Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Proses Pembentukan Tanah Dan Faktor-Faktor Pembentuknya

INIRUMAHPINTAR - Jelaskan Proses pembentukan tanah dan faktor-faktor pembentuknya? Proses pembentukan tanah dan faktor-faktor pembentuknya yakni hal yang perlu kita pahami sebagai penggalan dari proses alam dalam ilmu Geografi. Antara proses pembentukan tanah dan faktor-faktor pembetunkannya tidaklah dibahas terpisah lantaran keduanya mempunyai keterkaitan satu sama lain yang tidak sanggup dipisah-pisahkan. Dalam hal ini pembentukan tanah meliputi banyak sekali proses dan beberapa faktor. Berikut klarifikasi lengkapnya:

Proses Pembentukan Tanah

Perkembangan tanah dari batuan induk yang padat menjadi materi induk yang agak lunak, yang selanjutnya berangsur-angsur menjadi lapisan tanah bawah dan lapisan tanah atas (subsoil dan topsoil), memakan waktu begitu usang hingga ratusan tahun bahkan sanggup hingga ribuan tahun. Perubahan-perubahan dari batuan induk menjadi tanah dan seterusnya terjadi lantaran batuan mengalami proses pelapukan, yaitu mengalami proses penghancuran lantaran imbas iklim. Perubahan dari materi induk menjadi lapisan tanah disebut proses pembentukan tanah.

Tingkat pertama pembentukan tanah yakni proses pelapukan, yakni suatu proses di mana batuan mengalami kehancuran dan pelembutan, tanpa disertai perubahan susunan kimia. Pelapukan ini terjadi lantaran dipengaruhi oleh penyebab-penyebab yang bersifat merusak yakni iklim. Dan yang termasuk iklim yakni sinar matahari, perbedaan temperatur antara siang dan malam hari, keadaan animo kemarau dan animo penghujan dan air hujan sendiri.

Pertama-tama batuan dipecahkan ke dalam pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral penyusunannya. Selanjutnya oleh air, asam dan senyawa-senyawa yang larut dalam air, pecahan-pecahan batuan dan mineral ini menjadi lunak dan terurai ke dalam unsur-unsur penyusunnya.

Dari materi sisa-sisa penguraian dan senyawa-senyawa yang lain terjadilah pelapukan yang selanjutnya bersenyawa kembali membentuk mineral-mineral baru.

Selanjutnya pelapukan itu sendiri ada tiga macam:
- Pelapukan fisik.
- Pelapukan kimia.
- Pelapukan biologis.

Pelapukan Fisik

Pelapukan ini sering disebut alterasi yakni proses pemecahan dan peleburan batuan tanpa mengalami perubahan susunan kimia dan tak ada pembentukan mineral baru. Hasil pelapukan ini ialah pecahan batuan dan mineral dengan susunan kimia yang sama dengan batuan aslinya. Pelapukan fisik berlangsung dengan cepat terutama pada kawasan yang diberiklim hirau taacuh dan kawasan yang diberiklim kering dan gerah. 

Adapun penyebab-penyebabnya yakni pergantian temperatur yang sangat besar antara siang dan malam hari. Maka permukaan tanah pada waktu temperatur turun akan mengembang sedang waktu temperatur naik (gerah) permukaan menjadi sempit, sehingga lantaran itu permukaan tanah akan bercelah. Pembekuan air di celah-celah akan menjadi es sehingga sanggup menimbulkan tekanan yang besar. Penyebab lain pelapukan fisik yakni pengikisan air di dasar-dasar sungai dan gelombang bahari yang besar di sepanjang pantai. 

Pelapukan Kimia

Pelapukan kimia yakni proses pelapukan dan penguraian pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral ke dalam unsur-unsur penyusunnya yang biasanya disertai dengan pembentukan mineral-mineral baru. Pelapukan ini terjadi lantaran imbas reaksi kimia, maka terjadilah penguraian ke dalam unsur-unsur penyusunnya. Senyawa-senyawa larut yang terlepas tolong-menolong dengan sisa penguraian pada waktunya akan membentuk mineral-mineral baru. 


Mineral-mineral gres yang terjadi selama pembentukan tanah disebut mineral sekunder. sedang mineral-mineral orisinil disebut mineral primer. Penyebab utama pelapukan kimia yakni air (air yang penuh gas oksigen dan asam arang menjadi katalisator reaksi kimia) yang dipertinggi daya pelarutnya oleh karbondioksida, asam-asam organik dan anorganik yang melarut di dalamnya. Reaksi-reaksi kimia yang melarutkan dan menguraikan mineral-mineral antara lain: oksidasi, reduksi, hidratasi, hidrolisis, pembentukan senyawa karbonat dan pelarutan (reaksi mineral dan asam-asam serta garam-garam). Sebagai pola kita ambil perubahan kapur dalam air yang penuh dengan gas C; (CaCO3 + H20) + CO2 (carbonat yang tak sanggup melarut) menjadi Ca(HCO3)2 (asam karbonat yang sanggup melarut). 

