Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Aliran Sivaisme Dalam Agama Hindu

Pada permulaan agama Hindu yaitu pada masa peradaban Bangsa Pra-Arya pada era kedua sebelum Masehi sehabis ada golongan Bhagawata yang becorak Siva, yang golongan itu memuja Siva sebagai Pasupata. Selain itu juga adanya Bangsa Pra-Arya yang sudah mengenal pemujaan terhadap Lingga yang ialah simbol bagi Siva, yang dihormati dan disembah secara luas sebagai lambang ke-Ilahian. Adanya inovasi berupa materai-materai yang mengatakan secara persis tuhan bersimbol Lingga di Harappa ini mengambarkan bahwa memang pada masa Pra-Arya sudah ada aliran ini, dan pemujaan Lingga ini ialah ciri khas dari musuh-musuh bangsa Arya.
Dewa yang bersimbol Lingga ini digambarkan sedang duduk dengan kedua kakinya menjulur ke atas sejajar badannya dan kedua tumitnya bersentuhan, di kepalanya tumbuh sepasang tanduk, dan di sekelilingnya sebuntut Gajah, sebuntut Harimau, sebuntut Kuda Nil, dan sebuntut Kerbau. Semua ini rupanya menampilkan Rudra-Siva dikemudian hari, lantaran perilaku duduk ini ialah salah satu yang digemari kaum Yogi sampai hari ini. Oleh lantaran itu, semenjak Atharva Veda ia sudah dikenal sebagai Pasupati, “Tuhan bagi para binatang.” Dewa ini juga memiliki korelasi yang sangat bersahabat dengan Lembu yang tanduknya dijadikan hiasan di materai Harappa itu. Dan di antara inovasi Harappa itu juga tedapat lukisan-lukisan kecil perempuan yang telanjang atau setengah telanjang, perempuan itu ialah penampilan dari Dewi Ibu, yang khas bagi agama Mesopotamia. Tetapi kemudian, dewi ini muncul kembali dalam bentuk Dewi Durga yang ialah pasangan dari Siva yang sampai hari ini dipuja secara luas terutama di Bengali.
Selain itu sudah diketahui bahwa Sivaisme ialah salah satu aliran yang ada dalam agama Hindu. Begitu juga dengan Siva yang ialah salah satu tuhan yang terangkai dalam Trimurti. Penjelasan terkena keberadaan Dewa Siva dijelaskan dalam Padma Purana, yaitu saat wujud yang agung dan otoriter berkeinginan untuk melahirkan tiruana perwujudan yang ada di dunia ini, maka Dia merencanakan serta membagi planning tersebut menjadi tiga bidang, bidang penciptaan dan pemusnahan. Dalam proses dan perjuangan tersebut, wujud agung dan melahirkan dari sisi kanan tubuh-Nya sendiri yaitu Dewa Brahman sebagai pencipta. Sedang untuk memelihara dunia ini, maka dilahirkan dari sisi kiri tubuh-Nya Dewa Wisnu. Kemudian yang terakhir, untuk melaksanakan pemusnahan Trinetra, maka dilahirkan Dewa Siva di bab tengah tubuh¬Nya.
Aliran Siva ini sudah kita kenal semenjak zaman Pra-Arya, yang di zaman itu dikenal sebagai nama Rudra, tuhan dari bangsa Pra-Arya. Siva diakui sebagai tuhan dan memiliki sekelompok insan yang menyembahnya pada era kedua sebelum Masehi. Sekelompok insan itu ialah Baghawata yang bercorak Siva, yang menyembah Siva sebagai Pasupata.
Sejak era keenam dan selanjutnya, pemujaan Siva mengalami perkembangan yang pesat di daerah-daerah berbahasa Tamil di India Selatan. Saat itu Jainisme dan Budhisme yang berjumlah kecil mulai terdesak oleh aliran Siva ini. Gerakan ini bercirikan kebaktian yang mendalam dan kebaktian yang penuh cinta. Pada era ketujuh, gerakan ini mencapai puncaknya dengan tokoh Sambandhar yang mempertobatkan raja setempat dari Jainisme dan Manikka Vasagar yang pada era kesembilan menyusun sebagian dari Madah Pujian yang paling indah yang pernah ditulis dalam suatu bahasa wacana cinta Tuhan. Selanjutnya teologi dari Tamil, yaitu Siva Sidhanta dari tempat selatan disistematisir oleh seorang penyair dan penulis yang memperoleh kedudukan terpenting diabad ke-13 yaitu Meykander Karulturai, yang menyusun buku berjudul Siva-jnana Bodham.
Berkat orang itu pula perkembangan Sivaisme ini menjadi luas, terutama di Tamil. Orang-orang suci berbagi anutan lainnya wacana keselamatan, yaitu keselamatan spesialuntuk akan diperoleh jika menyerahkan diri sepenuhnya pada Siva.
Pada aliran Siva Siddhanta seluruh konsepsinya wacana Tuhan ada hubungannya dengan dunia lebih bersahabat dengan Kristianisme daripada dengan sistem lainnya, lantaran dalam sistemnya Tuhan cinta. Dan setiap tindakannya muncul dari perhatiannya yang penuh kecintaan pada makhluk-makhluk-Nya. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa Siva semenjak pertama Atharva Veda sudah dikenal sebagai Pasupati atau penguasa kawanan ternak. Dalam Siva Sidhanta seluruh eksistensinya terbagi dalam 3 golongan, yaitu pati, Tuhan, yaitu Siva, pasu, ternak yang digembalakan olehnya yakni jiwa perseorangan, dan pasa atau ikatan, yaitu pemeliharaan yang didiberikan oleh gembala kedewataan kepada kawanan ternaknya.
Kendati demikian, para penganut aliran ini memandang hidup sebagai terikatnya jiwa, yang dengan moksa yaitu perjuangan untuk melepaskan ikatan (pasa) atas jiwa (pasu) sanggup terlepas dari keterikatan itu. Adapun cara untuk mencapai tiruana itu (moksa) ialah dengan 4 cara, yaitu carya (mentaati ajaran), kriya (ritus), yoga (penyatuan pikiran pada pikiran Tuhan), dan terakhir jnana (kearifan).
Di tempat lain selain di selatan muncul sebuah gerakan yang sama di Kashmir, yaitu di tempat India Utara. Gerakan ini ada hubungannya dengan nama-nama mirip Vasugupta dan Somananda yang hidup dalam era kesembilan sebelum Masehi. Beda dengan gerakan yang di selatan, gerakan di Kashmir ini ibarat sistem sankara, meskipun ada bedanya dalam 3 hal penting, yaitu, pertama, yang otoriter bukan lagi Brahman, melainkan Siva, kedua personalitas ilahi dirumuskan secara jauh lebih pelik dan piawai, dan ketiga, maya tidak pernah diartikan sebagai khayali, lantaran secara logis Siva ialah sungguh-sungguh konkret mustahil berada bersama dalam khayali atau dalam arti tidak nyata.
®
Kepustakaan:
Rasyidi, Empat Kuliah Agama Islam pada Perguruan Tinggi (Jakarta: Bulan Bintang, 1974). Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Budha (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994). Djaman’annuri, Agama Kita : Perspektif Agama-agama (Yogyakarta: Karunia Kalam Semesta, 2000). Pratedja, Sejarah Filsafat Timur (Jakarta: Pro Monus Cipto, 1971). A.G. Honiq, Ilmu Agama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997). Robert. C. Zaehner, Kebijaksanaan dari Timur (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992).