Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengapa Un Diubah ??

Mengapa Ujian Nasional Diubah ??. Pendidikan kita bukan bertujuan membuat bawah umur sekolah untuk sekadar lulus, bukan sekadar jadi sarjana, tetapi supaya mereka dapat hidup berdikari dan menjadi pembelajar. 

 Pendidikan kita bukan bertujuan membuat anak Mengapa UN Diubah ??

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan menegaskan, kebijakan pemerintah yang tetapkan bahwa Ujian Nasional (UN) bukan penentu kelulusan siswa sangat efektif mencegah terjadinya kecurangan dalam memilih kelulusan siswa. Kecurangan yang dilakukan siswa dan banyak sekali oknum untuk memperoleh nilai tinggi dalam UN tidak akan mempunyai kegunaan bagi siswa alasannya ialah UN bukan lagi penentu kelulusan siswa.

“Tidak ada lagi gunanya berlaku curang dalam UN alasannya ialah UN tidak lagi penentu utama kelulusan dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Karena itu tidakboleh curang dalam UN, tidakboleh berlaku tidak jujur untuk mendongkrak nilai UN," kata Mendikbud kepada wartawan seusai membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Pendidikan se-Provinsi Jambi di Ratu Convention Center (RCC), Kota Jambi, Kamis (26/3).

"Tidak ada gunanya angka atau nilai UN ditambah-tambah alasannya ialah tidak kuat juga terhadap kelulusan,” dia menambahkan.
Menurut Anies, UN ketika ini spesialuntuk sebagai ukuran capaian mencar ilmu siswa. UN juga nantinya spesialuntuk sebagai materi pemetaan kualitas pendidikan dan materi pertimbangan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Karena UN tidak lagi menjadi penentu kelulusan siswa, maka standar minimal UN semoga siswa lulus tidak ada. Kelulusan siswa ditentukan sepenuhnya oleh sekolah.
“Kenapa kelulusan ditentukan sekolah? Supaya kelulusan tidak ditentukan oleh empat mata pelajaran saja. Tapi oleh seluruh komponen, termasuk komponen perilaku.
Angka hasil UN yang muncul, angka yang senyatanya atau asli,” ujarnya.
Dikatakan, jumlah siswa sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) sederajat di Indonesia yang akan mengikuti UN tahun ini mencapai 7,3 juta orang. Sebagian besar siswa yang mengikuti UN masih harus memakai kertas dan UN diselenggarakan secara sekaligus alasannya ialah belum tiruana sekolah dapat menyelenggarakan UN berbasis komputer.
“Pendidikan kita bukan bertujuan membuat bawah umur sekolah untuk sekadar lulus, bukan sekadar jadi sarjana, tetapi supaya mereka dapat hidup berdikari dan menjadi pembelajar. Untuk itu siswa perlu diajari wacana kejujuran dalam menempuh pendidikan,” katanya.