Ragam Inteligensi Dan Inteligensi Penerima Didik
Multiple intelligences yaitu macam atau ragam inteligensi yang terdiri dari inteligensi linguistik, logis-matematis, spasial, musikal, gerak badani, interpersonal, intrapersonal, naturalis dan eksistensial. Ragam inteligensi ini, salah satunya menjadi corak inteligensi penerima didik.
Inteligensi Linguistik (Linguistic Intelligence): Word Smart
Inteligensi linguistik yaitu kemampuan untuk memakai dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis menyerupai dimiliki para pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain sandiwara, maupun orator. Kemampuan ini berkaitan dengan penerapan dan pengembangan bahasa secara umum. Peserta didik yang mempunyai inteligensi linguistik tinggi bahagia mengekspresikan diri dengan bahasa, biasanya nilai bahasanya lebih baik dibandingkan dengan kawan-kawannya yang lain.
Inteligensi Logis-Matematis (Logical-Mathematical Intelligence): Logic- Number Smart
Inteligensi logis-matematis melibatkan keterampilan mengolah angka dan atau keahlian memakai kecerdikan atau kecerdikan sehat. Ini yaitu inteligensi yang dipakai ilmuwan saat membuat hipotesis dan dengan tekun mengujinya dengan data eksperimental. Hal ini ialah inteligensi yang dipakai akuntan pajak, scientist, programmer komputer, dan andal matematika. Termasuk dalam inteligensi tersebut yaitu kepekaan pada referensi logika, abstraksi, kategorisasi, dan perhitungan. Tokoh-tokoh yang menonjol dalam inteligensi matematis logis contohnya Habibie. Einstein, John Dewey, Stephen Hawking.
Peserta didik yang mempunyai inteligensi matematis logis menonjol biasanya mempunyai nilai matematika yang baik, jalan pikirannya logis. Pikirannya rasional. Ia praktis berguru matematika dan sains. Peserta didik ini biasanya praktis berguru dengan skema, bagan, dan tidak begitu suka dengan bacaan yang panjang kalimatnya.
Inteligensi Spasial (Spatial Intelligence): Picture Smart
Inteligensi spasial, terkadang disebut inteligensi visual atau visual¬spasial, yaitu kemampuan untuk membentuk dan memakai model mental. Orang yang mempunyai inteligensi ini cenderung berpikir dalam atau dengan gambar dan cenderung praktis berguru melalui sajian-sajian visual menyerupai film, gambar, video dan peragaan yang memakai model dan slide. Beberapa tokoh diberikut sanggup dimasukkan dalam kelompok diberinteligensi spasial-visual tinggi, menyerupai Pablo Picasso, Affandi, Sidharta, dan Michaelangelo.
Peserta didik yang diberinteligensi spasial-visual yang baik akan dengan praktis berguru ilmu ukur ruang. Ia dengan praktis akan memilih letak suatu benda dalam ruangan. Ia sanggup membayangkan suatu bentuk secara benar, meski sanggup perspektif. Bila menggambar suatu pemandangan beliau dengan praktis menempatkan benda-benda pada tempatnya yang tepat, dan benar dimensinya.
Inteligensi Musikal (Musical Intelligence): Music Smart
Inteligensi musikal yaitu kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Inteligensi ini mencakup kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar, kemampuan memainkan alat musik, kemampuan menyanyi; kemampuan untuk mencipta lagu, kemampuan untuk menikmati lagu, musik, dan nyanyian. Tokoh-tokoh yang menonjol menyerupai Erwin Gutawa, Melly Goeslaw, Mozart, Beethoven, Elton John.
Peserta didik yang mempunyai inteligensi musikal tinggi kentara dalam penampilannya jikalau sedang bernyanyi di kelas, juga dalam tugas¬tugas yang berkaitan dengan musik. Mereka biasanya bernyanyi dengan baik, sanggup memainkan suatu alat musik jikalau ada, praktis mempelajari not dan lagu. Dan yang menarikdanunik, penerima didik ini akan praktis mempelajari suatu mata pelajaran lain jikalau mata pelajaran itu diterangkan dengan suatu lagu atau musik.
Inteligensi Gerak-Badani (Bodily-Kinesthetic Intelligence): Body Smart
Inteligensi gerak-badani yaitu kemampuan memakai tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan menyerupai ada pada aktor, atlet, penari, pemahat, dan andal bedah atau kemampuan mengendalikan dan meningkatkan fisiknya. Dalam inteligensi ini termasuk keterampilan koordinasi dan fleksibilitas tubuh. Beberapa tokoh tersebut sering dimasukkan dalam mereka yang diberinteligensi gerak-badani tinggi, yaitu Taufik Hidayat, Ade Rai, Christine Hakim, Tiger Woods, Charlie Chaplin.
Peserta didik yang mempunyai inteligensi gerak-badani biasanya suka menari, olahraga, dan suka bergerak. Peserta didik ini biasanya tidak suka diam. Ia selalu ingin menggerakkan tubuhnya, jikalau waktu luang dan tidak ada pelajaran, penerima didik ini pribadi keluyuran.
