Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

7 Kebiasaan Jelek Penyebab Prestasi Sekolah Menurun

INIRUMAHPINTAR - Salah satu indikator untuk melihat kualitas seorang siswa yaitu dengan melihat bagaimana prestasinya di sekolah, baik prestasi akademik (kognitif dan psikomotorik) maupun prestasi afektif. Siswa yang fokus dan disiplin akan bersungguh-sungguh berguru dan terus berprestasi di sekolah. Sementara, siswa yang main-main akan menuai hasil kekecewaan di setiap tunjangan hasil ulangan dan penerimaan rapor. 

Setiap orang bau tanah yang mendapati anak-anaknya selalu memperoleh rangking teratas di sekolah, tentu saja merasa besar hati dan bersyukur. Sedangkan, orang bau tanah yang terpaksa harus mendapatkan kenyataan, melihat belum dewasa mereka turun peringkat, atau bahkan tidak naik kelas niscaya akan melaksanakan apa saja demi membangkitkan kembali semangat berguru belum dewasa mereka.

Pada zaman lampau, di dikala teknologi belum secanggih dikala ini, penurunan prestasi sekolah biasanya disebabkan lantaran keterbatasan buku, banyaknya waktu bermain anak yang tidak seimbang dengan waktu belajar, kurangnya kawasan bimbingan belajar, atau lantaran terbatasnya penerangan di malam hari sehingga mengganggu kegiatan belajar. 

Namun, di era 21 mirip dikala ini, tiruananya serba lengkap. Bahkan, informasi apapun sanggup diperoleh dalam genggaman. Lalu, mengapa masih banyak belum dewasa yang mengalami penurunan prestasi belajar? Ternyata, tidak tiruana kegampangan membawa dampak baik bagi perkembangan pendidikan anak. Di satu sisi, ada banyak dampak negatif yang setiap hari mener0r para pelajar di manapun mereka berada.

Pada peluang ini, saya ingin mengambarkan satu persatu 7 kebiasaan jelek yang mesti dihindari lantaran sanggup menjadikan prestasi sekolah menurun drastis. Para orang bau tanah pun sebaiknya mencatat hal-hal yang akan saya sebutkan. Pasalnya, tidak sedikit orang bau tanah yang kecolongan dan tidak tahu betapa gampangnya belum dewasa mereka terjerumus ke dalam lembah-lembah dunia lain. INI 7 Kebiasaan Buruk Penyebab Prestasi Sekolah Menurun yang perlu diketahui orang tua. Selamat membaca!


1. Menonton Drama Korea Hingga Larut Malam/Subuh

Kebiasaan jelek yang pertama yaitu menonton drama korea hingga tengah malam atau dini hari. Kebiasaan ini sangat terkenal di pelajar-pelajar cewek. Saya kurang yakin apakah ada pelajar-pelajar perjaka yang ikut-ikut terjangkiti. Orang bau tanah yang tahu anak-anaknya kecanduan menonton drama korea tentu akan menegur. Namun, kebiasaan ini sangat susah terdeteksi. Di sebuah lembaga curhat remaja, banyak siswi Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengan Atas yang mengakui bahwa mereka menonton drama korea di kamar eksklusif mereka hingga tengah malam.

Dan kadang kala mereka asyik menonton seri-seri lainnya hingga subuh. Lalu, mengapa orang bau tanah mereka hingga tidak tahu? Ternyata, pelajar-pelajar cewek mematikan lampu kamar, seakan-akan akan pulas. Tetapi, di tengah keheningan malam, mereka menyalakan laptop, memakai headset, kemudian asyik menonton drama korea hingga waktu tidak terasa hampir pagi. Akibatnya, banyak di antara pelajar-pelajar tersebut yang kebablasan. Lupa mengerjakan pekerjaan rumah, lupa berguru meski akan ulangan, lupa segala-segalanya wacana sekolah. Imbasnya, prestasi di sekolah anjlok, meluncur ke papan bawah. 

