Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Memetik Nasihat Dari Kasus Kanjeng Dimas Taat Pribadi

INIRUMAHPINTAR - Di tahun 2016, publik Indonesia dikejutkan dengan menyebar luasnya video penggandaan uang oleh seseorang bertubuh gemuk, yang belakangan dikenal sebagai Kanjeng Dimas Taat Pribadi. Beliau diyakini oleh pengikut-pengikutnya sebagai sosok yang luar biasa, bisa menghadirkan uang, permata, emas batangan, kendaraan bermotor, dan apa saja dalam jumlah tidak terbatas. Bahkan rumor menyampaikan Kanjeng Dimas Taat Pribadi bisa berubah wujud menjadi 10 bentuk. Tentu saja, tiruana ini di luar nalar dan tidak bisa dijangkau oleh nalar insan biasa. Dan hebatnya lagi, pengikut Kanjeng Dimas bukan spesialuntuk dari kalangan masyarakat umum. Seorang doktor lulusan Amerika, Marwah Daud pun ikut terjerat dan mengakui di media massa sebagai pengikut setia sekaligus santri Padepokan Kanjeng Dimas. Padahal, kini sang guru sudah mendekam di balik sel tahanan alasannya dugaan kasus pembunuhan dan penipuan.

Hampir setiap hari, pemdiberitaan kasus Kanjeng Dimas Taat langsung menjadi sorotan publik. Acara TV sekelas Indonesia Lawyers Club (ILC) yang digawangi Karni Ilyas pun terpikat mengangkat kasus Kanjeng Dimas sebagai topik diskusi, yang ditayangkan live pada Kamis malam, 4 Oktober 2016. Dan tadi pagi (07/10/2016), Apa Kabar Indonesia Pagi TV One kembali mengundang spesialis metafisika dan pesulap untuk mengungkap misteri di balik kehebatan Kanjeng Dimas Taat Pribadi dalam menjiplak uang. 

Mengapa banyak masyarakat Indonesia tertarik menjadi pengikut Kanjeng Dimas Taat Pribadi?

Mengamati sejumlah tayangan di televisi dan artikel-artikel terkait, penulis menyimpulkan bahwa daya tarik padepokan Taat Pribadi terletak pada kemampuannya menghasilkan uang dalam jumlah besar. Pada proses perekrutan, tiruana pengikutnya dijanjikan bahwa uang yang mereka setorkan akan menjadi berlipat ganda dalam kurun waktu yang sudah ditentukan. Uang 1 juga rupiah misalnya, bisa digandakan menjadi 1 milyar dalam waktu 2 tahun. Luar biasa, dan bagi seseorang yang ketika itu sedang butuh uang, janji-janji tersebut bagaikan kail mengait ikan. Semakin lama, pengikut Kanjeng Dimas bertambah banyak dan menyebar di seluruh Indonesia. Di Sulawesi Selatan saja, terhitung sebanyak 2300 orang disinyalir sebagai pengikut Kanjeng Dimas.

Agar tidak dicurigai sebagai modus penipuan, Kanjeng Dimas Taat Pribadi pun memasukkan zikir dan wirid yang biasa diamalkan oleh muslim sebagai bab dari aliran padepokan yang dipimpinnya. Pada waktu tertentu, Kanjeng Dimas memperagakan kemampuannya menghadirkan uang di depan pengikut-pengikutnya. Tidak tanggung-tanggung, uang yang muncul di balik bajunya ialah penggalan 100 ribu rupiah. Bahkan, ada juga uang dari sejumlah negara. 

Berdasarkan testimoni salah satu pengikutnya, di dalam sekali beraksi, Kanjeng Dimas pun katanya bisa mengubah garam menjadi butiran permata. Belum lagi, kehebatan ia menghadirkan sepeda motor keluaran terbaru dalam waktu sekejap. Semuanya mengundang takjub. Oleh alasannya itu, Kanjeng Dimas diakui sebagai sosok yang mempunyai Karomah, menyerupai kemampuan wali-wali Allah yang terpilih. Jadi, pengikut-pengikutnya percaya bahwa apapun yang diminta Kanjeng Dimas akan menjadi kenyataan. 

Apakah benar Kanjeng Dimas Taat Pribadi Sakti dan mempunyai Karomah?