Inteligensi Interpersonal (Interpersonal Intelligence): People Smart
Inteligensi interpersonal yaitu kemampuan untuk memahami orang lain: apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana berhubungan dengan mereka, mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain juga termasuk dalam inteligensi ini. Secara umum inteligensi interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin korelasi dan komunikasi dengan banyak sekali orang. Inteligensi ini banyak dipunyai oleh para komunikator, fasilitator, politisi, dan pencetus massa. Orang-orang menyerupai Soe Hok Gie, Arif Rahman Hakim, Mahatma Gandhi, Ronald Reagan, Ibu Theresa.
Peserta didik yang mempunyai inteligensi interpersonal tinggi praktis bergaul dan berkawan. Ia praktis berkomunikasi dan mengumpulkan mitra lain. Bila dilepas seorang diri, ia akan dengan cepat mencari kawan. Dalam konteks belajar, ia lebih suka berguru bersama orang lain, suka mengadakan studi kelompok.
Inteligensi Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence): Self Smart
Inteligensi intrapersonal yaitu pengenalan diri. Seseorang dengan tingkat inteligensi intrapersonal yang tinggi mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya, kehendak dan ketakutannya, dan bisa bertindak menurut pengetahuannya terkena ini dalam cara yang sesuai. Inteligensi yaitu kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara pembiasaan berdasar pengenalan diri itu. Termasuk dalam inteligensi ini yaitu kemampuan berfleksi dan keseimbangan diri. Orang lain punya kesadaran diri akan gagasan-gagasannya, dan mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan pribadi. Ia sadar akan tujuan hidupnya. Ia sanggup mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang. Salah seorang genius besar di wilayah ini yaitu Sigmund Freud (psikoanalis).
Peserta didik yang menonjol dalam inteligensi ini, sering terlihat diam, lebih suka bermenung di kelas. Ia lebih suka bekerja sendiri. Bila pendidik mempersembahkan kiprah bebas, penerima didik ini kadang membisu usang merenungkan kiprah itu sebelum mengerjakan sendiri. Pendidik yang tidak tahu, sering memarahi penerima didik ini alasannya yaitu ia nampak tidak mendengarkan dan spesialuntuk berkhayal. Padahal ia bergotong-royong sedang berpikir dalam.
Inteligensi Naturalis atau Lingkungan (Naturalist Intelligence): Nature Smart
Inteligensi lingkungan sebagai kemampuan seseorang untuk sanggup mengerti tanaman dan fauna dengan baik, sanggup membuat distingsi konsekuensional lain dalam alam natural; kemampuan untuk memahami dan menikmati alam; dan memakai kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani, dan membuatkan pengetahuan akan alam. Tokoh pada inteligensi ini yaitu Hembing, Charles Darwin.
Peserta didik yang diberintelegensi lingkungan tinggi akan bahagia jikalau ada jadwal di luar sekolah, menyerupai berkemah bersama di pepegununganan, alasannya yaitu beliau akan sanggup menikmati keindahan alam.
Inteligensi Eksistensial (Existential Intelligence): Existent Smart
Gardner merumuskan inteligensi eksistensial sebagai inteligensi yang menaruh perhatian pada duduk masalah hidup yang paling utama. Gardner merumuskan kemampuan inti inteligensi eksistensial ke dalam dua bagian, yakni menempatkan diri sendiri dalam jangkauan wilayah kosmos yang terjauh, yang tak terbatas maupun yang amat kecil. Tokoh-tokohnya yaitu Buya Hamka, Syekh Nawawi Al-Bantani, KH. Makhrus Ali, Socrates, Plato, Thomas Aquinas, Descartes, Immanuel Kant, Nietzsche.
Peserta didik yang menonjol disini sering kali mengajukan pertanyaan yang jarang dipikirkan orang, termasuk pendidiknya sendiri. Misalnya tiba-tiba ia bertanya, ”Mengapa saya ada di sekolah, di tengah kawan-kawan, untuk apa ini tiruana?’ ialah titik pertama yang penting dari suatu penjelajahgan ke dalam konsep yang lebih mendalam.
®
Kepustakaan:
Daniel Goleman, et.al, The Creative Spirit: Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah, Tempat Kerja, dan Komunitas, terj. Yuliani Liputo, (Bandung: Mizan Learning Center, 2005). Thomas Armstrong, Setiap Anak Cerdas: Panduan Memmenolong Anak Belajar dengan Memanfaatkan Multiple Intelligence-nya, terj. Rina Buntaran, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002). Julia Jasmine, Panduan Mudah Mengajar Berbasis Multiple Intelligences, (Bandung: Nuansa, 2007). Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy: Petunjuk Mudah untuk Menerapkan Accelerated Learning, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006). Sintha Ratnawati (ed.), Mencetak Anak Cerdas dan Kreatif, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001). Fritz Sumantri dan ratih Purwarini (eds.), Latihan Otak 10 Menit dalam Sehari Selama 26 Hari dengan Metode Fritz’s Brain, (Bandug: Medium, 2007).