Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Refleksi Remaja, Pacaran Itu Boleh Atau Tidak?

INIRUMAHPINTAR - INI Refleksi Remaja, Pacaran itu boleh atau tidak? Sebuah catatan tentang pergaulan generasi muda dihadirkan dalam bentuk ujicoba hipotesis sederhana dan sepenggal kisah kasatmata (dengan sedikit perubahan dan penerapan nama samaran). melaluiataubersamaini harapan, biar para pembaca sanggup menimbang-nimbang sebuah keputusan, menyikapi hidup, dan bagaimana membawa diri di dalam lembah peradaban dan pergaulan final zaman.

Setiap insan berhak memilih pilihan hidup masing-masing, dan pilihan itulah yang akan menjadi akar identitas mereka di masa depan. [ahn]

Hipotesis:
Ada banyak hal yang insan belum ketahui di dunia ini. Sebagian lantaran tak pernah dipelajari, didengar, dilihat atau tidak lazim di lingkungannya, sebagian lagi sudah atau sedang dipelajari tetapi terkadang fakta yang tertulis dengan pena tidak sama jauh dengan yang tampak dalam realita sehingga menghasilkan pembiasan kebenaran dalam peradaban manusia. 

Sumber Ilustrasi: pixabay.com
Sebagai contoh, penulis akan mengutip sebagian  kisah si cewek D, seorang siswa sekolah menengah pertama yang dikala ini dalam masa pencarian jati diri sebagai remaja. Masa-masa perkembangan psikis dan ketertarikan dengan lawan jenis sudah menghampirinya semenjak setahun lalu. Dia mengagumi seorang dewasa perjaka yang tidak lain ialah mitra sekelasnya. Tak lama, gayung pun bersambut, komunikasi diantara mereka semakin intens memanfaatkan teknologi ponsel baik melalui kemudahan sms maupun telepon. Ditambah lagi tugas media umum facebook, twitter dan BBM di ponsel mereka juga turut mendukung kekompakan keduanya. Singkat cerita, mereka kemudian berkomitmen untuk pacaran. 

Sekitar 2 bulan lamanya mereka benar-benar dalam masa bahagia. Sepulang sekolah, mereka tak lagi buru-buru pulang ibarat biasa, mereka janjian untuk ketemuan di beberapa kawasan tidak sama, entah dimana masih dirahasiakan. Singkat cerita, waktu mencar ilmu tersisihkan untuk sms-an atau teleponan, momen kerja kelompok keteteran untuk nongkrong berdua-duan, dan tak jarang pulang malam lantaran lupa waktu atau lantaran lantaran lain yang masih misteri.

Alasan mencar ilmu menjadi senjata ampuh untuk saling mengunjungi rumah masing-masing. Dan orang renta mereka pun sangat mendukung melihat antusias mencar ilmu anak mereka meningkat.

4 bulan kemudian...

Masa penerimaan rapor menjadi saksi bisu sejarah perjalanan hubungan mereka. Nilai si cewek D jeblok dan turun drastis. Sebelumnya masuk dalam peringkat 10 besar tetapi sekarang harus puas bertengger di peringkat 5 terbawah. Sementara itu, si perjaka yang memang peringkat terbawah sedikit beruntung naik 1 tangga ke peringkat 2 terbawah. Sungguh ironi, usaha mereka dalam hubungan pacaran yang tampak sangat positif meningkatkan motivasi mencar ilmu mereka justru berakibat fatal.

Tak spesialuntuk itu, 1 bulan kemudian, si cewek D tidak mau lagi ke sekolah. Alasannya bukan lantaran nilainya jeblok, tapi beliau sekarang sudah berbadan dua. melaluiataubersamaini sangat terpaksa, si cewek D dan pacarnya harus dinikahkan. Keluarga pun harus menanggung malu, dan kisah mereka menjadi sejarah jelek yang tidak akan dilupakan orang. Maggangkanikuroo' (semoga cukup hingga disitu)! Naudzubillah!

_________________________________________________________________________________

Demikianlah akhir dari sebuah pilihan hidup yang salah. Pilihan yang menghasilkan jejak-jejak baru. Yang cerah masa depannya sekarang berkembang menjadi suram. Putih sudah menjadi hitam dan bunga takkan sanggup mekar dua kali.

Setiap insan berhak memilih pilihan masing-masing, dan pilihan itulah yang akan menjadi akar identitas mereka di masa depan. [ahn]
Dalam benak hati bertanya-tanya, siapa yang salah sehingga ini terjadi?
1. Kemana saja orang renta mereka?
2. Kemana saja guru mereka?