Jawaban atas pertanyaan ini terkuak setelah seorang pengikut Kanjeng Dimas asal Makassar ingin mengambarkan kesaktian sang guru. Saat itu, Kanjeng Dimas mengaku sudah mengirim sesuatu secara mistik ke pengikutnya tersebut di Makassar. Benar saja, kiriman itu benar-benar ada. Sayangnya, dari CCTV yang terpasang di kediaman sang pengikut diketahui bahwa ada dua orang yang menyimpan sesuatu di halaman rumahnya. Jadi, terungkap bahwa benda kiriman Kanjeng Dimas bukan melalui cara mistik tetapi lewat orang-orang suruhannya.

Selain itu, salah seorang pengikut Taat Pribadi pun pernah menguji keaslian uang yang dihasilkan sang guru. Saat itu, dia diminta untuk mengambil uang atas petunjuk guru. Namun, untuk menguji, sang pengikut mengambil uang di sisi lain di ketika sang guru lengah. Ternyata, uang tersebut ialah uang tiruan.

Pengakuan lain juga sebut bahwa Kanjeng Dimas Taat Pribadi tidak tahu menpenghasilan dan mewajibkan santrinya (sebutan untuk pengikut padepokan Kanjeng Dimas) untuk mengirimkan bacaan al-Fatihah kepada mendiang guru-gurunya, bukan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, banyak sekali ritual-ritual, uang mahar, dan doa-doa yang diajarkan di dalam padepokan sangat guah dan bukan menyerupai aliran agama Islam yang sebenarnya. 

Apakah mungkin seseorang yang tidak bisa membaca Al-Quran, dan mengajarkan ritual-ritual di luar aliran Islam bisa dikatakan sakti dan mempunyai Karomah menyerupai wali-wali Allah? Tampaknya, tidak mungkin. Dan sangat jelas, sebutan-sebutan tentang adanya jin penjaga dan kantung jin di kediaman Kanjeng Dimas semakin mengindikasikan bahwa sudah terjadi komplotan dengan jin dalam menjalankan aksi-aksinya.

Bagaimana Ilmu Pengetahuan Mengungkap Kehebatan Kanjeng Dimas Taat Pribadi, Andai Itu benar-benar terjadi dan tanpa menolongan jin?

Untuk menerangkan fenomena yang dipraktikkan oleh Kanjeng Dimas, dalam agenda ILC (04/10/2016), Marwah Daud Ibrahim, seorang intelektual bergelar Doktor berdarah Bugis Soppeng sekaligus ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi mengungkap sejumlah fakta dari sudut pandang beliau.

Di dalam agenda TV tersebut, ia menawarkan video di ketika dirinya hadir dan menyaksikan sendiri bagaimana agresi Kanjeng Dimas Taat Pribadi meng-ada-kan uang dalam jumlah besar, banyak sekali pelengkap mewah, permata, dan emas batangan. Di video lainnya, juga terlihat bagaimana Kanjeng Dimas Taat Pribadi menghadirkan berpeti-peti uang yang tertutupi bendera merah putih. 

Menurut Marwah Daud, sebelum benar-benar percaya tentang adanya kekuatan multi-dimensi menyerupai yang dimiliki Kanjeng Dimas Taat Pribadi, dirinya istikharah selama 1 tahun. Beliau memperoleh keyakinan ketika menemukan pembenaran di dalam surah An Nahl ayat 38-40, tentang kemampuan seseorang (berarti manusia) yang mempunyai ilmu dari Al Kitab menghadirkan singgasana Balqis dalam sekejap mata  di Singgasana Nabi Sulaiman, mengalahkan kemampuan Ifrit (sebangsa jin). Ini petikan ayatnya:

Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara engkau sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka hadir kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri". (38) 

Berkata `Ifrit [yang cerdik] dari golongan jin: "Aku akan hadir kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum engkau bangun dari kawasan dudukmu; sesungguhnya saya benar-benar berpengaruh untuk membawanya lagi sanggup dipercaya". (39) 

Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: [1] "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba saya apakah saya bersyukur atau mengingkari [akan ni’mat-Nya]. Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk [kebaikan] dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". [40]

Dari ayat tersebut, Marwah Daud mengungkapkan betapa mungkinnya seorang insan biasa, yang didiberikan karunia dari Allah SWT untuk menghadirkan apa saja. 