2. Main Game hingga Menembus Pagi

Sama dengan kasus di atas, ada kebiasaan guah, unik, dan sanggup berakibat jelek bila dibiarkan melebihi batas waktu, yaitu main game hingga pagi. Kebiasaan jelek ini sanggup menjangkiti pelajar perjaka maupun cewek, bahkan orang terpelajar balig cukup akal sekalipun. Apalagi dikala ini, game-game asyik baik offline maupun online bertaburan kolam bintang-bintang di langit. Semua sanggup di saluran di ponsel masing-masing. Lalu, mengapa para pelajar main gamenya sanggup hingga tembus pagi? Ternyata, game-game yang dimainkan sanggup memicu kecanduan. Salah satu penyebabnya, lantaran semakin usang dimainkan, level game sebaik naik. Ada juga beberapa game yang sanggup bikin penamasukan, misalnya, bagaimana melawan musuh atau mengalahkan lawan. 

Dan game yang tiada matinya yaitu game bola. Bagi mereka yang pencinta bola, umumnya pelajar cowok, biasanya juga suka main Playstation atau X-box. Parahnya, mereka sanggup main bola hingga menembus pagi. Imbasnya, tentu saja mereka lupa menuntaskan kiprah sekolah, pekerjaan rumah, atau bahkan lupa mandi dan makan. Pokoknya, tiruana hal diabaikan spesialuntuk lantaran ingin memenangkan setiap pertandingan bola yang mereka mainkan. Di beberapa tempat, malah ada yang hingga membuat komunitas gamers bola dan sering melaksanakan kompetesi Cup ala mereka sendiri setiap hari, sepanjang siang dan malam. Akibatnya, sanggup ditebak, sekolah awut-awutan dan prestasi menurun drastis ke dasar klasemen kelas.

3. Ketagihan Eksis di Sosial Media

Kebiasaan jelek diberikutnya yaitu ketagihan sosial media. Kebiasaan ini biasanya menjangkiti pelajar-pelajar muda yang gres saja didiberikan peluang oleh orang tuanya mempunyai ponsel pribadi. Mereka tidak pernah lepas dari gadget pandai tersebut. Apa yang mereka lakukan? setiap dikala update status, balas komentar, chatting, update foto atau video. Untuk mengisi ruang beranda di sosial medianya, mereka tentu saja menghabiskan sebagian besar waktunya untuk hunting foto-foto alay di mana saja. Terkadang mereka juga merekam video-video lucu mereka sendiri, mengeditnya, kemudian meng-uploadnya ke sosial media, mirip Insagram. Tentu saja, hal-hal yang mereka lakukan ini masuk akal lantaran mereka masih dalam proses menemukan jati diri. Masalahnya yaitu ketika mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk eksis di sosial media ketimbang berguru atau mengerjakan tugas.

Parahnya lagi, mereka sangat hafal mati tiruana tombol-tombol dan item-item yang tersedia di sosial media. Namun, di pelajaran sekolah mereka mati kutu. Yang ada dipikirkan mereka setiap dikala yaitu topik apa yang akan diupdate sepulang sekolah. Jika orang bau tanah kecolongan dan membiarkan anak-anaknya terjerumus ke lembah dunia maya, mirip sosial media dan melupakan waktu belajar, maka tunggulah saatnya merasa kecewa. Di selesai semester, para orang bau tanah akan mendengar atau membaca sendiri hasil rapor belum dewasa mereka yang jauh dari keinginan alias menge-ce-wa-kan.

4. Menonton TV hingga Lupa Waktu

Kebiasaan jelek selanjutnya yaitu menonton TV secara hiperbola hingga lupa waktu. Sepulang sekolah, kawasan nongkrong kesukaan pelajar yang terpengaruh kebiasaan jelek ini yaitu di depan TV atau di dalam kamar, bila di kamar mereka tersedia TV. Tentu, kita pun sudah tahu bila seluruh channel TV berlomba-lomba menghadirkan acara-acara TV yang menarikdanunik. Jadi, para pelajar merasa dimanjakan, menyerupai berada di bioskop pribadi. Mereka sanggup menonton FTV, sinetron, film India, jadwal gosip, hingga program-program musik hingga jadwal pencarian bakat, termasuk dangdut-dangdutan.