Pelapukan Biologis

Pelapukan biologis yakni pelapukan yang disebabkan kegiatan tumbuhan dan hewan, baik yang tingkat tinggi maupun yang tingkat rendah. Selama terjadi pemecahan batuan yang risikonya menjadi tanah. maka di situ ialah tempat kegiatan zat-zat hidup tanah. Pertama-tama yakni basil autotrof dan lumut-lumut yang pada waktu mati menjadi materi organik yang sanggup dipergunakan sebagai materi makanan lumut yang lain, Lebih lanjut tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi hidup di dalamnya juga. Akar-akar tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi masuk ke dalam celah-celah (retakan) batuan dsb. menembus masuk penggalan yang lain memmenolong memecahkan batuan. Zat-zat hidup tadi mempercepat perubahan batuan dan mempertinggi kandungan CO2 lantaran pernafasan dan menambah keasaman bagian-bagian tertentu materi organis. 

Penguraian sisa-sisa organis oleh mikrobia tanah menghasilkan karbondioksida asam-asam organik dan anorganik yang memmenolong mempercepat pelapukan kimia. 
Jasad hidup tanah lain ibarat insekta, tiruant, rayap, anjing tanah menghancurkan materi organik dan mencampurkannya dengan bahan-bahan mineral yang akan mempercepat pelapukan kimia. 

Cacing-cacing tanah memakan materi organik, membuat saluran-saluran di dalam tanah yang risikonya sanggup melonggarkan tanah. Semua jasad hidup tanah, selanjutnya hidup dan mati pada tanah dan risikonya memmenolong mempercepat pembentukan tanah. 

Ketiga macam pelapukan tersebut tidaklah bangun sendiri, tetapi susul- menyusul atau tolong-menolong bekerja menghancurkan batuan: Mulai ketika unsur-unsur mineral materi organis hidup bersama-sama, timbullah tanah pertanian. Sedikit demi sedikit dan terus-menerus, proses fisik, kimia dan biologis berlangsung sehingga terbentuklah tanah. Unsur-unsur yang paling halus dan yang paling simpel melarut, turun ke bawah dibawa air hujan masuk ke celah-celah. Maka terjadilah migrasi dan terbentuklah lapisan-lapisan gres yang susunannya sangat berlainan dengan yang lampau. 

Faktor-Faktor Pembentukan Tanah

Pembentukan tanah ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: 
1. Iklim
2. Batuan Induk
3. Vegetasi 
4. Relief (tinggi tempat/naik/turunnya tanah). 
5. Manusia
6. Waktu
Makara tiruana itu tidaklah bangun sendiri, melainkan selalu berkaitan dari faktor yang satu dengan yang lain. 

1. Iklim

Faktor iklim lazimnya sangat memilih di dalam pembentukan tanah. Di dalam batas-batas iklim tertentu (mis: tropis, subtropis dis.) dekomposisi (penghancuran) batuan yang berlainan selalu akan menghasilkan jenis-jenis tanah yang sama, asal masa dekomposisi cukup lama. 

Data ini mengambarkan betapa pentingnya peranan iklim dalam proses pembentukan tanah. Berdasarkan batas-batas iklim yang jelas, maka terang pulalah bulat jenis tanah antara katulistiwa dan di kedua kutub. 

Data-data iklim yang lebih memilih yakni curah hujan dan temperatur. Curah hujan akan mempercepat pelarutan dan migrasi, sedangkan temperatur akan mempercepat perubahan-perubahan dan batuan menjadi tanah. Maka tanah yang berkembang paling cepat yakni di kawasan yang diberiklim gerah dan hirau taacuh (katulistiwa) di mana dalamnya tanah hingga beberapa meter, sedang perkembangan tanah akan sangat berkurang pada kawasan yang sangat hirau taacuh (kutub) dan kawasan yang sangat kering (padang pasir). 

2. Batuan Induk

Batuan induk sendiri ialah faktor pembentuk tanah. Di antarannya ada yang keras dan ada pula yang agak keras yang sanggup meresap air (permeabel), ini dipandang dan satu sudut, sedang dari sudut lain lantaran susunan kimianya. Batuan induk yang permeabel akan cepat berubah dibandingkan batuan yang tidak permeabel, lantaran migrasi akan lebih intensif. Lebih lanjut hal ini akan dijelaskan pada penggalan sifat-sifat fisik tanah. 

3. Vegetasi

Faktor vegetasi juga memainkan peranan dalam pembentukan tanah. Akar-akar tumbuhan masuk ke dalam celah-celah batuan dan ikut melebarkan celah-celah tersebut. melaluiataubersamaini adanya vegetasi akan mensugesti juga bagian-bagian di atas tanah dan turut mengubah iklim mikro, lantaran pada tanah yang tanpa vegetasi akan cepat terjadi abrasi dari tanah yang tertutup oleh hutan. Hal ini akan tampak terang sekali pada lereng-lereng di kawasan pepegununganan. Vegetasi itu akan menghasilkan bahan-bahan organik yang ikut memilih perkembangan tanah, terutama tumbuhan yang bergetah akan menghasilkan humus masam yang sanggup mempercepat penghancuran batuan tanah. Selanjutnya, pohon-pohon yang berdaun lebat banyak menghasilkan humus lunak yang sanggup mempercepat pula pembentukan tanah. 

