Biografi Muhammad Bin Abdullah Sebagai Pedagang
Penyair Bushiri tersebut memdiberi kesimpulan bahwa seeorang mustahil menjangkau dan menguraikan wacana riwayat Muhammad bin Abdullah secara sempurna. Hal ini senada dengan pendapat Mohammed Arkoun yang menyatakan bahwa mendekati kepribadian Muhammad yaitu sesusah dan se-perdebatan mendekati al-Quran itu sendiri. Meskipun demikian, dalam mengambarkan biografi dan sejarah bisnis Muhammad penulis tetap berusaha seterbaik mungkin.
Kelahiran Muhammad dari kalangan terhormat tidak sama dengan keadaan perekonomian, lantaran pada dikala Muhammad lahir keadaan keluarga dalam kondisi yang relatif miskin. Dia tinggal bersama keluarga selama enam tahun dan mengalami kehidupan nomaden yang amat susah. Ketika dibawa ke Makkah, dalam perjalanan itulah ibunya meninggal dunia. Kesedihan mendalam inilah yang mengakibatkan Muhammad kemudian tumbuh sebagai pribadi yang sanggup bangun diatas kaki sendiri dan peduli dengan yatim piatu.
Sesudah ibunya meninggal, Muhammad dirawat kakek dari garis ayah, yaitu Abdul Mutholib. Kakeknya yaitu orang yang masih diperhitungkan, dia tetap diakui sebagai ketua kabilah Bani Hasyim dari suku Quraisy, meski pada dikala itu dia sudah tidak sanggup berpergian bersama kafilah-kafilah. Bersama kakeknya Muhammad hidup dengan penuh limpahan kasih akung, orang bau tanah bijaksana inilah yang memimpin pemburuan ketika Muhammad kecil tersesat di labirin lorong-lorong Makkah, dan ditemukan ketika Muhammad sedang menyusuri jalan di kota atas.
Sejak dikala itulah dalam usia yang masih kecil, delapan tahun, Muhammad mencar ilmu menjadi bisnisman, ia mencar ilmu hidup sanggup bangun diatas kaki sendiri untuk meentengkan beban pamannya dan juga untuk kebutuhannya dengan menggembala kambing penduduk Arab di padang pasir. Muhammad mempunyai tanggung balasan ratusan ujung kambing yang dipercayakan kepadanya. Menggembala kambing tidak segampang yang dibayangkan banyak orang, tidakboleh memandang remeh pekerjaan ini, kambing mempunyai anyir apek, kotor dan tidak simpel mengikuti perintah meskipun dipukul dengan keras.
Pada masa ini Muhammad sudah masuk pada tahap pertama dunia cukup umur pedagang Makkah, pertama-tama dan terutama harus mencar ilmu wacana perawatan dan penangkaran unta. Sebagian dari upaya ini bersifat instingtif, sesuatu yang sudah dia dengar dan dia lihat sepanjang hidupnya. Hal-hal teknis menjadi pelajaran penting, bagaimana mengikat tali hewan buas pengembara itu pada malam hari, bagaimana perlahan-lahan menyapih unta muda dari induknya, bagaimana mengikat tali pelana, dan bagaimana cara terbaik menaikkan beban ke tubuh unta semoga tidak merasa kesakitan.
Pada tahap selanjutnya, Muhammad masuk pada tahap magang masa mudanya. Manajemen unta menjadi lahan untuk masa magang tersebut. Di sini Muhammad harus mencar ilmu wacana peta dan menandai rute-rute perdagangan di wilayah padang pasir Arabia. Dia harus mempelajari jalan dimana mengalami penyempitan dan di jalan mana pula yang spesialuntuk sanggup dilewati satu barisan. Muhammad juga harus mencar ilmu bahwa ukuran kafilah juga ikut memilih rute mana yang harus dipilih, semakin besar kafilah semakin kondusif jalannya melewati padang pasir.
Pengalaman alamiah di atas harus secepat mungkin Muhammad pelajari untuk sanggup bertahan dari pedagang lain dalam menjalankan kafilah¬kafilah Arabian kuno. Muhammad mencar ilmu dengan cepat dan menawarkan kepiwaiannya dalam menghadapi aneka macam masalah, sehingga pada usia 12 tahun Muhammad melaksanakan perjalanan dagang pertamanya bersama Abu Taholib pamannya. Ada sumber lain yang menyampaikan usia Muhammad sembilan tahun dalam menyertai perjalanan Abu Thalib dari Makkah ke Syria.
Perjalanan dagang bersama Abu Thalib menjadi pelajaran sangat berharga bagi Muhammad, di sini ia harus mempelajari setiap seluk-beluk perdagangan. Dia juga harus mencar ilmu wacana hierarki kekayaan. Muhammad mencar ilmu ini tiruana dari pamannya dengan diskusi dalam perjalanan dagangnya.