Tanpa kontrol orang tua, pelajar yang terserang kebiasaan jelek ini akan semakin ngelunjak. Jika dibiarkan, mereka bela-belain begadang spesialuntuk untuk memastikan siapa peserta ajang pencarian talenta yang akan tersenggol. Alhasil, pelajar tersebut lupa melaksanakan kewajibannya, yaitu mengerjakan PR, menuntaskan tugas, atau kerja kelompok. Semua lantaran sudah ketagihan nonton TV. Jadi, pada dikala ulangan, yang diingatnya spesialuntuk jadwal acara-acara TV kesukaannya, bukan bahan pelajaran. Parah bukan! Dan sama dengan kebiasaan jelek di atas, imbasnya akan kelihatan di selesai semester, prestasi menurun hingga ke channel paling terendah.


5. Sering Keluar Rumah (Nongkrong)

Pelajar yang berkepribadian ekstrovert lebih banyak mengalami kebiasaan jelek ke-5 ini. Mereka tidak suka membisu di rumah. Yang membuat mereka bahagia yaitu kumpul bersama dengan kawan-kawan gengnya. Jika kumpulnya di siang atau sore hari dan mengulas wacana pelajaran sekolah tentu lebih bagus. Masalahnya yaitu durasi nongkrong mereka kebanyakan justru di malam hari. Pengidap kebiasaan ini biasanya juga pelajar yang suka musik, nge-band, main kartu, atau komunitas motor-motor. Mereka akan konvoi dan berkeliling kota di dikala malam sepi dan hening, sambil menikmati dinginnya angin malam dan kebersamaan. Tidak sedikit yang malah harus berurusan dengan pegawanegeri lantaran berani melanggar tata tertib kemudian lintas atau mencoba-coba barang-barang terlarang.

Ketika terlanjur keasyikan nongkrong bersama kawan-kawan, tidakboleh harap mereka akan menyisakan sedikit waktu untuk berguru atau mengerjakan kiprah sekolah. Kebanyakan malah tidak lagi peduli dengan nilai atau prestasi sekolah. Meski kebanyakan pengidap kebiasaan ini yaitu mereka yang mengalami problem keluarga, contohnya ortu broken home atau ortu sibuk melulu dan jarang di rumah, tidak sedikit yang menganggap kegiatan nongkrong ini spesialuntuklah sebagai momentum mencari hiburan dan kesenangan. Dunia malam menjadi dunia mereka. Penyesalan barulah terasa ketika mereka tamat sekolah (itupun kalau sanggup bertahan atau dipertahankan). Kebanyakan kemudian yang menjadi penyebab kericuhan dan menjadi sampah masyarakat. Jikalaupun sadar kemudian, merekalah yang banyak kita dapati menjadi kuli bangunan, atau pekerja lepas yang mengandalkan fisik dalam bekerja.

Jadi, orang bau tanah yang mengerti wacana kebiasaan keluar rumah ini, sebaiknya mencarikan solusi. Misalnya, dengan membuat kawasan kumpul bersahabat rumah, kemudian mengisinya dengan hal-hal positif mirip main badminton, fokus nge-band dan berkarya, tes dance, atau membuat lomba catur antar pelajar tingkat RT/RW. Setidaknya, para pelajar yang suka nongkrong ini tidak terjerumus ke hal-hal yang bukan spesialuntuk menurunkan prestasi sekolah tetapi juga membahayakan diri mereka sendiri.

