Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Contoh Dongeng Dongeng Anak Sebelum Tidur

misal Cerita Dongeng Anak Sebelum Tidur - Terdapat sebuah dongeng dongeng anak sebelum pulas wacana Ayam, Elang, dan Jarum Ajaib. Yuk kita baca sama-sama. :)

Ayam, Elang, dan Jarum Ajaib


Pada zaman lampau kala, ada dua binatang yang saling berteman dekat. Dua binatang tersebut yakni Ayam dan Elang. Mereka sangat bersahabat hingga terlihat menyerupai keluarga sendiri. Elang selalu memmenolong Ayam bila ayam membutuhkan menolongan. Begitu pula ayam, selalu siap menolong elang ketika Elang membutuhkan pertolongan.

Suatu hari Ayam sedang bertengger di sebuah dahan pohon. Ia memperhatikan burung-burung di langit yang berterbangan dengan bebas. “Wah, tampaknya sangat senang bisa terbang menyerupai itu. Bisa bergerak bebas di antara awan-awan putih, menikmati hembusan angin yang sejuk, dan melihat pemandangan luas dari atas sana,” gumam Ayam sambil terus memperhatikan burung-burung yang terbang di langit.

Saat Ayam asik memandangi burung-burung di langit, tiba-tiba ada satu burung yang terbang cepat ke arahnya. “Hai Yamyam. Lagi mikirin apa di sini? Kok saya lihat engkau ngelamun terus dari tadi,” ujar burung yang menghampiri Ayam. Burung itu tak lain dan tak bukan yakni Elang, sahabat bersahabat Ayam. “Ah, engkau ini Lang. Aku bukannya ngelamun. Aku spesialuntuk melihat burung-burung yang terbang di langit,” ujar Ayam pada Elang.

Belakangan ini Elang sering melihat Ayam menatap ke langit, memperhatikan burung-burung yang sedang terbang. Elang bahwasanya sudah bisa menebak alasan kenapa Ayam sering menatap ke langit, tapi untuk memastikannya, ia kemudian bertanya pada Ayam. “Kamu ingin terbang ya Yam?” tanya Elang pada Ayam. “Iya, saya ingin terbang, tapi itu tidak mungkin kan,” tanggapan Ayam dengan nada sedih.

Melihat sahabat dekatnya bersedih, Elang jadi merasa iba. Tiba-tiba Elang memiliki sebuah inspirasi untuk memmenolong sahabat dekatnya. “Yam, saya rasa saya bisa memmenolongmu, tapi engkau harus ikut ke masukangku,” kata Elang pada Ayam. “Wah, benar engkau bisa menolong aku? Baiklah, saya ikut,” ujar Ayam dengan semangat. Elang kemudian mambawa Ayam ke masukangnya.

Sesampainya mereka di masukang Elang, Elang kemudian mengambil sebuah kotak berwarna emas yang nampaknya sangat berharga. Elang mengeluarkan benda kecil yang berkialauan keemasan  dari kotak itu. “Yam, bahwasanya benda ini spesialuntuk diperuntukkan Sang Pencipta untuk kaum kami, para burung elang. Benda ini yakni jarum aneh yang sanggup memmenolong kami terbang dengan simpel dan cepat sehingga kami menjadi binatang tercepat di dunia ketika ini. Mungkin dengan menjahit kedua akupmu memakai jarum aneh ini , kamu akan bisa terbang,” ujar Elang. Ayam yang kegiranan alasannya yakni keinginannya segera terkabul terus mengangguk dengan semangat. “Iya Lang. Aku mau terbang, Lang. Tolong jahit akupku, Lang,” ujar Ayam. Elang kemudian menjahit akup Ayam dengan jarum ajaib.

Advertisement
Kesaktian jarum aneh memang tak bisa diragukan lagi. Berkat jarum sakti itu, Ayam sanggup terbang menyerupai yang ia impikan. Tidak terbang secepat elang, tapi itu cukup baginya. “Hahaha, saya bisa terbang sekarang. Terima kasih Elang,” ujar Ayam sambil mengepakan akupnya di udara. “Sama-sama Yam. Senang bisa memmenolongmu. Sekarang akan ku simpan lagi jarum aneh ini. Jarum ini dihentikan hilang, jadi riskan kalau dibiarkan terlalu usang di luar,”  kata Elang sambil memasukkan jarum aneh ke dalam kotak. “Baiklah, saya pulang dulu ya, Lang. Sudah tak sabar saya untuk mencicipi perjalanan pulang sambil terbang bebas di angkasa. Sekali lagi terima kasih Elang sahabat dekatku.” Ayam pun pamit dan pulang menuju masukangnya.