Hal ini dipertegas lagi oleh seorang Pengamat Komunikasi Trans-dimensi, Safari Ans bahwa di dalam Al-Quran disebutkan bahwa insan ialah makhluk sempurna, bukan Jin. Namun, banyak insan yang salah bersikap, malah menuhankan Jin. Dalam kasus Kanjeng Dimas, berdasarkan Safari Ans, sangat mungkin terjadi kerjasama antara Kanjeng Dimas dengan jin-jin yang taat kepada dirinya, terutama dalam menghadirkan sesuatu dari suatu kawasan ke kawasan lain.

Bagaimana Memetik Hikmah dari Kasus Kanjeng Dimas Taat Pribadi?

KH. Hasyim Musadi, yang juga hadir di agenda ILC (04/10/2016) membuka ruang berpikir kita sebagai insan biasa. Beliau menerangkan fenomena Kanjeng Dimas ini dari sudut keilmuan Islam. Yang menarikdanunik  dalam klarifikasi ia yaitu terkena perbedaan antara dukun dan orang-orang saleh. Menurutnya, dukun ada yang manis ada juga yang tidak. Dukun fisik menyerupai dukun bayi dan dukun pijat termasuk dukun yang baik. Sedangkan dukun yang berafiliasi dengan jin atau syetan, termasuk dukun yang salah. Bersekutu atau berkolaborasi dengan jin atau syetan ialah bentuk kemusyrikan. Apalagi, jin dan syetan yang sudah memmenolong manusia, katanya, tidak pernah gratis. Mereka selalu minta imbalan, dan bemasukan imbalan itu tidak pernah sedikit. Bahkan hingga meminta nyawa sebagai tumbal.

Penjelasan lain dari KH. Hasyim Musadi menyinggung tentang kriteria dan tingkatan orang saleh yang menerima Karomah dari Allah SWT. Menurutnya orang-orang saleh itu ada tingkatannya dan semakin tinggi tingkatan itu, maka semakin tinggi kelebihan yang dimilikinya. Tingkatan tertinggi, menurutnya, sudah terbebas dari sekat-sekat antar-dimensi. Pengetahuannya pun menjangkau masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Namun, kemampuannya dihentikan disampaikan lantang dan terbuka ke khalayak ramai. Dalam hal ini, orang tersebut harus menyampaikannya dengan kalimat yang bisa diterima nalar dan nalar insan biasa, sembari membimbingnya ke jalan yang lebih baik. Lagipula, menurutnya, orang-orang pilihan, layaknya wali Allah menyerupai ini tergambar dalam ibadah dan akhlaknya.

Selanjutnya, mengakhiri tausiahnya, KH. Hasyim Musadi menghimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia biar senantiasa lebih waspada dan tidak praktis percaya jikalau ada yang mengaku-ngaku punya kelebihan ini itu. Lihat ibadahnya, amati akhlaknya dan pastikan dia tidak melaksanakan acara menyimpang atau bersekutu dengan jin. Selengkapnya, lihat video diberikut ini:

sumber : youtube

Catatan Penulis

Menurut penulis sendiri, mencari uang, jabatan, atau impian dunia apapun, lebih baik dengan cara memperbanyak ibadah dan ikhtiar yang logis sesuai kaidah-kaidah syariah. Tidak usah percaya dengan hal-hal yang gaib. Toh, insan dikodratkan untuk terbatas dalam hal gaib. Sekalipun ada orang-orang yang mengaku mempunyai kelebihan menyerupai wali Allah, baiknya perhatikan dulu sepak terjangnya. Jika ibadahnya mantap, shalatnya tepat waktu, selalu berjamaah di mesjid, hafalan Qurannya 30 juz, dan juga amalan sunnahnya luar biasa, tahajud, dhuha, sedekahnya luar biasa, masuk budi untuk dipercaya. 

Namun demikian, meskipun ada insan pilihan yang didiberi karunia, hidayah, atau karomah dari Allah, tidak elok jikalau kita menggantungkan rezeki, takdir, nasib, dan masa depan kepadanya, apalagi hingga mengkultuskan dirinya melebihi kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SWT dan pencipta alam semesta, Allah SWT. Semoga dari kasus Dimas Kanjeng Taat Pribadi ini, kita tiruana sanggup memetik pesan yang tersirat dan pelajaran berharga, biar kedepannya menjadi langsung yang lebih pintar bersyukur dengan rezeki di depan mata, diberikhtiar dengan kesungguhan hati, dan menjadi hamba-hamba yang lebih taat diberibadah. Semoga Allah SWT merahmati kita tiruana.