Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

6 Catatan Bagus Kemenangan Indonesia Vs Filipina Sea Games 2017

INIRUMAHPINTAR - 17 Agustus 2017 yaitu masa bersejarah bagi bangsa Indonesia. Selain menjadi hari perayaan kemerdekaan yang ke-72, momentum tersebut juga menjadi saksi berlangsungnya laga termanis malam ini (17/8/2017). Sebuah kemenangan besar berhasil ditorehkan tim nasional sepak bola Indonesia dalam lanjutan perhelatan Sea Games 2017 di Malaysia. Tim berjuluk Garuda Muda U-22 membungkam Filipina dengan skor telak 3:0. Hasil tersebut mengantarkan Indonesia mengoleksi 4 poin, sehabis di laga pertama spesialuntuk bermain imbang 1:1 melawan timnas Thailand. 

Disiarkan eksklusif di dua channel TV tidak sama yaitu TVRI dan SCTV, Laga kedua Indonesia di grup B tersebut sukses menghibur seluruh masyarakat pecinta bola tanah air. Alhamdulillah, malam ini kita bisa tersenyum bahagia. Benar-benar menjadi hadiah ter-sweet di hari yang Istimewa negeri ini, sekaligus mendekatkan harapan timnas Indonesia ikut menyumbangkan medali emas untuk kontingen Sea Games Indonesia tahun ini. Selamat untuk Evan Dimas dkk. We are proud of you!

Terlepas dari skor telak yang berhasil diraih tim racikan Luis Milla, instruktur asal Brasil, kemenangan 3:0 atas Filipina masih sarat beberapa catatan penting. Ada yang tidak sama dari skuad dan gaya bermain timnas Indonesia malam ini. Entah ialah serpihan dari taktik, sebab kualitas wasit, atau faktor apes dan keberuntungan. INI catatan-catatan yang begitu manis untuk diperbincangkan!

Catatan manis ke-1: Di babak Pertama, Indonesia bermain bola panjang

Salah satu abjad bermain bola timnas Indonesia dari masa ke masa yaitu mengandalkan umpan-umpan panjang dan langgar kecepatan lari. Secara pribadi, saya kurang menikmati permainan bola ibarat ini. Saya lebih menikmati gaya bermain timnas U-19 racikan Indra Safri ketika mengantarkan Indonesia menumbangkan Korea beberapa tahun silam. 

Dan malam ini (17/8/2017), semenjak peluit tanda babak pertama dimulai, kecenderungan belum dewasa garuda untuk bermain bola panjang dan langgar kecepatan lari lagi-lagi sangat terang terlihat. Walhasil, pertandingan kurang menarikdanunik untuk ditonton. Untungnya, dengan denah ini, Indonesia sukses membenamkan 2 gol ke gawang Filipina. 

Yang saya khawatirkan, kalau Indonesia terus-terusan menentukan gaya bermain ibarat ini ketika melawan tim berpengaruh (Vietnam) di laga diberikutnya, maka selain kurang yummy ditonton juga berpotensi menguntungkan tim lain. Padahal, di atas kertas, Indonesia sangat potensial melaksanakan kolaborasi tim, membangun serangan dari kaki ke kaki, kemudian mencetak gol lebih banyak. Pemain-pemain kita bisa kok! 

Catatan manis ke-2: Yabes Roni bermain kurang terbaik

Sejak babak pertama, Yabes Roni yang dimainkan sebagai gelandang akup tampak kurang terbaik. Berkali-kali peluang yang dimembuangnya percuma. Tidak ada satupun umpannya yang manis. Padahal, ia mempunyai sejumlah peluang untuk mengirimkan umpan tarik. 

Entah mengapa, Yabes seakan kehilangan gaya khasnya. Bahkan ia sempat terjatuh mencium tanah ketika sedang mendribble bola. Padahal tidak ada gangguan dari pemain Filipina. Meski berganti-ganti posisi, kadang di kiri, kadang di kanan. Tetap saja, Yabes susah memanjakan Ezra dan pemain-pemain lain yang sudah menunggu di area penalti lawan.

Namun demikian, Yabes Roni mempunyai sisi konkret di mata aku. Kemungkinan Milla juga berpandangan demikian. hehehe. Yabes dimasukkan sebagai pemain perusak sembari mengistirahatkan Febri, tidak penting ia berhasil mempersembahkan umpan manis atau tidak. 

Walhasil, defender-defender Filipina pun menjadi kelelahan. Terutama bek kiri dan kanan. Berkali-kali, Yabes beradu lari, rebutan bola, dan senggol-menyenggol dengan pemain belakang Filipina. Dan terlihat, di babak kedua, Indonesia lebih praktis menerobos ke jantung pertahanan Filipina, meski belum berhasil terkonversi menjadi gol.


