Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Upaya Memahami Al-Quran Berdasarkan Ulama

Pemahaman wacana isi kandungan al-Quran ialah suatu kebutuhan yang mutlak. Hal ini sudah menjadi faktual dalam perjalanan sejarah umat Islam oleh para teman bersahabat Nabi saw. Lalu, bagaimana upaya yang harus ditempuh semoga sanggup memahami al-Quran?. Pertanyaan tersebut sanggup dijawaban, bahwa kita harus mulai dan berpertama dari upaya pengenalan dan pemahaman akan huruf-huruf hijaiyah al-Quran.
Pengenalan dan pemahaman tersebut ialah kunci pokok untuk sanggup membaca al-Quran dengan baik dan benar. Sesudah sanggup membacanya harus sanggup pula mengetahui terjemahnya baik secara mufradat (kosa kata) ataupun secara kollektif dalam susunan redaksi ayat.
Abu al-A`la al-Maududi menulis sebuah buku dengan judul “Tafhim al-Qur’an” sebagai pengantar dasar ke arah memahami al-Qur’an. Di antara butir yang ditekankan adalah; pertama, harus memahami ciri-ciri (sifat) al-Quran yang sebenarnya. Ia harus meyakininya dengan sepenuh hati bahwa kitab suci al-Quran yaitu sebuah kitab yang memdiberi petunjuk kepada insan dari maha pencipta itu sendiri yakni Allah Yang Maha BIjaksana, bukan ciptaan manusia, bukan ciptaan jin, bukan juga karangan Muhammad.
Kedua, gaya bahasa dan penulisannya tidak sama dengan yang terdapat dalam buku-buku lain. Ketiga, mengetahui obyek yang dibicarakan, tema utama dan tujuan serta samasukan utamanya. Yang dibicarakan yaitu insan itu sendiri dengan segala aspek kehidupannya. Tema utamanya yang sanggup ditemukan dalam keseluruhan al-Quran yaitu klarifikasi terkena hakikat kebenaran itu sendiri. Tujuan serta samasukannya yaitu untuk mengajak insan ke jalan yang benar dengan berpedoman kepadanya
Murtadha Mutahhary dalam bukunya, Understanding The Quran menulis cara memahami al-Quran bahwa sebagai suatu hukum umum, ada 3 hal yang harus diketahui dalam upaya menyidik atau mempelajari sebuah buku. Pertama, keotentikannya; kita harus dan perlu mengetahui sejauhmana buku tersebut sungguh ialah hasil karya pengarang yang disebut-sebut sebagai penulisnya yakni menggali sejauhmana buku tersebut memiliki korelasi yang sanggup mendapatkan amanah dengan pengarangnya.
Kedua, kandungannya; yakni menelaah kitab tersebut secara analitis dengan melihat dan memperhatikan hal-hal yang dimuat kitab tersebut, tujuan yang ingin dicapainya, bagaimana pandangannya terhadap hidup, terhadap manusia, terhadap ihwal kemasyarakatan, bagaimana cara penyajiannya serta bagaimana ia memecahkan masalah yang muncul.
Ketiga, sumbernya; jikalau keotentikan korelasi antara buku dengan pengarangnya sudah diyakini dan peninjauan secara sempurna terhadap isinya sudah dilakukan, masih harus melihat dan memperhatikan apakah isi buku tersebut ialah hasil pemikiran orisinal dari pengarangnya ataukah ialah hasil pemikiran orang lain yang diaku-akunya.
Upaya memahami al-Quran secara utuh dan totalitas serta terarah harus mengetahui ilmu-ilmu al-Qur’an atau ilmu-ilmu tafsir.
Imam al-Zarkasyi mengulas 47 pokok tema bahasan bahan ilmu-ilmu al-Quran. Materi ilmu-ilmu al-Quran yang begitu cukup banyak kemudian diformulasikan oleh Quraish Shihab secara lebih detail dan terinci dengan mengklasifikasinya ke dalam 4 komponen, yaitu:
Pertama: Pengenalan terhadap al-Quran. Komponen ini meliputi: sejarah al-Quran, duduk masalah wahyu, pembuktian adanya serta macam-macamnya, sistematika perurutan ayat dan surat-suratnya, batas-batas keterlibatan peranan Nabi saw, dan seterusnya. Kedua: Kaidah-kaidah tafsir. Komponen ini mencakup ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam menafsirkan al-Quran, sistematikan yang hendaknya ditempuh dalam menguraikan penafsiran, patokan-patokan khusus yang memmenolong pemahaman ayat-ayat al-Qur’an.
Ketiga: Metode-metode tafsir. Komponen ini mencakup metode-metode tafsir yang dikemukakan oleh para ulama mutaqaddimin (abad I-III H) dengan ketiga coraknya, yaitu metode al-ra’y, al-ma`tsur, dan al-isyariy, disertai klarifikasi wacana syarat-syarat diterimanya suatu penafsiran serta metode pengembangannya. Dan mencakup beberapa aspek juga metode-metode mutaakhir dengan keempat macamnya, yaitu metode tahliliy (analisis), metode ijmaliy (global), metode muqaran (komparatif), dan metode maudhu`i (tematik atau topical).
®
Kepustakaan:
Abu al-A`la al-Maududi, Tafhim al-Qur’an. Murtadha Mutahhary, Understanding The Quran, (Staf Yayasan Bina Tauhid).