Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Plotinus Dan Fisafat Neoplatonisme

Menjelang filsafat purba mengakhiri zamannya, muncullah pemikiran filsafat yang disebut Neoplatonisme. Filsafat pada zaman ini banyak diwarnai oleh agama. Di sini pemikiran filsafat disusun secara sistematis. Kebangkitan pemikiran filsafat kuno ini bersama kelahiran filsafat Nasrani sehingga terjadi pergumulan yang sangat dahsyat antara keduanya.
Dua tokoh yang sering muncul pada filsafat ini ialah Ammonius Sakkas dan Plotinus. Ammonius Sakkas tidak meninggalkan goresan pena apapun, sehingga ajarannya hampir tak sanggup diketahui. Orang sanggup mengetahui tentang pemikiran filsafat Neoplatonisme ini melalui Plotinus. Plotinus ialah tokoh pendiri Neoplatonisme, ia dilahirkan di Lykopolis, Mesir pada tahun 205. Pemikirannya dipengaruhi oleh Plato, disamping Aristotales, Pythagoras, Epikuros, Zeno dan kaum Stoa. Dari Pythagoras ia mengambil fikiran yang mangatakan bahwa tiruana yang ada mendapat wujud Yang Esa.
Jiwa insan semenjak infinit sudah berada di dalam jiwa dunia dan bersama dengannya sudah memandang kepada yang Ilahi. Seharunya jiwa melahirkan tubuh, tetapi jiwa lebih tertarik untuk membuat suatu badan di mana ia sanggup menemukan gambarnya sendiri. Keadaan itu berdasarkan Plotinus, menyebabkan penggabungan jiwa dan badan bagi insan suatu hukuman. Menurut Plotinus, terdapat tiga substansi, yaitu roh, jiwa dan tubuh. Ketiganya membentuk suatu keseluruhan, dan di mana jiwa sebagai daerah kesadaran. Menurut Plotinus tujuan hidup insan ialah persatuan kembali antara insan dengan Ilahi, insan harus melalui tiga tahapan, yaitu melaksanakan kebajikan umum, berfilsafat dan mistik.
Plotinus pertamanya tidak bermaksud akan mengemukakan filosofinya sendiri. Ia spesialuntuk ingin memperdalam filosofi Plato yang dipelajarinya. Itulah sebabnya filosofinya disebut Neoplatonisme.
Apabila Plato mendasarkan ajarannya kepada yang baik yang mencakup segala-galanya, pemikiran Plotinus berpokok kepada yang satu. Yang satu itu pertama dari segala-galanya. Meskipun filosofinya berdasarkan pemikiran Plato, ia juga mengambil jajaran dari filosofi-filosofi sehabis Plato, selama ajaran-ajaran tersebut sesuai dengan pemikiran agamanya.5
Plotinus memalingkan diri dari pemandangan yang berupa puing-puing dan derita yng terjadi di dunia nyata, supaya sanggup berkontemplasi tentang dunia kebaikan dan keindahan yang abadi. Menurut Plotinus dunia bukanlah tujuan, melainkan spesialuntuk sebuah alat untuk mencapai persatuan dengan Tuhan. Dalam hal ini searah dengan tiruana tokoh paling fokus pada zamannya. Bagi mereka tiruana, baik yang Nasrani maupun yang pagan, dunia sehari-hari sepertinya tak lagi mempersembahkan harapan, dan spesialuntuk dunia lain yang pantas didiberi kesetiaan. Bagi orang Kristen, dunia lain itu ialah kerajaan surga, yang sanggup dinikmati sehabis mati.
Bagi pengikut Plato, dunia lain ialah dunia inspirasi yang abadi, suatu dunia sejati yang tidak sama dengan dunia yang spesialuntuk berupa penampakan khayali. Para teolog Nasrani menggabungkan sudut-sudut pandangan ini, contohnya: Menurut para teolog Nasrani Yesus Kristus ialah Tuhan yang mendaging menjadi manusia. Di samping mengambil pemikiran dari Plato mereka juga banyak mengambil dari pemikiran Plotinus, dan itu berarti agama Nasrani berpinjaman akal pada Plotinus. Neoplatonisme ialah kepingan dari struktur utama teologi Kristen, dan sangat tidak mungkin menceraikan Neoplatonisme dari Kristianitas. melaluiataubersamaini demikian Neoplatonisme sangat penting secara histories sebagai sumber imbas yang membentuk Kristianitas.
Filosofi Plotinus berpertama kepada doktrin bahwa segala sesuatu hadir dari Yang Asal. Yang Asal itu ialah permulaan dan alasannya yang pertama dari segala yang ada. Menurut Plotinus, alam semesta dan segala isinya bersumber pada yang Ilahi, yang ialah sumber segala yang ada. melaluiataubersamaini demikian, maka alam semesta dan segala isinya sudah ada semenjak infinit dan terpendam dalam yang Ilahi, makin jauh sesuatu itu mengalir dari sumbernya makin kurang tepat keadaannya. Dari Ilahi mengalirkan Roh atau Nous, kemudian mengalirkan Soul yang terwujud menjadi benda atau materi.
Pada Tuhan, yang dikonsepsikan umpamanya oleh Plato, berdasarkan analoginya dengan mata hari, sumber terperinci dan yang diterangi ialah sama. Mengikuti analogi tersebut, Logos sanggup dianggap sebagai cahaya, yang dengan itu Yang Esa memandang diri-Nya sendiri. Ada kemungkinan bagi kita mengenal Ilahi, yang kita lupakan lantaran kehendak diri. Untuk mengenal logika Ilahi, kita harus mempelajari jiwa kita sendiri di ketika jiwa itu paling mendekati Tuhan; kita harus mengesampingkan jasmani, dan kepingan jiwa yang membaur dengan jasmani, serta indra yang mempunyai banyak sekali hasrat dorongan dan segala kesia-siaan demikian itu, yang tertinggal kemudian spesialuntuklah cinta intelektual Ilahi.
Walaupun Plotinus mandasarkan diri pada pemikiran Plato tetapi Plotinus memajukan hal gres yang belum terdapat dalam filsafat Yunani yaitu arah pemikiran kepada Tuhan, dan Tuhan dijadikan dasar segala sesuatunya. Disini terlihat Plotinus sudah hingga pada suatu pemikiran yang gres yaitu pemikiran tentang gaib yang akan dikembangkan pada filsafat masa pertengahan.
®
Kepustakaan:
Muhammad Hatta. Alam Pikiran Yunani, (Tinta Mas, Jakarta, 1986). Poedjawijayatna, Pembimbing Kearah Alam Filsafat, (PT. Pembangunan Jakarta 1980). Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat (dan kaitannya dengan kondisi sosio politik dari zaman kuno hingga sekarang) Pustaka Pelajar, Terj. Sigit Jatmiko (ed. All.), (Yogyakarta, 2002).