Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dimensi Kemanusiaan Dalam Konseling

Untuk mengetahui insan berdasarkan teori konseling, maka penting mengetahui secara singkat dimensi-dimensi kemanusiaan yang memegang peranan penting dalam acara konseling. Dimensi-dimensi kemanusiaan tersebut adalah:
Dimensi Individual
Manusia diciptakan oleh Tuhan mempunyai kepribadian yang tidak sama-beda. Kepribadian yaitu suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikophisik individu yang memilih tingkah laris dan pikiran yang unik terhadap lingkungan. Para sosiolog membagi tipe kepribadian insan berdasarkan konstitusi psikis, fisik bahkan hingga berdasarkan kebudayaan.
Pengetahuan yang baik tentang kepribadian penting artinya dalam acara konseling sebab hal inilah yang harus dipahami lebih lampau oleh konselor sebagai langkah pertama pemdiberian menolongan.
Teori konseling Trait and Factor mempersembahkan kawasan istimewa bagi dimensi individualitas ini. Kepribadian sseorang ialah suatu sistem sifat dan faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya menyerupai kecakapan, minat dan sikap. Tugas konseling ini yaitu memmenolong individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara memmenolongnya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam acara untuk mencapai kemajuan tujuan hidup dan karir.
Dimensi Sosial
Manusia yaitu makhluk sosial yang dalam hidupnya senantiasa menjalin interaksi dengan orang lain. Dimensi sosial ini akan nampak terlihat terang dalam teori konseling behavioristik yang menganggap sikap insan sebagai hasil berguru dari lingkungan dimana ia tinggal. Konseling individual Adler juga memperlihatkan dimensi ini dengan berasumsi bahwa insan yaitu makhluk yang dikuasai oleh inferiority complex sehingga ia selalu berkompetisi dalam melaksanakan interaksi sosial untuk mencapai keunggulan.
Dimensi Kesusilaan
Manusia dalam membuatkan dimensi individual dan dimensi sosial memerlukan norma dan etika yang mengatur bagaimana supaya kedua dimensi berjalan seimbang. Dimensi kesusilaan ini ialah pemersatu, sehingga dimensi individual dan sosial sanggup bertemu dalam satu kesatuan yang penuh makna apabila ketiga dimensi ini berkembang secara optimal insan sanggup mencapai taraf kebudayaan tinggi dan menguasai teknologi tercanggih sekalipun.
Selain itu, dimensi kesusilaan baik secara pribadi atau tidak pribadi juga menerima perhatian dari beberapa teori konseling. Teori individual contohnya mengakui bahwa kecemasan yang melanda seseorang terjadi apabila dalam serius mencapai superioritas pribadi tidak memperhatikan kebutuhan orang lain. Atau dalam psikoanalisa Freud, insan sanggup mengalami keemasan neurotik, yaitu kecemasan sebab tidak terkendalinya naluri yang menjadikan ia melaksanakan tindakan yang melanggar hokum.
Dimensi Keagamaan
Selain sebagai makhluk sosial, insan juga makhluk religius. Pengembangan tiga dimensi terlampau belum menyentuh kebutuhan insan akan nilai-nilai agama yang dibutuhkan bagi kehidupan di darul abadi kelak. Kehidupan insan yang lengkap yaitu kehidupan yang bisa menjangkau dua bentuk kehidupan, yaitu kini dan menhadir.
Kajian konseling barat pada mulanya belum bisa menjangkau dimensi terdalam insan yaitu spiritualitas atau keagamaan. Meskipun Victor Frankl aktivis logoterapi berhasil mengungkap dimensi ini, namun tidak mengandung konotasi ketuhanan, tetapi lebih pada kualitas khas insani.
Dalam perkembangannya dimensi keberagamaan menerima kawasan penting bagi konselor dengan munculnya Spiritual Wellness In Counseling.
melaluiataubersamaini memperhatikan keempat dimensi di atas insan diperlukan bisa mencapai derajat keutuhan sesuai dengan penciptaan sebagai makhluk yang indah, tidak saja menguasai teknologi tetapi juga memahami dan mengamalkan pedoman agamanya.
®
Kepustakaan:
Hanna Djuana Bastaman, Dari Astrhoposentris Menuju Antrhopo – Religiosentris Telaah Kritis Psikologi Humanistik Dalam Fuad Anshori, (SII Press Yogyakarta, 1994).Brata Sumadi Surya, Psikologi Kepribadian, (Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001). Surya, M. Dasar-Dasar Konseling Pendidikan; Teori dan Praktek, (Kota Kembang, Yogyakarta, 1998). Surya, M. Teori Konseling, (Pusrtaka Bani Qurasy, Bandung, 2003).