Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teori Psikoanalisis Erickson

Salah satu tokoh psikologi yang sangat populer dan sekaligus tokoh psikoanalisis ialah Erik. H. Erickson. Dia memdiberi proteksi bagi kemajuan teori psikoanalisis. Pemahamannya bahwa segala kehidupan itu dinamis. Dia mendapatkan pandangan Freud bahwa masa kanak-kanak ialah masa penting dalam perkembangan langsung manusia.
Menurut Erickson, Setiap tahap perkembangan mempunyai ketegangan psikodinamis, yang pemecahannya melahirkan keutamaannya sendiri yaitu kekuatan watak. Untuk memdiberi citra terhadap teladan penafsiran Erikson, dibicarakan tahap hidup pertama, tahap oral. Dalam tahun-tahun pertama hidupnya, bayi memang ada dalam keadaan siap untuk mendapatkan keadaan dirinya., dengan memasukkan masakan dan mendapatkan kehangatan serta perhatian. Dalam hubungan dengan lingkungan itu, terutama dalam wujud ibu, ada ketegangan pertama antara kepercayaan dan ketidakpercayaan. Dalam hubungan lingkungan yang amat terbatas itu, bayi berguru bahwa unsur-unsur lingkungan sanggup mendapatkan amanah yaitu ibu menyusui, menggendong, dan menentramkan.
Dalam hal keagamaan, psikoanalisis sudah membangkitkan cara gres dalam melihat dan mengulas bahwa faktor-faktor yang ada di luar bidang kesadaran dan mempengaruhi pembentukan dan kelanjutan hidup keagamaan. Psioanalisis mempunyai pengandaian bahwa iktikad atau agama menjadi milik insan berpertama pada kodratnya, dan bahwa agama lahir dalam situasi pertama dalam kaitannya dengan masa kanak-kanak.
Hal itu membuktikan salah satu dimensi agama, dimana para penganutnya berhenti, tidak maju dan puas disitu saja. Tetapi ada penganut agama yang bertumbuh lebih jauh dari kepercayaan dan praktik agama tersebut. Hasil dari penelitian psikoanalisis dalam kaitannya dengan agama, terbentuk konsep-konsep, bahwa:
  1. Manusia mempunyai dorongan dan kekuatan yang mendesak mereka untuk mendapatkan keamanan dan pemenuhan di bidang keagamaan, dan dalam arti itu insan ialah bersifat religius dan tampil sebagai homo religius.
  2. Perilaku keagamaan ada kesamaan dengan sikap insan lain, mengandung arti yang lebih mendalam. Maka jikalau spesialuntuk secara terpotong-potong diartikanagama spesialuntuk secara fungsional.
  3. Hubungan dengan orangtua ikut memdiberi bentuk dan emosi dalam pemahaman pertama anak wacana Tuhan.
  4. Tanggapan atau reaksi negatif, terutama seks, agresi, dan ketakutan yang ditekan, ialah tanda-tanda yang tidak sehat pada penghayatan agama.
  5. Tuhan dan agama sanggup menjadi khayalan dalam arti lahir alasannya ialah tuntutan kebutuhan psikologis semata.
  6. Agama autoritarian sanggup menghambat perkembangan penuh kemampuan insan dan memperkecil kemampuan insan untuk berpikir dan bersama rasa.
®
Kepustakaan:
Irwanto, Psikologi Umum, (Prehallindo Jakarta, 2002). A. M. Hardjana, Dialog Psikologi dan Agama, (Penerbit Kanisius, Yogyakarta 1995).