Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penjelasan Unsur Instrinsik Cerpen Dan Contohnya

Penjelasan Unsur Instrinsik Cerpen dan contohnya - Cerpen atau dongeng pendek mempunyai unsur-unsur pembangun, yaitu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik yaitu unsur-unsur yang membangun dari dalam cerpen itu sendiri. Sedangkan unsur ekstrinsik yaitu unsur-unsur yang membangun cerpen dari luar. Pada peluang ini, Penulis akan mengulas unsur-unsur Instrinsik cerpen beserta contohnya. 

Unsur-unsur instrinsik pada cerpen, diantaranya yaitu tema, tokoh/penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa dan amanat. Berikut ini yaitu pembahasan unsur-unsur instrinsik cerpen:

 

A. Tema


Tema yaitu nyawa dari sebuah cerpen. Tema sanggup menentukan konflik yang terjadi di dalam cerpen dan tema juga menjadi wangsit dasar pengembangan seluruh isi dongeng cerpen. Tema bersifat general dan umum contohnya adalah, tema pendidikan, romansa, perteman dekatan, dan lain-lain.

 

B. Tokoh dan Penokohan


Tokoh dan penokohan yaitu 2 hal yang tidak sama di dalam cerpen. Tokoh ialah orang-orang yang terlibat di dalam cerpen tersebut. Sedangkan penokohan yaitu penentuan sifat atau tabiat tokoh di dalam sebuah cerpen.

Di dalam cerpen ada 3 jenis tokoh yang ditampilkan, yaitu:

1. Antagonis

Antagonis yaitu tokoh yang biasanya memerankan tokoh jahat atau yang terlibat konflik dengan tokoh utama di dalam cerita. Tokoh-tokoh antagonis biasanya, sombong, jahat, arogan dan lain-lain.

2. Protagonis

Protagonis sering disebut juga dengan tokoh utama yang biasanya berperilaku baik.

3. Tritagonis

Tritagonis yaitu tokoh yang memmenolong tokoh protagonis dan menjadi penengah konflik antara tokoh antagonis dan protagonist. Tokoh ini biasanya mempunyai sifat bijaksana dan penolong.

Penokohan sifat atau tabiat tokoh di atas disampaikan oleh penulis dengan 3 cara diantaranya adalah:

1. Analitik yaitu penyampaian tabiat tokoh dengan cara disampaikan pribadi oleh penulis.
2. Dramatik yaitu penokohan yang disampaikan dengan tersirat melalui kehidupan atau tingkah laris si tokoh dalam cerita.

 

C. Alur (Plot)


Alur yaitu urutan atau jalannya dongeng di dalam cerpen yang disampaikan oleh penulis. Dalam memberikan jalan cerita, ada beberapa tahapan alur yang disampaikan oleh sang penulis, yaitu:

1. Perkenalan
2. Penanjakan
3. Klimaks
4. Anti titikpuncak
5. Penyelesaian.

Tahap-tahap terebut harus ada di dalam sebuah dongeng supaya dongeng tersebut tidak membingungkan. Ada 2 jenis alur yang biasanya disampaikan oleh penulis, diantaranya adalah:

1. Alur maju

Pada alur ini, penulis menceritakan jalan dongeng secara urut dari awal yaitu perkenalan-perkenalan tokoh, situasi, kemudian memunculkan masalah, timbulnya masalah, puncak masalah, menurunnya problem dan kemudian penyelesaian problem tersebut apakah berakhir senang atau tidak.

2. Alur mundur

Penulis menceritakan jalannya dongeng secara tidak urut, sanggup saja penulis menceritakan konflik lampau kemudian mengok kembali pada kejadian yang mengakibatkan konflik itu terjadi.

 

D. Setting (Latar)


Setting mengacu pada daerah terjadinya, suasana, dan waktu di dalam dongeng tersebut. Setting mempersembahkan kesan aktual pada suatu cerpen.

Ada 3 jenis latar di dalam sebuah cerpen yaitu, latar tempat, waktu dan suasana.

Advertisement

 

E. Sudut pandang pengarang (Point of view)


Sudut pandang pengarang yaitu taktik yang dipakai oleh penulis untuk memberikan ceritanya. Sudut pandang sanggup menempatkan pengarang sebagai orang pertama, orang kedua, orang ketiga, atau bahkan orang yang berada di luar cerita.

 

F. Gaya bahasa


Gaya bahasa yaitu ciri khas pengarang dalam memberikan goresan pena menyerupai penerapan diksi, majas, dan pemilihan kalimat di dalam cerpennya.

 

G. Amanat (Moral value)


Amanat yaitu pesan moral yang sanggup dipetik di dalam cerpen tersebut. Di dalam sebuah cerpen, moral tidak disebutkan secara tertulis oleh penulis melainkan tersirat dan tergantung pada pemahaman pembaca akan cerpen tersebut.

misal cerpen beserta unsur-unsur instrinsiknya

Antara Sahabat dan Ego

Pagi itu tampak menyerupai hari-hari biasanya dengan langit biru cerah yang menutupi kampus ini. Hari itu saya ada kelas yang harus saya ikuti. Ketika aku  memarkirkan motorku, bunyi yang sudah tak absurd lagi bagiku menghampiri telingaku, "Hei bro gimana kabar hari ini?” Dia yaitu Rengga sahabat bersahabat baikku kaena kami sudah berkawan semenjak SMA. Rengga yaitu orang yng sangat supel dalam bergaul dan sangat ramah oleh alasannya yaitu itu beliau mempunyai mitra yang sangat banyak dikampus, tidak sama denganku yang sedikit dingin dan dingin. “Baik bro!” jawabanku sambil merangkul pundaknya. Kami berduapun silam menuju kelas kami yang akan segera dimulai 15 menit lagi.