4. Relief

Tinggi rendahnya tempat dan naik turunnya tanah disebut relief. Relief akan memilih dalam dan tidaknya air tanah yang sanggup mensugesti cepat dan lambatnya proses pembentukan tanah. 

5. Manusia

Secara eksklusif atau tidak eksklusif insan juga berperan sebagai faktor pembentukan tanah, lantaran insan sanggup merusak atau memperbaiki keadaan tanah. Bila merusak hutan (menebang) tanpa menanam kembali berarti akan mempercepat kerusakan tanah. Sebaliknya dengan kultur metode yang tepat ibarat pengolahan, penanaman, pemupukan dan menambah materi organik akan memperbaiki sifat-sifat tanah dan sanggup mengawetkan keadaan tanah. 

6. Waktu

waktu yakni faktor yang penting. Perkembangan tanah tak sanggup disaksikan dalam waktu seumur manusia. Dari batuan menjadi tanah memakan waktu ribuan tahun, bahkan sanggup jutaan tahun. Kombinasi tiruana faktor di atas, akan berakhir dengan pembentukan tanah yang sudah masak yang jenisnya tidak sama-beda. Oleh kareña itu, tanah harus diklasifikasikan biar sanggup dibanding-bandingkan dan dimanfaatkan dengan lebih sempurna. Teknik perbaikan tanah, untuk suatu jenis, akan berkhasiat pula untuk lain jenis asal keadaan iklim tidak terlalu tidak sama. 

Konsep Pembentukan Tanah

Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang bekerja di Amerika Serikat, dalam bukunya Factors of Soil Formation (1941) mengajukan konsep pembentukan tanah sebagai: 
S = f (p, cl, o, r, t) 

S yakni Soil (tanah), p = parent material (bahan induk atau batuan), cl = climate (iklim), o = organism, r = relief (topografi), t = time (waktu). 

Tanah tersusun dan partikel partikel hasil rombakan batuan secara kimiawi termasuk dalam hal ini proses abrasi dan pelapukan. Komposisi tanah tidak sama dengan komposisi batuan induknya dan hal ini disebabkan lantaran adanya interaksi antar litosfir, hidrosfir, atmosfir dan biosfir. Tanah tersusun dan adonan mineral-mineral dan materi organik baik yang berbentuk padat, cair maupun gas. Partikel-pertikel tanah bersifat lepas, membentuk suatu struktur tanah dengan ruang pori yang meliputi larutan tanah yang berbentuk cair dan gas (udara). 

Pembentukan tanah intinya ialah dampak dan kombinasi proses fisika, kimia, biologi dan antropogenik dan batuan induknya. Genesa tanah melibatkan proses-proses pembentukan lapisan-lapisan atau horson-horson yang sanggup diamati pada suatu profil tanah. Proses proses ini melibatkan penambahan, penghilangan, transformasi dan tranlokasi dari meterial yang menyusun tanah. Mineral berasal dari hasil pelapukan batuan yang mengalami perubahan membentuk mineral-mineral sekunder dan komponen lainnya yang terlarut didalam air, komponen komponen tersebut kemudian berpindah dan satu tempat ketempat lainnya melalui kegiatan air ataupun kegiatan binatang. 

Perubahan dan perpindahan material yang terdapat didalam tanah yang menimbulkan terbentuknya lapisan-lapisan tanah yang jelas. Pelapukan batuan dasar akan menghasilkan material induk dimana soil terbentuk. Sebagai contoh, pembentukan tanah yang berasal dari batuan lava di kawasan yang diberiklim tropis dengan curah hujan cukup tinggi. Pada iklim yang demikian, tumbuh-tumbuhan akan tumbuh dengan cepat, terutama pada batuan lava basaltis, namun demikian sedikit sekali material organik yang dijumpai. Tumbuh-tumbuhan ditunjang oleh batuan yang porous yang terisi oleh nutrisi yang terbawa oleh air, ibarat larutan mineral dan guano. Perkembangan akar-akar flora yang bercampur dengan jamur mycorrhizal secara berangsur dan perlahan sanggup menimbulkan terbelahnya batuan lava yang porous dan pada risikonya akan terjadi akumulasi dari material organik. 

Pedologi yakni cabang ilmu tanah yang mempelajari sifat dan ciri tanah serta proses pembentukan tanah. Pedologi berasal dar bahasa Rusia pedologiya, yang dalam bahasa Yunani pedon = tanah. Dalam pedologi dipelajari genesa tanah, morfologi tanah, dan kiasifikasi tanah. 

Referensi: 
1. Buku Geomorfologi karya Djauhari Noor 2014 
2. Buku Dasar-Dasar Bercocok Tanam terbitan Kanisius 1983