Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teori Idea Plato

Plato yakni seorang filsuf dari Yunani, Plato dilahirkan pada tahun 427 SM dalam keluarga yang terkemuka dari kalangan politikus di Athena. Ia menerima pendidikan ilmu politik yang cukup baik dari seorang politikus yang berjulukan Pyrilampes. Dan selama delapan tahun ia juga menjadi anakdidik Sokrates, tiruanla ia ingin menjadi seorang politikus, tetapi setelah janjkematian Sokrates ia kehilangan ambisinya untuk menjadi seorang politikus.
Pada usia 40 tahun ia pergi ke Italia untuk mempelajari aliran mazhab Pythagorean. Sesudah kembali dari Italia dan Sisilia, Plato mendirikan sebuah sekolah yang dinamakan Akademia. Melalui sekolah ini, Plato mempersembahkan pendidikan intensif dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat kepada orang-orang muda yang akan menjadi pemimpin politik. Plato memimpin Akademia selama 40 tahun, hingga janjkematian menjemputnya. Pada masa hidupnya ia banyak menghasilkan buah pikirannya, diantaranya wacana teori idea.
Dalam pemikiran Plato berhasil menjembatani perperihalan pendapat antara dua filsuf besar Yunani yang hidup sebelum Sokrates, yaitu Herakleitos dan Parminides. Herakleitos beropini bahwa segala yang ada itu sedang menjadi dan selalu berubah. Sedangkan Paraminides beropini bahwa segala yang ada yakni tetap, tidak mengenal perubahan. Plato berusaha mendamaikan dua pendapat yang saling berperihalan dan seakan membentuk dua kutub yang berlawanan.
Plato mendapatkan baik kedua pendapat yang saling berlawanan itu, lantaran kedua pendapat tersebut mengandung kebenaran yang keduanya sanggup saling melengkapi. Menurut Plato, realitas terdiri dari dua dunia, yaitu: di dunia yang sanggup disaksikan dengan panca indera dan dunia yang tidak sanggup disaksikan dengan panca indera, tetapi sanggup dipikirkan. Realitas dalam dunia yang dilihat dengan panca indera yakni dunia materi yang banyak mengalami perubahan. Realitas itu bersifat khusus, banyak dan dinamis. Kekhususan tersebut menimbulkan kita sanggup membedakan realitas yang satu dengan yang lainnya. Sebaliknya pada realitas ini yang kedua yakni realitas tepat atau ideal. Di sini realitas bersifat umum, satu dan statis.
Realitas tediri dari idea-idea yang berada dalam pikiran kita. Hal ini tidak berarti bahwa ilham dalam pikiran dan bersifat subyektif semata. Idea ini bersifat obyektif, dalam arti tidak terikat pada subyek yang berpikir. Idea tidak tergantung pada pemikiran manusia, tetapi justru memimpin pikiran manusia. Dari kesaksian panca indera kita mengetahui bahwa tiap insan yakni unik, tidak sama satu dengan yang lainnya. Tetapi dengan akal, kita sanggup berpikir dan mengetahui bahwa mereka itu tiruana yakni sama, dalam arti tiruana sama manusia, lantaran tiap insan mempunyai ilham kemanusiaan.
Teori idea Plato menegaskan bahwa ilham insan itu tidak terungkap secara tepat pada seorang insan tertentu, tiap-tiap insan mengungkapkan idea kemanusiaannya dengan cara yang tidak sama satu dari yang lainnya. Hal inilah yang kita saksikan melalui panca indera, bahwa tiap-tiap insan itu tidak sama satu sama yang lain. Segala realitas yang kita saksikan melalui panca indera mengungkapkan idea kediriannya dengan cara masing-masing dan memimpin pikiran kita untuk sanggup mengetahui idea kediriannya secara umum.
Teori Idea Plato bersifat umum dan abadi, tidak mengenal perubahan dan gerak. Suatu idea harus sanggup menunjuk pada tiap obyek realitas yang diwakilinya, tanpa mengenal ruang dan waktu. Idea insan harus bisa menunjuk seluruh insan yang ada.
Lebih lanjut lagi, teori Idea Plato didasarkan pada perbedaan antara realitas (pengetahuan) dan penampakan (opini), berdasarkan Plato pengetahuan yakni wacana dunia awet yang supra inderawi, otoriter dan awet. Sedangkan opini yakni wacana dunia yang tampil pada indera, akan tetapi ada satu segi yang amat penting yakni teori wacana idea-idea. Teori ini sebagian bersifat logis, sebagian lagi metafisis. Bagian logisnya berkaitan dengan kata-kata umum. Menurut teori ini, dunia lahir yakni dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah warna-warni. Semua itu yakni bayangan dari dunia idea. Sebagai bayangan , hakekatnya yakni tiruan dari yang orisinil yaitu idea. Karenanya maka dunia pengalaman ini berubah-ubah dan bermacam-macam, alasannya spesialuntuklah ialah tiruan yang tidak tepat dari dunia idea. Keadaan idea sendiri bertingkat-tingkat.
Tingkat idea yang tertinggi yakni idea kebaikan, di bawahnya yakni idea jiwa dunia, yang menggerakkan dunia. Berikutnya yakni idea keindahan. Semisal, ada banyak hewan individual yang dengan tegas kata kucing? Jelas sesuatu yang tidak sama dengan setiap kucing partikular yang ada. Seujung hewan yakni kucing, demikianlah tampaknya, lantaran hewan itu mempunyai ciri-ciri umum yang lazimnya ada pada tiruana kucing. Bahasa tak berfungsi tanpa kata-kata umum kucing, dan terang bahwa kata-kata tersebut bukannya tak bermakna. Tetapi jikalau kata kucing berarti sesuatu, arti itu bukanlah kucing ini atau itu, melainkan semacam kekucingan universal.
Plato membuktikan bahwa, jikalau ada sejumlah individu mempunyai nama yang sama, tentunya mereka mempunyai satu idea bersama. Sebagai contoh, meskipun terdapat banyak keranjang, bantu-membantu spesialuntuk ada satu idea. sepertiyang bayangan pada cermin spesialuntuklah penampakan dan tidak real, demikian pula pelbagai ranjang partikular pun tidak real, dan spesialuntuk tiruan dari idea, yang ialah satu-satunya keranjang yang real dan diciptakan oleh Tuhan. Mengenai ranjang yang satu ini, yakni yang diciptakan oleh Tuhan, kita bisa memperoleh pengetahuan, tetapi terkena pelbagai ranjang yang dibentuk tukang kayu, yang bisa kita peroleh spesialuntuk opini.
Lebih jauh lagi Plato beropini bahwa hakekat atau esensi suatu realitas bukan spesialuntuk sebutan, tetapi mempunyai kenyataan, yang lepas daripada sesuatu yang berada secara konkrit, yaitu yang disebut idea. Menurut Plato idea-idea itu sungguh-sungguh ada yaitu dalam dunia ideal yang sanggup dipikirkan dan diketahui abadi. Dunia ideal ini terdapat banyak idea. Tetapi tiap idea itu yakni satu, tidak mengenal kejamakan.
®
Kepustakaan:
Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat (dan kaitannya dengan kondisi sosio politik dari zaman kuno hingga sekarang) (Pustaka Pelajar, Terj. Sigit Jatmiko (ed. All.), Yogyakarta, 2002). M.A.W Brouwer, Sejarah Filsafat Barat Modern dan Sezaman, (Penerbit Alumni : Bandung, tt).