Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pencurian Dan Gashab Berdasarkan Aturan Islam

Tindak pidana pencurian dalam aturan Islam tidak sama dengan ghasab, meski sama-sama mempunyai esensi mengambil milik orang lain, kedua tindakan tersebut tidak sama. Untuk membedakannya, diberikut ini akan dipaparkan pengertian dari masing-masing tindakan.
Menurut Imam Ali bin Muhammad al-Jurjaniy, pencurian berdasarkan aturan Islam ialah pengambilan seorang mukallaf secara belakang layar senilai sepuluh dirham yang diambil dari tempatnya atau kawasan penyimpannya dengan tanpa keraguan.
Sedangkan secara istilah, berdasarkan Imam Taqiyuddin ialah memindahkan harta yang bukan miliknya. Berbeda dengan Ghashab yaitu menguasai segala sesuatu secara terang-terangan. Sedangkan secara syariat, menguasai harta orang lain dengan jalan dzalim.
Berdasarkan pengertian pencurian dan ghasab, sanggup diketahui bahwa ghasab ialah memanfaatkan harta benda yang bukan milik sendiri. Batasan yang membedakan antara ghasab dan pencurian ialah adanya hakekat pengambilan untuk dipindahkan dari kawasan penyimpanannya tanpa adanya unsur pengembalian kembali.
Pada pencurian, tidak berlaku pengembalian harta benda yang diambil, sedangkan pada ghasab terjadi pengembalian harta benda yang diambil. Selain itu, dalam ghasab harta yang diambil tidak harus tersimpan di kawasan penyimpanannya sedangkan pada tindak pencurian harta yang diambil harus berada di kawasan penyimpanannya.
Sanksi dari tindakan ghasab tidak sanggup disamakan dengan hukuman tindak pencurian. Sanksi dari ghasab bukan hukuman hudud melainkan spesialuntuk berupa hukuman ta’zir. Hal ini alasannya ialah dalam tindakan ghasab tidak terpenuhi syarat pencurian sehingga lepas dari bahaya eksekusi hudud. Sanksi ta’zir ditentukan oleh pemerintah atau hakim yang berwenang.
®
Kepustakaan:
Imam Ali bin Muhammad al-Jurjaniy, Fiqh Islam, (Surabaya: Haramain, 2001). Imam Taqiyudin Abi Bakar Muhammad, Kifayat al-Akhyar Juz I, (Surabaya: Haramain, 2005).