Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teori Inteligensi Terkait Dengan Berpikir Serial

melaluiataubersamaini memakai analisis faktor, penulis melihat bahwa inteligensi bukan bersifat tunggal, namun inteligensi mempunyai cabang, sehingga teori inteligensi dan corak berpikir serial pun didukung oleh model inteligensi yang lain. Teori inteligensi yang berkaitan dengan berpikir serial adalah.
Teori Dwi Faktor (Two-Factors Theory), yang dikembangkan oleh hebat matematika berjulukan Charles Spearman. Ia menyebarkan teori inteligensi menurut suatu faktor mental general atau umum yang didiberi instruksi G, serta faktor spesifik yang didiberi tanda S. Faktor G mewakili kekuatan mental general yang berfungsi dalam setiap tingkah laris mental individu, sedangkan faktor S memilih tindakan-tindakan mental khusus untuk mengatasi masalah.
Teori Multi Faktor. Louis Thurstone tidak sependapat dengan adanya faktor G. Ia menyatakan inteligensi terdiri dari tujuh kemampuan mental primer yang disebut grup faktor atau faktor C, mencakup 1) daypikir numerik (number facility); 2) ingatan (memory); 3) makna ekspresi (ability in ekspresi relation), kemampuan menangkap relasi percakapan bahasa; 4) kemampuan spasial, tajam penglihatan; 5) daypikir induktif (ability to deduce from presented data), menarikdanunik kesimpulan dari data-data yang ada; 6) kecepatan perseptual (speed of perception) 7) pemecahan persoalan (problem solving).
Teori Inteligensi Kuantitas. Menurut Thorndike, ada 3 macam dimensi inteligensi, yakni level persoalan yang timbul yang sanggup seseorang pecahkan (altitude dimension), kualitas dimana persoalan sanggup dipecahkan (speed dimension), jumlah persoalan pada level tertentu yang sanggup dipecahkan (range dimension).
Teori Inteligensi Cair dan Inteligensi Kristal (Fluid Intelligence and Crystalized Intelligence). Teori ini dicetuskan pada 1960-an oleh Raymond Cattell dan John Horn. Teori ini ialah pengembangan lebih lanjut dari teori General Intelligence. Mereka membedakan antara kemampuan penyelesaian persoalan yang tidak sanggup diperoleh alasannya ialah pengajaran dan bebas dari dampak kebudayaan (inteligensi cair) dan didapat dari sekolah atau dampak budaya lain (inteligensi kristal). Inteligensi cair berbasis pada sifat biologis. Adapun jenis pengukurannya yakni alasan umum, memori, jarak perhatian, dan analisis sejumlah kerangka yang merefleksikan inteligensi ini. Sedangkan inteligensi kristal ialah inteligensi yang diperoleh dari proses pembelajaran, pendidikan dan pengalaman hidup. Jenis inteligensi ini sanggup terus meningkat, tidak ada batas terbaik, selama insan masih bisa dan belajar. Kemampuan ini direfleksikan dengan tes kosakata, warta umum dan kemampuan aritmetika.
®
Kepustakaan:
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998). Mustaqim, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001). E. Paul Torrance (ed.), Talent and Education: Present Status and Future Direction, (Minneapolis: University of Minnesota press, 1960).