahwa ia harus menelepon kembali dalam waktu lima belas menit ke depan.

Konteks atau pengetahuan bersama pada umumnya muncul dalam wujud penafsiran kawan tutur, pendengar, atau pembaca atas tindak tutur, praanggapan, dan implikatur. Konteks atau pengetahuan bersama inilah yang kemudian menjadi titik berat analisis pragmatik.

Jadi, sebagai kesimpulan, dalam wacana, selain harus adanya pemarkah kohesi, penunjang koherensi wacana yaitu konektivitas. Suatu wacana tidak harus secara tersurat memuat alat gramatikal (konjungsi) yang sanggup menghubungkan satu gagasan dengan gagasan lain. melaluiataubersamaini kata lain, korelasi logis antarbagian dalam wacana sanggup diciptakan tanpa alat gramatikal.

Demikianlah pembahasan wacana "Perbedaan, misal Kohesi dan Koherensi Bahasa". Semoga bermanfaa!