Sesampainya di masukang, Ayam mengatakan kemampuan terbangnya kepada saudara-saudaranya dan menceritakan bagaimana ia mendapatkan kemampuan terbang itu. Saudara-saudara Ayam terkesima dengan kemampuan terbangnya. Mereka kemudian membujuk Ayam biar menjahit akup mereka dengan jarum aneh biar mereka bisa terbang menyerupai dirinya. Ayam tidak bisa menolak seruan saudara-saudaranya. Ia ingin saudara-saudaranya juga sanggup terbang sepertinya.

Keesokan hari, Ayam terbang menuju masukang Elang. Saat datang di masukang Elang, ia melihat masukang tersebut sedang kosong. “Sepertinya Elang sedang mencari makan. Hmm, saya tunggu ia pulang atau saya cari sendiri jarum itu ya?” Ayam pun menunggu, namun Elang tak kunjung pulang. Karena sudah semakin tidak sabar, Ayam kemudian masuk ke masukang Elang dan mengambil jarum aneh itu. Ia sudah melihat daerah Elang menyimpan kotak meliputi jarum ajaib, jadi dengan simpel ia bisa mendapatkan jarum aneh yang disimpan Elang. “Elang itu sahabat dekatku yang baik. Mungkin dengan kupinjam jarum ini sebentar ia tidak akan marah,” pikir Ayam.  Ayam kemudian mengambil jarum aneh itu tanpa izin dan membawanya pulang.

Di tengah perjalanan pulang, mendung menghadang perjalanan Ayam. Namun, alasannya yakni Ayam sudah tidak sabar ingin menjahit akup saudara-saudaranya, ia terus terbang menembus awan petang. Saat terbang di bawah awan petang, datang tiba, “JLEGER!” sebuah petir menyambar Ayam. Ayam pun tak sadarkan diri dan meluncur ke tanah. Jarum aneh yang dibawanya pun terjatuh.

Sementara itu, Elang yang gres pulang mencari makan mendapati kotak daerah jarum aneh tergeletak di depan masukangnya. Ia dengan gelagapan mencari-cari jarum aneh di sekitar masukangnya, namun alhasil nihil. Ia kemudian memiliki firasat wacana makhluk yang mengambil jarum aneh itu. “Ayam, ini niscaya ulahmu,” ungkapnya dengan geram. Elang kemudian terbang menelusuri jejak kepulangan Ayam ke masukangnya.

Ayam yang pingsan ketika tersampar petir kemudian bangun. Ia mencicipi sakit di sekujur tubuhnya, khususnya di bab akup. Ia mencoba mengepakkan akupnya, tapi akup itu kembali tak berfungsi. Kemampuan terbangnya hilang akhir tersambar petir. Lalu ia teringat jarum aneh yang ia bawa. Ia berpikir, dengan menjahit akupnya lagi kemampuan terbangnya akan kembali. Namun ia tak sanggup menemukan jarum aneh itu. Dia mencari ke sama kemari, tapi tetap tidak ada hasil. Dia tak sadarkan diri ketika tersambar petir, jadi ia tidak tahu ke mana arah jarum itu jatuh. 

Saat Ayam sibuk mencari jarum ajaib, Elang tiba-tiba meluncur dengan sangat cepat ke arahnya. “Ayam, engkau yang mengambil jarum ajaibku tanpa izin? Jawab!” tanya Elang pada Ayam dengan geram. Ayam, yang tidak bisa mengelak, mengakui perbuatannya. “I..iya Lang, saya yang mengambil jarum itu. Maafkan saya Lang,” ujar Ayam sambil terbata-bata. “Sekarang kembalikan jarum aneh itu padaku,” pinta Elang. Sambil menunduk, Ayam menjawaban seruan Elang, “M..maaf Lang. Jarum aneh itu hilang ketika saya terjatuh. Aku berjainji akan menemukannya, Lang. Aku akan mencari hingga kapan pun.” Elang, yang semakin geram alasannya yakni jarum ajaibnya hilang, mendapatkan komitmen dari Ayam. “Aku akan memegang kata-katamu, Yam. Kau akan mencari jarum itu hingga ketemu. Kalau kamu tidak menemukannya, anak-anakmu, cucu-cucumu, dan seluruh keturunanmu akan mencari jarum aneh itu hingga ketemu. Aku juga akan terus menagih janjimu. Kalau kamu belum juga menepati janjimu, anak-anakku, cucu-cucuku, dan seluruh keturunanku akan terus menagih janjimu.”

Sejak ketika itu hingga kini, setiap melihat ayam di wilayahnya, elang selalu menyambar ayam dan membawa ke masukangnya untuk menagih komitmen ayam mengembalikan jarum emas aneh milik kaum elang. Itu pula yang membuat ayam selalu mengais-ngais tanah ketika sedang mencari makan. Ayam mengais-ngais tanah untuk mencari jarum aneh dan berharap akan menemukan jarum emas aneh milik kaum elang yang dihilangkannya dulu.