Catatan manis ke-3: Hansamu Yama tampil layaknya defender kelas dunia

Jantung pertahanan Indonesia di skuad garuda U-22 tahun ini sangat kokoh. Salah satu alasannya sebab di posisi defender, ada nama Hansamu Yama. Berkali-kali ia berhasil menghalau bola di area penalti, terutama bola-bola atas. Bahkan beberapa sapuan membersihkannya sukses menggagalkan pemain Filipina mencetak gol. 

Feeling dan Timing-nya melaksanakan sliding dan bergerak di area belakang pun semakin berpengaruh dan terasah. Terlepas dari satu kuning yang diperolehnya sebab menyikut lawan. Namun, kalau Hansamu berhasil tumbuh menjadi pemain yang bijak dan tidak praktis terprovokasi di laga-laga selanjutnya, maka tidak menutup kemungkinan, kelak ia berpeluang bermain di liga-liga bergengsi di Eropa, contohnya di liga Inggris atau Spanyol. Dan ia memang pantas untuk itu sebab adanya potensi unik dan skill mumpuni di dalam dirinya. 

Catatan manis ke-4: Gol Sadel ibarat tendangan pisang ala CR7

Gol ke-3 timnas U-22 dicetak oleh Sadel. Gol tersebut sangat cantik. Siapapun yang melihatnya niscaya berdecak kagum. Bagaimana tidak, gol yang dilesakkan Sadel tersebut, spesialuntuk sering terlihat di liga-liga Eropa. Ia meliuk-liuk di luar kotak penalti, melewati satu pemain Filipina, kemudian melesakkan tendangan pisang ala CR7. Penjaga gawang Filipina yang bontot alias gempal pun tak kuasa menahan laju bola meski sudah berusaha melompat sekuatnya. 

Tidak terbantahkan, Selain Hansamu Yama, Sadel juga punya potensi khas. Andai ia bermain lebih baik semenjak babak pertama. Mungkin Indonesia akan menang dengan selisih gol lebih banyak lagi. Pemain lincah ini pun saya anggap pantas bermain di liga-liga Eropa. Gaya bermainnya ibarat Isco (Real Madrid) atau David Silva (Manchester City). Semoga ia ditakdirkan meraih harapan tersebut!


Catatan manis ke-5: Osvaldo Ardiles Haay, pemain pengganti yang menggigit

Bermain sangat elok di laga perdana melawan Thailand, Osvaldo Haay, pemain berdarah Jawa-Papua, kembali tampil memukau. Walaupun ia gres dimasukkan di babak ke-2, penampilannya cukup merepotkan pemain-pemain Filipina. Pemain yang juga yaitu aset Persipura Jayapura tersebut berhasil meyakinkan publik sepak bola bahwa ia pantas menjadi serpihan dari skuad timnas garuda U-22. Ciri khas-nya yang unik berdasarkan saya yaitu kemampuannya bermain menyerang seimbang dengan kemampuannya bertahan. Ia punya body balance dan power lebih sehingga sangat kokoh beradu fisik dengan pemain lawan. Jika tampil konsisten, ia pun saya anggap pantas untuk bermain di liga-liga Eropa. 

Catatan manis ke-6: Kartu kuning untuk Evan Dimas cacat

Andai wasit lebih jeli, Indonesia berpeluang menang 4:0 atas Filipina. Di babak kedua, Evan Dimas diganjar kartu kuning sebab dianggap oleh wasit melaksanakan diving di dalam kotak penalti. Padahal, sangat terang terlihat bahwa Evan Dimas terjegal oleh pemain Filipina. Kartu kuning tersebut cacat dan kualitas wasit yang bertugas masih dipertanyakan. Berkali-kali pemain Filipina yang melaksanakan tarikan baju dan pelanggaran keras justru tidak didiberikan hadiah kartu kuning. Ada apa gerangan? Untungnya, timnas garuda tetap menang meski malam ini dihadiahi 3 kartu kuning (Evan Dimas, Hansamu Yama, dan Muhammad Rezaldi Hehanusa)

Harapan saya kemudian, biar timnas Indonesia di laga diberikutnya sanggup bermain lebih baik dan meraih kemenangan. Laga Indonesia vs Vietnam dan Indonesia vs Timor Leste mesti berakhir manis yakni dengan torehan kemenangan buat Indonesia. Bravo timnas sepak bola negeriku! Buktikan pada dunia bahwa kita juga bisa!