Tahap selanjutnya bagi pedagang muda Quraisy Makkah yaitu mengenal barang-barang yang akan diperdagangkan, komoditas pertama perdagangan pedagang Arabia yaitu pertukaran sederhana produk masyarakat nomaden dengan produk pertanian masyarakat yang mapan. Komoditas keduanya yaitu kulit, kulit sanggup diambil dengan murah dari Baduwi sepanjang tahun dan kemudian dipak untuk perjalanan panjang ke kota-kota kecil Syria dan Irak. Dupa menjadi unsur ketiga dalam komoditas perdagangan, dupa yaitu barang dagangan kafilah yang paling menguntungkan. Untuk menjadi pedagang yang efektif dan sukses Muhammad harus menguasai seluk beluk pasar barang di atas.
Rupanya, perjalanan Muhammad dengan pamannya ke Syria, Jordan dan Lebanon ditangkap dengan cukup cerdas olehnya bahwa bisnis yang berkembang pesat di sana yaitu perdagangan. Sebab secara geologis tanah di Makkah memang tidak cocok untuk bercocok tanam. Maka, peluang menjadi pengusaha menjadi lebih besar dari pada menjadi petani. Kejelian inilah yang membuat Muhammad menekuni bidang perdagangan.
Muhammad dikenal lantaran kejujuran dan integritasnya, penduduk Makkah sendiri memanggilnya dengan sebutan Siddiq (jujur) dan Amin (terpercaya). melaluiataubersamaini demikian terbuka peluang luas bagi Muhammad untuk memasuki dunia bisnis dengan cara menjalankan modal orang lain, baik dengan cara kerjasama antara pemodal dan Muhammad menjadi pengelola modal atau bagi hasil sebagai kawan kerja, maupun dengan upah atas jasa yang sudah dia diberikan.
Salah satu dari janda kaya yang menjalankan bisnisnya melalui agen-agen menurut aneka macam kontrak tersebut yaitu khadijah, seorang perempuan konglomerat populer di Makkah. Melihat ratifikasi dari mitra-mitra kerja
Muhammad bahwa ia yaitu orang yang jujur dan profesional, dan matang dan lurus dalam perhitung-hitungannya. Kemudian menumbuhkan kepercayaan Khadijah untuk bermitra dengan Muhammad. Abu Thalib yang sudah melihat talenta berbisnis dalam diri Muhammad eksklusif mempromosikan keponakannya kepada Khadijah sebagai manajer bisnisnya dengan memperoleh penghasilan dua kali lipat dibanding penghasilan pertama yang ditawarkan Khadijah.
Awal kerjasama dagang Muhammad dengan Khadijah dimulai dengan perjalanan dia dengan modal dari Khadijah ke aneka macam perjalanan dagang ke pasar utara dan selatan. Sebagai seorang kawan yang sanggup diandalkan dan menguntungkan bagi Khadijah, Muhammad didiberi upah atas jasa tersebut. Dan terkadang pula menurut bagi hasil atas hasil dagangnya sebagai kawan dagang.
Afzalurrahman menerangkan, selanjutnya Muhammad banyak melaksanakan perjalanan dagang dengan modal dari Khadijah. Salah satu perjalanan ini menjadi sangat populer alasannya yaitu pada kesudahannya Khadijah melayangkan tawaran untuk berkeluarga dengan Muhammad melalui pemmenolongnya, Maesaroh. Tepatnya yaitu pada perjalanan ke Busra di Syria. Keterangan mendetail terkena ini terdapat dalam kitab-kitab hadits, tarikh, dan sirah.
Beberapa keterangan sudah penulis ungkapkan di atas, dan tiruananya mengakibatkan kita yakin akan sebuah kebenaran bahwa Muhammad sudah semenjak kecil dibesarkan dalam lingkungan yang mendukungnya untuk menjadi seorang pedagang besar. melaluiataubersamaini pengalaman sebagai penggembala tentunya Muhammad sudah memacu semangatnya untuk kelak menjadi pedagang yang lebih sukses.
®
Kepustakaan:
Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 2000). Mohammed Arkoun, Islam Kontemporer, Menuju Dialog Antar Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001). Munir Che Anam, Muhammad saw dan Karl Marx, Tentang Masyarakat Tanpa Kelas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008). Barnaby Rogerson, Biografi Muhammad, (Yogyakarta: Diglossia, 2006). Ahmad al Usairy, Sejarah Islam; Sejak Zaman Nabi Adam sampai era XX, (Jakarta: Medi Grafika, 2003). Malahayati, Rahasia Sukses Bisnis Rasulullah, (Yogyakarta: Jogja Great Publisher, 2010).