Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perbedaan Saham Dan Obligasi Serta Pola Kasusnya

INIRUMAHPINTAR - Jelaskan perbedaan saham dan obligasi?  Ketika seseorang ingin diberinvestasi baik untuk memperoleh laba jangka pendek atau memperoleh tabungan hari bau tanah (pensiun), yang terngiang di kepala yaitu menentukan saham atau obligasi. Namun demikian, masih banyak di antara kita yang belum mengerti sama sekali perbedaan keduanya, baik dari segi cara kerja dan potensi laba yang akan didapatkan. 

Itulah sebabnya, pada artikel ini, saya mengajak pembaca untuk menggali lebih dalam dan melihat perbedaan antara saham dan obligasi pada tingkat yang paling mendasar. Mungkin saja, ada yang tertarik untuk membeli saham atau obligasi tetapi belum mengerti seluk beluk tentang investasi tersebut. melaluiataubersamaini membaca goresan pena ini, Anda akan lebih paham apa yang akan Anda lakukan selanjutnya! 

Saham yakni Kepemilikan Saham, Obligasi yakni Utang

Saham dan obligasi mewakili dua cara yang tidak sama bagi suatu entitas untuk mengumpulkan uang guna mendanai atau memperluas operasinya. Ketika sebuah perusahaan mengeluarkan saham, perusahaan itu menjual dirinya sendiri dengan imbalan uang tunai.

Ketika entitas menerbitkan obligasi, ia mengeluarkan dukungan dengan akad untuk membayar bunga atas penerapan uang tersebut.
Perbedaan Saham dan Obligasi serta misal Kasusnya

Perbedaan Teknik Kerja Saham dan Obligasi

Teknik Kerja Saham

Saham berupa saham perusahaan perorangan. Bagaimana cara kerjanya? Begini cara kerjanya: katakanlah perusahaan sudah berhasil melewati tahap start up dan sudah menjadi sukses. Pemilik ingin memperluas, tapi mereka tidak sanggup melakukannya spesialuntuk melalui laba atau pendapatan yang mereka dapatkan melalui kinerja perusahaan. 

Untuk itu, mereka sanggup beralih ke pasar keuangan untuk pembiayaan tambahan. Salah satu cara untuk melakukannya yakni dengan membagi perusahaan menjadi "saham", dan kemudian menjual sebagian dari saham tersebut di pasar terbuka dalam sebuah proses yang dikenal sebagai "penawaran umum perdana" atau IPO. 

Seseorang yang membeli saham, artinya membeli saham perusahaan yang sebenarnya, yang menciptakannya menjadi pemilik sebagian betapapun kecilnya pembelian tersebut. Itulah sebabnya mengapa saham juga disebut sebagai "ekuitas".

misal Kasus:

Secara mendasar, saham yakni belahan kepemilikan di perusahaan individual. Ini juga dikenal sebagai ekuitas. Ketika sebuah perusahaan go public, ibarat Microsoft, Google, Alibaba, BRI, Pertamina atau BUMN lainnya, mereka menjual saham bisnis mereka ke publik. Anda membeli saham, perusahaan mendapatkan uang Anda untuk membangun bisnis mereka, dan pada gilirannya, saham Anda mewakili sebagian kecil kepemilikan di perusahaan. Jika perusahaan melakukannya dengan baik, ibarat Google selama bertahun-tahun, mereka menghasilkan laba dan kepemilikan saham Anda meningkat nilainya. Jika perusahaan memburuk, seperti  saham Anda mengalami penurunan nilai (atau lebih jelek lagi, Anda sanggup kehilangan tiruananya).

Tentu saja, bila sebuah perusahaan berkembang, Anda sanggup mengharapkan sahamnya menjadi lebih mahal. Satu saham Google akan menghabiskan biaya lebih dari $800 ketika ini, sedangkan pangsa di Volkswagen kurang dari $150 sekarang. Jumlah tersebut berfluktuasi selama bertahun-tahun, tergantung bagaimana kinerja perusahaan.

Bila Anda membeli saham, Anda sanggup memperoleh laba besar bila perusahaan itu berjalan dengan baik dan kenaikan saham Anda nilainya. Jika Anda membeli kembali saham Google pada tahun 2014, misalnya, Anda membayar $50 per saham. Tiga tahun kemudian di tahun 2017, saham yang sama dihargai sekitar $300. Jika Anda menjual saham Anda, Anda akan menghasilkan laba $ 250. Lumayan kan!