6. Terlalu Aktif dan Sibuk di Organisasi Sekolah

Sibuk berorganisasi yaitu satu kebiasaan bagi siswa atau pelajar yang berjiwa pemimpin dan suka bekerja sama sambil membuat terobosan-terobosan. Mereka umumnya yaitu penggerak OSIS, pramuka, PMR, atau organisasi-organisasi lain di bawah naungan sekolah. Namun, tidak sedikit juga pelajar-pelajar, umumnya di perkotaan yang aktif dalam organisasi sosial di luar sekolah. Tentu saja, keaktifan di organisasi berpotensi menguras tenaga dan waktu. Jika kurang pandai mengatur waktu, lambat laun keasyikan yang dirasakan di dunia organisasi sanggup berdampak jelek bagi prestasi berguru di sekolah. 

Jadi, tidakboleh heran bila ada mitra kelas kalian yang jago dan lihai dalam organisasi tetapi selalu remedial dalam ulangan. Tidak selamanya benar-benar bodoh, lantaran ada juga penggerak organisasi yang berprestasi di sekolah. Penyebabnya yaitu mereka terlalu aktif, sibuk, dan hasilnya kebablasan sehingga no time for studying

Orang bau tanah yang melihat fenomena ini terjadi di belum dewasa mereka, dihentikan tinggal diam. Orang bau tanah harus turut andil dan mengajak belum dewasa mereka berdiskusi wacana masa depan dan passion si anak. Jika memang anak tersebut suka organisasi, ajaklah sekali-kali untuk ber-organisasi sambil belajar, contohnya dengan membuat kegiatan-kegiatan mencerdaskan, mirip membuat lomba cerdas cermat, dsb. Untuk hasil yang lebih baik, yah, orang bau tanah harus mengarahkan belum dewasa mereka supaya punya waktu buat organisasi dan juga sekolah. Jika tidak, sama dengan dampak kebiasaan jelek di atas, prestasi sekolah berpotensi anjlok.

7. Penyakit TuTiMa (Tukang Tidur dan Malas-Malasan)

Kebiasaan jelek yang ke-7 atau yang terakhir penyebab turunnya prestasi sekolah yaitu membiarkan penyakit TuTiMa menjangkiti tanpa keinginan untuk refleksi dan reformasi diri. Kebiasaan ini biasanya dimiliki oleh pelajar yang introvert kelas berat. Mereka tidak mempunyai hobi apa-apa. Kerjanya cuma pulas, pulas, bangun, makan, pulas lagi, bangun, makan lagi, pulas, begitu seterusnya. Tidak ada waktu untuk sekedar membuka-buka buku. Bahkan di kelas, wajahnya ajah bikin ngantuk, mungkin lantaran keseenteng bergaul dengan kasur dan bantal. 

Orang bau tanah yang mempunyai anak mirip anak harus waspada. Hal itu dikarenakan dua hal. Pertama, bila dibiarkan sang anak berpotensi terkena obesitas (kegemukan) lantaran keseenteng serius mendengkur dan bertapa di dalam selimut. Kedua, prestasi sekolah akan anjlok dan kempes sekempes-kempesnya lantaran sang anak doyan pulas tapi malas berguru dan membuka buku. 

Entah apa penyebabnya, tetapi sebagai langkah terapi, sebaiknya kenalkan anak tipe ini dengan dunia baru. Sekali-kali ajak kawan-kawan si anak untuk berguru bersama di rumah. Atau sanggup juga undang guru privat supaya ada yang mendampinginya berguru dan mengerjakan tugas. melaluiataubersamaini harapan, si anak memperoleh manfaat, berguru lebih teratur, pulas pun teratur, dan prestasi sekolah tidak jadi turun.

Nah, demikianlah celoteh pendidikan yang sempat saya paparkan pada peluang ini. Semoga bermanfaa dan menginspirasi para pembaca. Jangan lupa komentar, like, atau share ke sosial media, supaya banyak yang ikut memperoleh kebaikan. Terima kasih dan hingga jumpa di goresan pena saya diberikutnya!