Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal Istilah Arus Mudik, Balik Dan Kebiasaan Unik Pemudik

INIRUMAHPINTAR - Ketika menjelang hari raya Idul Fitri, para kaum urban (perantau) berbondong-bondong kembali ke kampung halaman meninggalkan kediaman mereka di kota. Mereka kembali untuk melepas rindu dengan orang renta dan keluarga di kampung setelah setahun lamanya tidak berjumpa. Selain itu, momentum yang bertepatan dengan libur panjang tersebut dimanfaatkan untuk mengenang masa kecil, ziarah kubur, mengunjungi sanak famili, dan bersantai di tempat-tempat wisata.  Aktivitas ini dikenal oleh orang Indonesia sebagai mudik

Karena berlangsung secara serempak, acara pulang kampung selalu diwarnai dengan arus kemudian lintas yang padat di hampir tiruana jalur transportasi, baik darat, laut, dan udara. Hal itu ditandai dengan meningkatnya jumlah pengendara yang kemudian lalang di jalan raya serta naiknya angka pengguna kapal bahari dan pesawat terbang. 

Lalu, apa yang dimaksud dengan arus balik? apa bedanya dengan arus mudik? Ternyata arus balik yaitu kebalikan dari arus mudik. melaluiataubersamaini kata lain, acara kembalinya para kaum urban dari desa ke kota dinamakan arus balik. 


Lalu, Apa Kebiasaan Unik Pemudik sebelum Balik ke Kota

Saya melihatnya dari banyak sekali sudut pandang. Pertama, sebelum pulang ke kota, sejumlah kaum urban membeli barang-barang kebutuhan pokok ibarat beras, bawang, cabe, tomat, dsb. Hal itu dikarenakan harga barang-barang kebutuhan di desa jauh lebih murah dibanding harga di kota. Lumayan kan' buat mengirit pengeluaran!

Ada juga pemudik yang menentukan untuk keliling mesjid-mesjid menyumbangkan sejadah, karpet, kitab Al-Quran, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Biasanya barang-barang yang akan disumbangkan sudah dipersiapkan jauh-jauh hari dan dibawa dari kota.

Sementara itu, sebagian yang lain lebih senang menghabiskan masa pulang kampung dengan mengunjungi setiap wahana wisata yang tersedia di kota kelahiran. Selain untuk mengenang masa-masa senang di masa lalu, momentum tersebut juga dimanfaatkan sebagai ajang memperkenalkan keindahan alam khas pedesaan kepada keluarga dan buah hati.

Yang paling sederhana yaitu para pemudik berduyun-duyun turun ke sawah atau ke kebun peninggalan orang tua. Selain untuk mencicipi sensasi panorama alami, ajang tersebut dimanfaatkan untuk mengumpulkan hasil bumi, contohnya pisang, mangga, kelapa, dan guaka buah-buahan lainnya.

Dan yang tidak kalah menarikdanuniknya yaitu para pemudik melaksanakan arisan keluarga sembari membuat program icip-icip masakan kedaerahan. Misalnya keluarga di tanah Bugis, menyelenggarakan program makan barobbo, sop ubi, gammi manggerai, tape, nasu manu lekku, nasu saping, burasa, leppe-leppe, sawa', ketupat, gigoso', beppa mentega, peco' ladang dan banyak lagi jenis masakan khas lainnya. 

Kebiasaan unik lainnya yaitu menyelenggarakan temu alumni dadakan, entah itu sesama mitra SMP, SMA, atau mitra sekampung. Panitia dibuat dalam waktu singkat untuk mengumpulkan para pemudik. Selain sebagai ajang silaturahim, kegiatan temu alumni dimanfaatkan untuk melepas rindu, melekatkan keakraban. Bahkan tidak sedikit yang mengalami CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali). Terutama mereka yang masih berstatus single murni atau single parent. hehehe.

Apa Harapan Pemudik sebelum Balik ke Kota?

Harapan yang paling utama yaitu memastikan orang renta mereka di kampung baik-baik saja, tidak belum sempurnanya apapun. Begitupun, kekerabatan dengan keluarga, tetangga, dan sobat dekat-teman dekat usang terjalin kembali. Perasaan pun kembali tenang, damai, bersemangat dan siap mengarungi perahu kehidupan selanjutnya.

Apa Hal yang Mengkhawatirkan selama Arus Mudik dan Balik Berlangsung?

Menurut aku, yang paling menghawatirkan yaitu meningkatnya angka kecelakaan. Ada saja insiden-insiden yang terjadi. Tidak sedikit yang bahkan menelan korban jiwa. Akibatnya, banyak keluarga yang pulang kampung dan tidak balik selamanya. Sungguh menhadirkan rasa iba! Namun, demikianlah kenyataannya, hampir tiap tahun kita tidak pernah luput menyaksikan kecelakaan selama arus pulang kampung dan arus balik.

Harapan buat Pemerintah Apa donk?

Yah, tentu banyak yang masih perlu diperbaiki, tetapi saya serius terhadap kualitas jalan raya selama arus pulang kampung dan arus balik. Faktanya, masih banyak jalan-jalan antar-kota dan antar-propinsi yang masih kurang layak, penuh lubang-lubang, berpasir dan berbatu. Berbanding terbalik dengan kekayaan negeri ini. Padahal, tidak sedikit kontur jalan yang menjadi pemicu terjadinya kecelakaan kemudian lintas. 

Semoga secepatnya, Indonesia yang memang benar-benar kaya sanggup mempunyai jalan raya yang bebas lubang di tiruana wilayah semoga rakyatnya benar-benar yakin sudah merdeka bersama-sama sebagaimana mufakat yang terukir dalam pasal 33 dan intisari Pancasila, terutama sila ke-5.