Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Puisi Berdiri Dari Frustasi - Habis Ringkih Terbitlah Utuh

INIRUMAHPINTAR - Puisi Bangkit dari Putus Asa - Habis Rapuh Terbitlah Utuh adalah karya sastra pemulih jiwa dan penumbuh motivasi semoga berguru mengambil pesan tersirat atas kesusahan hidup yang dialami, entah itu patah hati, sakit hati, atau kegagalan yang terus-menerus dialami. Semoga puisi "Habis Rapuh Terbitlah Utuh" menjadi cahaya yang menggiring semangatmu berdiri lagi menyerupai sedia kala, tidak peduli ada atau tidak ada yang percaya atas kepantasanmu tampil dengan asa yang lebih bermakna.
sumber : hdimagelib.com

Puisi Bangkit dari Putus Asa 
Judul: Habis Rapuh Terbitlah Utuh
Karya : Ahn Ryuzaki

Aku ringkih jatuh terluka
Tersungkur lemah tak berdaya
Jalanku hampa di mana-mana
Seketika berubah tak tentu arah

Semua tampak menyerupai jalan buntu
Bingung kemana lagi kaki kukayuh
Acap kali berdiri kutemui ganjal berduri
Menusuk hingga relung hati merintih 

Sampai kapan saya meronta dalam sepi
Merenungi setitik cahaya di kepetangan
Mengharap sebuah petuah di keheningan
Mengais satu atau dua mimpi keniscayaan

Aku pun mundur teratur membatin seraya bersandar pada bilik kayu,
Aku terlelap menatap seberkas cahaya yang menembus bilah bambu
Aku seketika menutup mata dan menghembuskan nafas penuh lega
Aku harus bangkit, tak guna meratapi kisah lampau terlalu lama

Lebih baik saya terluka ketika tanganku merangkul rasa malu
Daripada saya membatu tanpa pernah mencoba melawan rasa kaku
Lebih baik saya terhina ketika wajahku teriris badik masa lalu
Daripada saya termembuang tanpa pernah mencoba melangkahi jurang rindu

Hingga kemudian kutemukan tenang di dunia terasing 
Kudapati diriku kembali ketika rukuk dan sujud mengadu
Kurasakan gelisah satu persatu berpisah menjadi indah
Dan akhirnya, kugapai ma'rifat dalam khusyuk bersahaja 


Penjelasan Makna Puisi :

Di bait pertama puisi ini, penulis menggambarkan keadaan yang susah. Perasaannya begitu kacau dan seakan hampir putus asa. Apapun yang diperjuangkannya selalu menemui kegagalan. Selalu ada jalan buntu yang dijumpainya. Meskipun sudah mencoba berulang-ulang, gerbang keberhasilan belum juga dijumpainya. Hal itu menjadikan kegumasukan dan kegundahan. Perasaan itu menuntunnya menentukan pasrah. Dari kata lemah tak berdaya tergambar aura kepasrahan yang begitu mendalam. Semua diserahkan kepada takdir Ilahi. Tidak spesialuntuk sekali, jalan panjang yang dilaluinya belum juga bermuara ke klimaks yang diharapkannya. Segala mimpi dan niat yang dicita-citakan terasa makin menjauh dan rasanya penulis benar-benar bingung, di antara membisu di daerah dan merenungi keadaan atau terus berjalan meski belum terang tujuan mau kemana.

Di bait kedua, pesan penulis di bait pertama terus berlanjut. Namun, panggilan kebingungan yang dirasakan semakin mengiris perasaan. Di antara kegagalan yang dijumpainya tidak sedikit yang dibarengi rasa sakit. Entah itu hadirnya dari lingkungan, atau dari orang-orang di sekitarnya. Akibatnya, keberanian yang dimilikinya lambat laun semakin memudar dan begitu berat untuk menggerakkan langkahnya. Tampaknya, rintihannya pun tidak lagi sebatas air mata. Semua sudah mengendap di dalam hati. Rasa sakit yang kelihatan baik-baik saja dari luar, tetapi sudah berdarah-darah dari dalam.

Di bait ketiga, perasaan yang berkecamuk di hati penulis diwakilkan oleh kata meronta dan merenung. Hati yang mengalami gangguan frekuensi sebab kegagalan dan rasa sakit untungnya masih diikuti ketenangan berpikir. Akal masih memainkan tugas untuk merenung. Pikirannya melayang-layang. Berusaha mencari-cari ruang harapan yang bersembunyi di balik kepetangan. Siapa tahu, di antara mimpi-mimpi di dalam pulasnya, atau kilatan-kilatan pesan dari malaikat dalam perenungannya bisa mempersembahkan jawabanan yang jernih atas segala kebuntuan yang dialami. Di cuilan ini, kita bisa melihat betapa usaha hidup itu harus terus berjalan meski segala ujian dan cobaan hadir silih berganti.