Jika Anda menunggu hingga 2022 untuk menjual, pangsa Anda akan dihargai sekitar $850, jadi Anda akan mendapatkan laba $800 dari satu saham. Bagus! Kebanyakan orang tidak spesialuntuk membeli satu saham sekalipun. Makara bila Anda membeli 100 saham Google pada tahun 2017/2018 coba bayangkan sendiri betapa luar biasanya penghasilan Anda 10 kemudian. Saya pikir sangat cukup sebagai tabungan pensiun.

Teknik Kerja Obligasi

Dan kemudian ada obligasi. Ketika Anda membeli obligasi, intinya Anda membeli dukungan dan meminjamkan uang kepada perusahaan (atau pemerintah). Alih-alih diberinvestasi di perusahaan itu sendiri, Anda memdiberi mereka uang dan mereka baiklah untuk membayar bunga Anda. Bunga ini disebut "kupon", dan ini dibayar dengan tarif dan jadwal yang diputuskan. Ikatan juga dilengkapi dengan tanggal jatuh tempo: tanggal penerbit harus melunasi jumlah yang mereka pinjam. Anda juga sanggup menjual obligasi Anda sebelum tanggal jatuh tempo. Bergantung pada tingkat bunga yang terlihat ketika Anda menjual, Anda mungkin akan mendapatkan lebih banyak atau lebih sedikit dari jumlah yang Anda bayarkan.

misal Kasus:

Karena obligasi sanggup diprediksi, mereka disebut imbas pendapatan tetap. Investopedia mempersembahkan citra penghasilan ibarat ini:

Misalnya, katakanlah Anda membeli obligasi dengan nilai nominal $1.000, kupon 8%, dan jatuh tempo 10 tahun. Hal ini berarti Anda akan mendapatkan total $80 ($ 1.000 * 8%) bunga per tahun untuk 10 tahun ke depan. Sebenarnya, lantaran kebanyakan obligasi membayar bunga setengah tahunan, Anda akan mendapatkan dua pembayaran sebesar $40 per tahun selama 10 tahun. Ketika obligasi jatuh tempo setelah satu dekade, Anda akan mendapatkan $1.000 Anda kembali.

Jadi, Anda tidak akan mendapatkan banyak bunga, tapi sedikit banyak Anda tahu apa yang Anda dapatkan dalam kontrak tersebut sangat jelas. Singkatnya, ketika Anda membeli saham, Anda membeli ekuitas, dan ketika Anda membeli obligasi, Anda membeli pinjaman.

Perbedaan Antara Saham dan Obligasi bagi Investor

Saham bagi Investor

Karena setiap saham ialah belahan kepemilikan di perusahaan - yang berarti pemilik saham ikut terpengaruh atas laba dan kerugian perusahaan - seseorang yang diberinvestasi di saham sanggup memperoleh laba bila perusahaan berjalan dengan sangat baik dan nilainya meningkat dari waktu ke waktu. Pada ketika yang sama, ia menanggung risiko bahwa perusahaan sanggup berkinerja jelek dan sahamnya sanggup turun - atau, dalam skenario terburuk (kebangkrutan) - hilang sama sekali.

Saham individu dan keseluruhan pasar saham cenderung berada di ujung spektrum investasi yang lebih mencakupko dalam hal volatilitasnya dan risiko bahwa investor sanggup kehilangan uang dalam jangka pendek. Namun, saham juga sanggup mempersembahkan laba jangka panjang yang superior. Oleh lantaran itu saham disukai oleh mereka yang mempunyai horison investasi jangka panjang dan toleransi pada risiko jangka pendek.

Obligasi bagi Investor

Di lain pihak, obligasi sendiri tidak mempunyai potensi pengembalian saham jangka panjang yang kuat, namun lebih disukai oleh investor yang berprioritas pada pendapatan. Selain itu, obligasi kurang mencakupko dibandingkan saham. Walaupun harga obligasi berfluktuasi di pasar - terkadang cukup substansial dalam masalah segmen pasar mencakupko tinggi - sebagian besar obligasi cenderung membayar kembali jumlah pokok pada ketika jatuh tempo, dan risiko kerugian jauh lebih kecil daripada saham.

Mana yang Tepat untuk Anda?

Banyak orang diberinvestasi pada saham dan obligasi biar sanggup memperoleh keuntungan. Entah sebagai sumber penghasilan utama atau sebagai investasi hari tua. Agar tidak terlalu mencakupko, dalam hal ini para investor cerdas biasanya menentukan menyeimbangkan saham dan obligasi mereka dengan mempertimbangkan analisis terhadap jangka waktu, besarnya risiko, dan tujuan investasi.