Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Tawaduk Dalam Tasawuf

Tawaduk berarti rendah hati, salah satu hal penting dalam tasawuf. Orang yang tawaduk yakni orang yang merendahkan diri dalam pergaulan, tidak menampakkan kemampuan yang dimiliki. Dalam pergaulan orang yang mempunyai sikap tawaduk disukai oleh orang lain dan sanggup menjadikan rasa simpati dari pihak lain.
Kebalikan dari sikap tawaduk yakni takabur, sikap takabur tidak disukai dalam pergaulan. Orang yang takabur selalu ingin dipuji dan dihormati orang lain. Akan tetapi, yang terjadi sebaliknya, orang yang takabur kehilangan rasa simpati pihak lain. Sikap tawaduk dalam pergaulan sangat penting. Islam mempersembahkan tuntunan kepada umatnya untuk mempunyai sikap tawaduk, dan menjauhi sikap takabur pada siapapun. Dalam al-Quran, Allah berfirman:
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh keakungan dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil. (Q.S. al-Isra/ 17 : 24).
Ayat ini mewajibkan kita untuk bersikap tawaduk kepada kedua orang renta melalui tindakan atas dasar rasa kasih akung. Kita hendaknya juga mendoakan kepada kedua orang renta semoga senantiasa dirahmati Allah swt. Perilaku-perilaku tawaduk banyak sekali, adapun bentuk-bentuk sikap tawaduk, antara lain.
  1. Menghormati kepada orang yang lebih tua, atu lebih bakir dari dirinya
  2. Sayang kepada yang lebih muda, atau lebih rendah kedudukannya
  3. Menghargai pendapat dan pembicaraan orang lain
  4. Bersedia menyerah demi kepentingan umum
  5. Santun dalam berbicara kepada siapapun
  6. Tidak suka disanjung orang lain atas kebaikan atau keberhasilan yang dicapai.
Perilaku tawaduk ialah salah satu sikap terpuji, setiap sikap terpuji mempunyai hikmah. Adapun nasihat sikap tawaduk ini antara lain
  1. Menimbulkan rasa simpati pihak lain sehingga suka bergaul dengannya; akan dihormati secara nrimo oleh pihak lain sesuai naluri setiap insan ingin dihormati dan menghormati
  2. Mempererat kekerabatan persaudaraan antara dirinya dan orang lain
  3. Mengangkat derajat dirinya sendiri dalam pandangan Allah maupun sesama manusia.
®
Kepustakaan:
T. Ibrahim dan darsono, Membangun Akidah dan Akhlak, (Solo: Tiga Serangakai Pustaka Mandiri, 2009). Al-Quran dan Terjemahannya Juz 1-15, (Kudus: Menara Kudus, 2006). Abdullah Bin Muhammad, Tafsir Ibn Katsir, (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2008).