Di peluang lain, penulis melaksanakan riset kecil-kecilan di lingkungan siswa menengah pertama dan siswa menengah atas. Ada satu pertanyaan yang penulis usikan ke para siswa! "Apakah orang renta atau guru kalian pernah menasehati kalau pacaran itu dilarang (baca: haram)?"

Apa jawabanan mereka? bervariasi dan sungguh mengejutkan.
1. Ada yang menjawaban "tidak pernah"
2. Ada yang menjawaban "pernah sih" tapi.... (tanpa alasan)
3. Ada yang menjawaban "pernah", katanya pacaran gak boleh untuk anak sekolah! (trus, klo bukan anak sekolah emang boleh?)    

Hanya jawabanan itulah yang terdengar berulang-ulang dengan gaya penyampaikan tidak sama.

Tanggapan penulis: 

Tampaknya hipotesis yang dipaparkan penulis di permulaan pembahasan artikel ini  sanggup diterima.

Ada sebagian hal di dunia ini yang belum diketahui oleh dewasa lantaran tak pernah mempelajarinya, melihatnya, mendengarnya atau tidak lazim di lingkungannya misalnya "adab bergaul dengan lawan jenis".

atau sanggup jadi ada yang ingin dan sedang mempelajari cara bergaul yang baik tetapi media televisi setiap hari mempertontonkan gaya hidup ala "pacaran" dan "buka aurat" yang tentu sangat jauh dari adab-adab syariah yang diajarkan islam.

Siapa yang harus mengenalkan itu, siapa lagi kalau bukan orang terdekatnya dulu, yaitu orang tuanya dan guru-gurunya. Sudahkah para orang renta dan guru mendengar tentang tidak bolehnya mendekati zina, atau tidak bolehnya berkhalwat (berdua-duaan bukan muhrim) dengan alasan apapun (dan tiruana itu ada dalam pacaran). Kenapa itu tidak disampaikan ke belum dewasa mereka? Atau memang belum tahu? Atau sudah tahu tetapi hirau tak hirau saja? Mau jadi apa negeri ini bila para orang renta dan guru berbekal ilmu agama yang kurang ibarat itu? naudzubillah!


Pesan untuk kita tiruana:

Siapapun kita, baik yang belum menjadi orang tua, atau sudah menjadi orang tua, baik guru maupun dosen (yang seharusnya mendidik bukan spesialuntuk mengajar), atau apapun profesi kita, tidakboleh pernah menganggap remeh sebuah nasehat kecil yang diperoleh dari sepenggal ayat Quran atau sunnah Nabi. Pelajari! dan Sebarkan ke lingkungan kalian! Ingatlah selalu! Kejarlah dunia tapi tidakboleh lupakan akhirat! Nasib generasi muda Indonesia ada di tangan kita tiruana!

Semoga kita tidak termasuk dalam kaum "cinta dunia takut mati" yang dipaparkan dalam hadist di bawah ini!

Dari Tsauban, ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Hampir bangsa-bangsa memperebutkan kalian (umat Islam), layaknya memperebutkan masakan yang berada di mangkok.’ Seorang pria berkata, ‘Apakah kami waktu itu berjumlah sedikit?’
Beliau menjawaban, ‘Bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak, namun kalian ibarat buih di genangan air. Sungguh Allah akan mencabut rasa takut (para musuh) kepada kalian, dan akan menanamkan ke dalam hati kalian al-Wahn.’ Seseorang kemudian berkata, ‘Wahai Rasulullah, apa itu al-Wahn?’ Beliau menjawaban, ‘Cinta dunia dan takut mati’.” (HR Abu Daud)

dan semoga kita juga tidak termasuk kaum yang menjauhi Quran dan sunnahnya, ibarat yang dipaparkan hadist di bawah ini:

“Akan hadir suatu zaman di mana tidak tersisa dari Islam, kecuali tinggal namanya saja, tidak tersisa dari Quran kecuali tinggal tulisannya saja, masjid-masjid mereka megah dan semarak, tetapi jauh dari petunjuk Allah, ulama- ulama mereka menjadi manusia- insan paling jahat yang hidup di bawah kolong langit, dari lisan mereka ke luar fitnah dan akan kembali kepada mereka.” (HR Baihaqi)

Wallahu a’lam bish shawab. Semoga bermanfaa!