Di bait keempat, sepertinya penulis sudah mencapai antititikpuncak. Puncak konflik kejiwaan yang dialaminya bertahap membuahkan setetes harapan. Harapan yang dinanti menjadi minuman pelepas dahaga kehausan rohani. Di balik kekakuan tirani yang dirasakannya, ada bisikan semangat hadir menggelitiknya. Semangatnya bangkit. Seakan menyerupai ikan terdampar menemukan lautan. Suara kebangkitan menggerakkan nadinya memompa oksigen memenuhi ajaran darah. Masa lalu, kegagalan, dan rasa sakit harus dikubur dalam-dalam. Penyesalan tiada berguna. Penulis menemukan pesan itu tampaknya.

Di bait kelima, penulis mengalami titik balik arah perjuangan. Kegagalan yang dialaminya tidak lagi membatu dan menggumpal. Semua pecah bagai telur yang menetas. Rasa takut, malu, dan khawatir tiada lagi mengganggu. Segala potensi harus kembali dirangkai menjadi satu. Lalu dengan segala kebulatan tekad dan keyakinan untuk berubah lebih baik sudah menjadi pegangan. Benang kusut pun sudah kembali tergulung rapi dan siap untuk dipintal menjadi karya impian meski harus memulai dari angka nol. 

Di bait keenam, penulis menyajikan ilustrasi ketauhidan. Pesan yang disampaikannya mengajarkan kita untuk berserah diri dan memohon sumbangan spesialuntuk kepada sang Pencipta, Allah SWT. Karena spesialuntuk dengan sujud dan rukuk itu, penghambaan diri yang berbalut keikhlasan bisa mempersembahkan energi faktual dan mengubah segalanya. Kekuatan khusyuk berhasil diraih penulis pada ketika dirinya benar-benar jatuh sejatuhnya-jatuhnya di kedalaman. 

Apa pesan moral dari puisi ini?

Puisi ini mengajarkan kita untuk tidak praktis frustasi atau berprasangka jelek pada rencana Tuhan. Sebaik-baik rencana manusia, tentu paling baik rencana Tuhan. Manusia penuh keterbatasan sedangkan Tuhan Maha Kuasa atas segala sesuatu. Oleh sebab itu, kalau mengalami kegagalan, satu, dua, atau tiga kali rasanya belum apa-apa. Berapa kalipun kegagalan yang dirasakan harus senantiasa memperabukan motivasi untuk terus mencoba dan menyempurnakan segala belum sempurnanya. 

Kegagalan yang dijumpai idealnya memang tidak dibawa ke arah negatif. Ini bisa berakibat terjadinya ketimpangan berpikir dan hilangnya nalar sehat. Segala urusan dilarang dipisahkan dengan nilai-nilai rohani dan penghambaan kepada Allah SWT. Karena siapa kita tanpa Allah. Allah sudah membuat kita dengan tujuan penciptaan tidak sama-beda. Apapun yang menjadi suratan harus diterima dengan lapang dada, dibarengi dengan kerja keras, sebenar-benarnya ikhtiar, banyak bersyukur, berprasangka baik kepada Allah semoga hidup terasa tenang dan tenang. 

Takdir tidak akan berubah tanpa usaha. Takdir spesialuntuk bisa diubah dengan takdir baru. Oleh sebab itu, tidak ada gunanya merendahkan diri, mengerdilkan potensi diri, atau hingga tidak ingin berjuang lagi spesialuntuk sebab mengalami beberapa kegagalan. Bukankah seluruh pengetahuan dan peradaban insan di era ini mengalami kemajuan sebab tugas para penemu yang tidak pantang menyerah. Mereka gagal berkali-kali tetapi terus mencoba berkali-kali.

Lagi pula, terkadang usaha insan terhenti disaat perjuangannya tinggal selangkah lagi menuju sukses. Jika kalian pernah melihat ilustrasi penggali harta karun yang berhenti menggeruk tanah di ketika beberapa jengkal lagi terdapat tumpukan berlian, maka disitulah kita harus mengambil hikmah. Bagaimanapun susahnya, selama kita masih bernyawa, lebih terus mencoba kemudian gagal dan gagal daripada berhenti mencoba. melaluiataubersamaini adanya gagal berarti tanda keberhasilan semakin dekat. Teruslah berjuang dan berdoa. Bukankah kita terbatas, kita tidak serba tahu, dan mungkin saja satu langkah lagi nasib kita berubah lebih baik.

Seluruh rangkaian dongeng di atas gotong royong sudah termaktub dalam judul puisi. Habis ringkih terbitlah utuh. Empat kata ini bukan spesialuntuk sekedar metaforis kehidupan dimana kerapuhan sanggup melahirkan keutuhan. Namun, itu mengajarkan kita bahwa semoga semakin utuh menghadapi gelombang zaman, sebagai insan kita harus pandai-pandai menerawang pesan tersirat dibalik setiap peristiwa alam yang menimpa kita. Semoga puisi ini bermanfaa dan menginspirasi!☺