Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara Pewahyuan Al-Quran Tanpa Perantaraan Malaikat Jibril

Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya, bahwa cara pewahyuan al-Quran ada dua macam, dan pewahyuan melalui perantaraan malaikat Jibril dan tanpa perantaraan Malaikat Jibril (baca: Perbedaan Pendapat Teknik Tuhan Menurunkan al-Quran). Adapun terkena cara pewahyuan al-Quran tanpa perantaraan malaikat Jibril, yaitu ;
Pertama, mimpi yang benar di dalam Tidur, sebagaimana dalam hadis, yang artinya ;
Yahya bin Bukair memdiberitakan kepada kami, ia berkata dari al-Laiś, dari Uqail, dari Ibn Syihab, dari Urwah bin al-Zubayr, dari Asiyah Umm al-Mu’minīn, ia berkata : Sesunggungnya apa yang mula-mula terjadi bagi Rasulullah saw ialah mimpi yang benar di waktu pulas. Beliau tidaklah melihat mimpi kecuali mimi itu hadir bagaikan terangnya pagi hari.
Menurut keterangan dari banyak sekali literatur, ditemukan klarifikasi bahwa Nabi saw mendapatkan wahyu dengan cara mimpi, sebagai persiapan baginya untuk mendapatkan wahyu dalam keadaan sadar. Di dalam al-Quran wahyu yang diturunkan saat dia dalam keadaan sadar, kecuali bagi banyak orang yang mendakwakan bahwa surat al-Kauśar diturunkan melalui mimpi.
Di antara alasan yang menunjukkan bahwa mimpi yang benar bagi nabi dan atau Rasul Allah ialah cara pewahyuan, ialah mimpi nabi Ibrāhim semoga menyembeli anaknya Ismail, sebagaimana diterangkan dalam al-Quran (lihat QS. al-Shaffat: 101-112).
Kedua, wahyu diterima dari balik tabir tanpa melalui perantara, ialah sebagaimana yang terjadi pada nabi Mūsa as. Dalam QS. al-A’rāf (7): 45
Ilustrasi
Kedua ayat yang disebutkan ini, ialah dalil dan alasan bahwa wahyu yang diturunkan kepada nabi-Nya ialah dengan cara tanpa perantaraan malaikat.
Teknik pewahyuan al-Quran yang sudah disebutkan di atas terutama pada poin B ialah berlaku umum bagi tiruana nabi dan rasul Allah. Sedangkan cara pewahyuan al-Quran yang khusus bagi Nabi Muhammad saw berdasarkan pada hebat (mufassir) ialah terdiri atas atas tujuh cara, yakni; dengan mimpi, dicampakkan ke dalam jiwa Nabi saw (dihembuskan ke dalam jiwanya) perkataan yang dimaksudkan, sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. al-Syura (42) ayat 52, wahyu hadir kepada Nabi saw mirip gerincingan lonceng, yakni Nabi saw mendengar bunyi yang sangat kerasnya mirip gerincingan lonceng yang keras, Jibril menunjukkan dirinya kepada Nabi saw dalam rupa seorang pria yang sangat manis rupanya, Jibril menunjukkan dirinya kepada Nabi saw dalam rupanya yang asli, yang memiliki enam ratus akup, Allah swt membicarakan Nabi saw dari belakang hijab, baik dalam keadaan Nabi saw sadar, sebagaimana yang terjadi pada kejadian isrā’, ataupun dalam keadaan pulas. Israfil turun membawa beberapa kalimat dari wahyu, sebelum Jibril hadir membawa wahyu al-Quran.
Selain pewahyuan al-Quran tanpa perantaraan malaikat Jibril, segolongan mufassir menambahkan bahwa adalagi cara pewahyuan yang tidak disebutkan belum disebutkan, yakni Tuhan pribadi berbicara dengan Nabi saw pribadi tanpa hijab (baca: cara Allah menurunkan al-Quran kepada Nabi saw). Pendapat ini berdasarkan kepada faham bahwa nabi saw bisa melihat Allah dengan mata kepala.
®