Sesampainya di kelas kami berdua berpisah. Aku mengambil daerah duduk yang paling belakang. Sedangkan Rengga menentukan kursi yang paling depan, tak heran alasannya yaitu beliau yaitu anak yang arif dan disenangi oleh setiap dosen. “Hey ga, bagaimana kiprah kelompok kita?” Andi yang ialah mitra sekelas ku menghampiri Rengga dan menayainya. “Aku belum menyelesaikannya, bagaiman jikalau kita selesaikan hari ini?” jawb Rengga.  “Baiklah kalau begitu kita selesaikan di kostku selepas kelas ini” Andi menimpali.

Sesudah kelas usai, kami tiruana meninggalkan kelas dengan wajah yang gembira. Termasuk saya yang sedari tadi ingin segera keluar dan menuju kantin. Ketika saya ingin pergi ke kantin, Rengga dan Andi menahanku. “Eitt, mau kemana? ingat kiprah kelompok kita gak?” kata Andi. “Tugas lagi kiprah lagi kalian berdua kan sanggup menyelesaikannya,” jawabanku sedikit kesal. Mendengar jawabananku, Rengga merasa kesal beliau pun sedikit membentakku, “Kau harus lebih bertanggung tanggapan sedikit akan tugasmu, tidakboleh menyerupai ini!” “Aku tidak peduli!” Rengga semakin murka kepadaku, mungkin ini yaitu kemarahannya yang terbesar semenjak kami berkawan. “Kau sendiri kan sanggup menyelesaikannnya, kamu akan si arif sedangkan saya si bodoh!” “Kenapa kamu berbicara menyerupai itu? ada apa denganmu? kamu menyerupai bukan mitra yang saya kenal!” tanggapan Rengga dengan nada tinggi. “Baiklah kalu begitu, anggap saja saya bukan orang yang kamu kenal!” kami berdebat cukup lama. Andi yang semenjak tadi melamun pun mulai berbicara alasannya yaitu suasana semakin memanas. “Kalian berdua hentikan, Jangan berbicara menyerupai itu. Kalian berdua kan sahabat bersahabat sejati” Andi melerai dan menasehati kami. Aku yang sudah tidak peduli dengan itu tiruana pergi meninggalkan mereka berdua dengan emosi yang masih membara.

Saat saya hendak mengambil motorku yang ku parkirkan di seberang, tiba-tiba sebuah motor yang melaju kencang menabrakku dari belakang. Aku pun terjatuh dan tak sadarkan diri. Cukup lam saya pingsan dan dikala terbangun saya tubuhku penuh dengan luka dan perban. Ketika itu juga saya melihat Rengga dan Andi di sampingku. “Apa kamu baik-baik saja?” Tanya Rengga. “Iya saya baik!” jawabanku dengan penuh sesal. Aku pun meminta maaf kepada Rengga dan Anda atas tingkahku hari ini dan berjanji akan lebih bertanggung tanggapan atas kewajibanku. Untung saja Rengga mau memaafkanku dan kami berdua kembali berkawan.

Unsur-Unsur Instrinsik cerpen

1. Tema : Perteman dekatan 

2. Tokoh dan penokohan:

a. Protagonis = Rengga
b. Antagonis = Aku
c. Tritagonis = Andi

Penokohan

1. Watak tokoh Rengga yang pintar, supel dalam bergaul dan ramah disampaikan secara pribadi oleh penulis atau penokohan analtik
2. Watak tokoh Andi yang baik, bertanggung tanggapan dan bijak disampaikan dengan tersirat melalui penokohan dramatic.
3. Watak tokoh saya yang tidak bertanggung tanggapan disampaikan melalui penokohan dramatic.

3. Alur

Alur yang dipakai pada cerpen di atas yaitu alur maju.

1. Perkenalan = Tokoh saya bertemu dengan Rengga di jalan menuju kelas.
2. Penanjakan = Tokoh Rengga mengajak tokoh Aku untuk mengerjakan kiprah kelompok.
3. Klimaks = Tokoh Aku dan Rengga beretengkar.
4. Anti titikpuncak = Tokoh Andi menghentikan mereka dan tokoh Aku pergi meninggalkan mereka.
5. Penyelesaian = Tokoh Aku meminta maaf atas kesalahan yang sudah diperbuatnya.
4. Setting

Tempat = Kampus
Waktu =  Pagi hari

Suasana = 

1. Tegang (Ketika tokoh saya dan Rengga bertengkar)
2. Haru (Ketiak tokoh saya meminta maaf kepada Rengga)

5. Sudut Pandang Pengarang

Penulis memakai sudut pandang pengarang orang pertama tunggal alasannya yaitu penulis terlibat pribadi di dalam cerita.

6. Gaya Bahasa

Penulis memakai bahasa percakapan sehari-hari.

"Hei bro gimana kabar hari ini?” (Baris ke 3)
Penulis memakai majas metafora.

bunyi yang sudah tak absurd lagi bagiku menghampiri telingaku (Baris ke 2)

7. Amanat

Amanat yang ingin disamapaikan oleh penulis yaitu kita harus bertanggung tanggapan dengan kewajiban kita dan tidakboleh terlalu memikiran diri sendiri atau egois.