Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Gunungan Wayang

Pagelaran wayang baik wayang golek maupun wayang kulit selalu ditampilkan pegununganan. Gambar pohon dalam kayon melambangkan pohon surga, pohon hidup, pohon hidup, pohon akal (pengetahuaan), kalpataru, (pohon penghargaan) dan ialah bab utama dari kekayon,yang diartikan sebagai sumber pengetahuan atau pohon pengayom. Disebut pegununganan alasannya yaitu bentuknya menyerupai pegunungan yang meliputi mitos sangkang paraning dumadi, yaitu asal mulanya kehidupan ini dan disebut juga kayon.
Gunungan dalam bahasa Kawi disebut dengan meru atau mahameru artinya pegunungan besar Mahameru, sebagai citra pegunungan Himalaya dengan segala penghuninya. Mahameru dianggap sebagai pegunungan surga, kadang kala pegunungan dunia, kedua-duanya bersifat kudus. Sehubungan dengan anggapan tersebut maka mahameru mengandung banyak sekali unsur hidup dan unsur mati. Oleh alasannya yaitu itu, pada lazimnya mahameru dijadikan sentra pemujaan.
Wayang pegununganan ialah lambang sentra kehidupan dan bermakna sebagai lambang sentra kehidupan dan bermakna sebagai lambang ketuhanan adapula yang sebut lambang alam bagi wayang dan mempunyai makna bahwa hidup yang melalui mati atau hidup di alam fana.
Gunungan (kayon) dalam wayang sadat ialah salah satu pokok falsafah bagi wayang itu sendiri, dan ialah baku wayang (dalam dongeng wayang) atau ialah inti dari falsafah (wayang sadat) kesenian Islam, yang mempunyai tujuan kesempurnaan hidup untuk mencapai kebahagiaan dunia-akhirat.
Internalisasi nilai jiwa dan Islam dalam aspek wayang ialah salah satu bab yang khas dari proses perkembangan budaya di Jawa. Wayang yang ialah suatu produk budaya insan yang terkandung di dalamnya seni estetis. Wayang yang sahulu mempunyai fungsi sebagai tontonan sekarang juga berfungsi sebagai tuntunan kehidupan bagi manusia.
Wayang pegununganan mempunyai makna lebih jauh dan mendalam alasannya yaitu mengungkapkan citra hidup semesta (wewayang urip). Wayang sanggup mempersembahkan citra lakon kehidupan umat insan dengan segala masalahnya. Dalam dunia pewayangan tersimpan nilai-nilai pandangan hidup jiwa dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan dan kesusahan hidup.
Fungsi kayon (pegununganan) dalam pertunjukan wayang yaitu sangat penting; tanpa kayon pertunjukkan wayang tidak sanggup berjalan. Kayon itu mengandung unsur keislaman yang sangat mendalam, justru di dalamnya mengandung pedoman keimanan terhadap kekuasaan Allah dalam menghidupkan segala zat hidup yang ada di langit dan bumi beserta isinya.
Gunungan wayang sadat mempunyai fungsi sebagai pembuka dan epilog dalam pementasan atau berfungsi sebagai batas singget. Dalam pertunjukkan wayang sadat, wayang maupun pegununganan tidak diajarkan ke kanan dan ke kiri (seperti wayang purwo, tetapi cukup ditumpuk dalam kotak). Gunungan wayang sadat ditengahnya tergambar sebuah masjid Demak dan bertuliskan kalimat syahadat.
Ciri khas dari pegununganan wayang sadat yang mengakibatkan pegununganan ini tidak sama dengan pegununganan wayang kulit yang lain, diantaranya
Puncak dari pegununganan wayang sadat yang bertulis Allah menjadi tujuan utama dari cerminan pegununganan yaitu mencapai kesempurnaan hidup senang dunia-akhirat. Nilai yang terkandung dalam pegununganan wayang sadat yaitu pedoman Islam atau falsafah kehidupan Islam wacana ketauhidan dan syariat
Gunungan wayang sadat memuat seni Islam yang mencerminkan falsafah kehidupan Islam yang wacana ketauhidan dan syariat dengan bentuk yang indah dan meliputi pedoman yang luhur
Setiap gambar mempunyai makna yang dalam terlihat dalam pegununganan wayang sadat, dan masing-masing gambar mempunyai makna yang sangat dalam.
Dalam Gunungan wayang sadat, terdapat gambar masjid Demak dan goresan pena kalimat syahadat, yang berfungsi sebagai pembuka dan epilog pagelaran dalam pertunjukan wayang
Gunungan masjid, dalam pegununganan ini terdapat gambar masjid dan gambar dua pegunungan (tugu monas dan tugu pahlawan), mempunyai fungsi sebagai singgetan atau pembatas
Sedangkan dalam Gunungan simbul wayang, terdapat gambar tanaman dan fauna yang menggambarkan kehidupan insan dan gambar bunga dengan fungsi sebagai pembatas adegan
Dan tiga pegununganan lainnya mempunyai corak lukisan yang sama dengan wayang pegununganan dalam wayang kulit purwo dan mempunyai fungsi yang sama pula yaitu sebagai singgetan.
Figur wayang pegununganan jikalau dibandingkan dengan wayang yang lain yaitu termasuk jenis wayang yang paling rumit, penuh sunggingan, tatahan (patahan) serta penuh dengan makna. Gagasan budaya jiwa yang tercermin dalam figur wayang pegununganan yaitu konsep keseimbangan. Konsep keseimbangan ini bagi masyarakat Jawa yaitu sangat penting dan tercermin acara kebudayaan. Dan tiruana lukisan itu sebagai cerminan gagasan keseimbangan hidup.
Inti falsafah pegununganan dalam wayang sadat ini yaitu kesenian Islam dengan ciri khas yang tidak sama, salah satunya usang pertunjukan (pementasan), corak lukisan pada pegununganan dan lain sebagainya. Gelarnya pegununganan wayang sadat ini yaitu seni Islam yang indah, isinya berupa pedoman luhur dan bertujuan untuk mencapai kesempurnaan hidup.
®
Kepustakaan:
Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jiwa, (Yogyakarta: Gama Media, 2000). Effendi Zarkasi, Unsur-unsur Islam dalam Pewayangan, (Solo: Mardikunto, 1977). Suwaji Bastomi, Gelis Kenal Wayang, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1992).