Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Amanat Dalam Al-Quran

Pengertian amanat dalam al-Quran ialah kewajiban yang harus dijaga oleh muslim serta dengan senantiasa meminta sumbangan kepada Allah biar bisa menjaga amanat itu. Amanat memiliki arti yang luas, mencakup beberapa aspek banyak sekali pengertian, namun substansinya bahwa orang harus memiliki perasaan tangungjawaban terhadap apa yang dipikulkan di atas pundaknya. Diapun sadar bahwa tiruananya akan dipertanggungjawabankan dihadapan Tuhan.
Amanat dalam pengertian luas, yaitu terkena tanggungjawaban manusia, baik kepada Allah yang menciptakannya maupun terhadap sesama makhluk. Kewajiban dan tanggung tanggapan itu ialah demikian berat, sehingga makhluk-makhluk lain selain dari manusia, tidak berani mendapatkan dan memikulnya, hal tersebut di firmankan Allah swt dalam al-Quran QS. al-Ahzab (33) : 72:
Sesungguhnya Kami sudah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan pegunungan-pegunungan, maka tiruananya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya insan itu amat zalim dan amat bodoh,
al-Maraghy menyatakan bahwa pengertian amanat yakni segala sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang, baik berupa perintah maupun larangan, wacana urusan-urusan agama dan dunia. Dan yang dimaksud di sini ialah beban-beban agama. Beban-beban agama disebut amanat, sebab ialah hak-hak yang diwajibkan oleh Allah atas orang-orang mukallaf dan dipercayakan kepada mereka biar dilaksanakan dan diwajibkan atas mereka biar diterima dengan penuh kepatuhan dan ketaatan, bahkan mereka disuruh menjaga dan melaksanakannya tanpa melalaikan sedikitpun amanat itu.
Ada amanat yang ialah iktikad yang didiberikan kepada seseorang, contohnya berutang tanpa runguan, sebab dipercayakan oleh orang yang berpiutan. Maka amanat ini hendaklah dipenuhi, dengan pengertian pinjaman dibayar dengan penuh berdasarkan waktunya.
Amanat taklif inilah yang paling berat dan besar. Makhluk-makhluk Allah yang besar, menyerupai langit, bumi, matahari, bulan, dan bintang-bintang, pegunungan-pegunungan, lautan dan pohon-pohon serta yang lain-lainnya, tidak sanggup memikulnya.
Lalu insan sebab kelebihan-kelebihan yang didiberikan Allah kepadanya, berupa logika pikiran, perasaan, kehendak dan lain-lain sebagainya, mau menanggungnya sebab itu ia menerima kehormatan dari Allah swt. Tuhan memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud kepadanya (Adam).
Sesudah Allah swt. mengambarkan bahwa betapa besar masalah taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bahwa orang yang memelihara ketaatan tersebut akan memperoleh kemenangan yang besar, dan orang yang meninggalkan akan mendapatkan azab, kemudian dilanjutkan dengan mengambarkan betapa besar hal yang berkaitan dengan ketaatan tersebut, yaitu melaksanakan beban-beban syariat, dan bahwa prakteknya sangat berat dan sukar bagi jiwa. Kemudian, diterangkan pula bahwa ketaatan yang mereka lakukan atau penolakan yang berupa tidak mendapatkan dan tidak melazimkan diri melakukannya, tiruana itu tidaklah sebab pemaksaan.
Menurut Hamka dalam tafsirnya (baca: biografi HAMKA), bahwa Ayat tersebut bermaksud meng-gambarkan secara majâz atau dengan ungkapan, betapa berat amanat itu, sehingga pegunungan-pegunungan, bumi dan langit pun tidak bersedia, memikulnya yang bisa mengemban amanat, sebab insan didiberi kemampuan oleh Allah, walaupun mereka ternyata kemudian berbuat zhalim, terhadap dirinya, sendiri, maupun ornag lain serta bertindak ndeso dengan mengkhianati amanat itu.
Manusia disebut amat dzalim sebab ia menyadari batas kemampuannya, tetapi ia berani bertindak melampauinya; ia disebut amat ndeso sebab ia berani bertindak memiliki kesanggupan yang tidak diketahui batas-batasnya. Ia spesialuntuk memiliki logika yang sanggup memdiberi petunjuk wacana pelaksanaan amanat (beban agama) yang sudah dipikulnya.
®
Kepustakaan:
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1989). Mustafa Ahmad al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (Cet. II; Juz X, Kairo: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1974). H. Fahurddin HS, Ensiklopedia al–Qur'an jilid I (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992).