Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Berbagai Penafsiran Ulama Wacana Harut Dan Marut

Dua pendapat yang berlawanan berangkat dari pemahaman akan kata malakain, lantaran bacaan ini ada dua macam qira’ah. Ibnu Abbas membacanya dengan kasrah, yaitu malikain yang berarti dua raja dan andal qiraah yang lain membaca dengan fathah, yaitu malakain yang berarti dua malaikat. Hal itu menjadikan beberapa pendapat di kalangan ulama Islam berkaitan dengan Harut dan Marut, yaitu:
Pertama; Harut dan Marut yaitu benar-benar malaikat dan taat kepada Allah menyerupai malaikat yang lain. Pendapat inilah yang paling masyhur di kalangan mufasir. Hal ini disandarkan pada dua bacaan dalam kalimat al-malakain, yaitu dibaca fathah pada abjad lam-nya (jumhur ulama) serta dibaca kasrah.
Kedua: Harut dan Marut yaitu insan biasa, bukan malaikat dan bukan raja. Tetapi kedua-duanya dipandang oleh masyarakat pada waktu itu sebagai malaikat lantaran kesalehan dan ketakwaannya atau dipandang sebagai raja, lantaran efek dan wibawanya sehingga kedua-duanya sangat dihormati dan ditaati oleh masyarakat. Pendapat ini disandarkan pada pembacaan al-malikain, yaitu dengan dibaca kasrah pada abjad lamnya. Bacaan ini dipelopori oleh Ibnu Abbas, Hasan, Abu Aswad dan al-Dhahak.
Malaikat intinya yaitu immateri, terkadang juga menampakkan dirinya sebagimana insan biasa. sepertiyang pola dikala Nabi Ibrahim dikunjungi tamu yang dikala disuguhi makan mereka tidak mau. melaluiataubersamaini demikian, lantaran insan juga memiliki unsur immateri, yaitu roh, maka intinya di balik bentuk fisik manusia, unsur ke-Ilahi-an (immateri) yaitu sangat mungkin untuk sanggup bertemu dengan unsur malaikat yang sama-sama immateri.
Akhirnya untuk menjaga ke-ma’shum-an inilah banyak ulama lebih cenderung bahwa Harut dan Marut yaitu bukan malaikat dan bukan raja, lantaran termasuk lafadh tasybih atau majaz, menyerupai pendapatnya Muhammad Nasib Ar-Rifa’I yang berada satu jalur dengan penakwilan al-Qurthubi kecuali dalam pendapatnya yang menyampaikan bahwa Harut dan Marut ialah pengganti setan.
Ulama menegaskan bahwa kisah Harut dan Marut diceritakan dari banyak sekali jalan hingga mencapai 20 jalan. Walaupun jalan itu banyak, namun tidak ada satupun yang hingga kepada Rasulullah saw. Kisah itu ditolak oleh lebih banyak didominasi andal hadis, para hafidz dan mufasirin. Singkatnya, kisah itu bermuara pada dongeng Israiliyat, alasannya tidak ada sebuah hadist pun yang marfu’ dan sahih yang sanadnya bersambung kepada Nabi saw.
Ketiga: Kisah ini bersumber dari cerita-cerita Israiliyat dan diri kumpulan dongeng mereka yang paling dusta, sudah sepantasnya kisah menyerupai ini ditinggalkan. Para ulama yang konsisten dan mufassirin menyampaikan bahwa kisah ini diceritakan dari para pendeta Yahudi yang harus didustakan. Boleh jadi, kisah itu sebagai kaum terlampau, sebagaimana dikemukakan oleh al-Khatib. Syekh Ibnu Hajar al-Haitami al-Makki dalam bukunya yang berjudul az-Zawajir, memandangan kisah itu ganjil tanpa dilebih-lebihkan.
Al-Qurthubi menyampaikan bahwa keseluruhan kisah itu dhaif. Ibnu umar juga memandangnya ganjil dan tidak membenarkan satu bab pun darinya. Al-Khafaji menyampaikan bahwa berdasarkan para andal hadits, tiruana sanad kisah itu tidak sanggup dipercaya. Adalah layak kalau kisah yang bohong, tiruan, batil, dan mengada-ada ini untuk tidak dihiraukan, dicerikatakan, atau ditulis kecuali untuk tujuan memperingatkan ketiruanan isinya. Dan ini sudah kami lakukan.
Beberapa pendapat ulama lain tentang Harut dan Marut yaitu sebagai diberikut sebagaimana yang dikutip oleh Umar Hasyim, yaitu:
Imam Baidlawi, ia beropini bahwa cecrita Harut dan Marut ini bersumber dari cerita-cerita Yahudi atau Israiliyat. Padahal berdasarkan sabda Nabi Muhammad, bahwa kalau kita mendengar cerita-cerita Israiliyat, tidakbolehlah kita percaya atau menolak. Karena dongeng itu lampau tidak berdasar dari wahyu Tuhan kepada Nabi Musa atau kepada Nabi Isa, tetapi spesialuntuklah dongeng dari pendeta jaman Nabi Musa dan Nabi Isa saja.
Imam Abu Su’ud, ia menyampaikan bahwa dongeng Harut Marut itu tidak sanggup dibenarkan sama sekali, dongeng tiruan dan sebangsa dongeng saja.
Imam Qadli ‘Iyadl, ia menyampaikan bahwa dongeng Harut Marut ini tidak ada keterangan hadits atau sabda Nabi Muhammad, walaupun satu hadits tiruan-pun tidak ada. Apalagi yang menceritakan tentang perempuan Persi itu, tidak ada walaupun satu hadits yang dla’if sekalipun.
Imam al-Razi, ia menyampaikan bahwa perempuan Persi juga tidak ada keterangan sama sekali. Pada umumnya para ulama’ tidak oke akan adanya dongeng Harut Marut yang disiksa lantaran keduanya berbuat salah. Hal ini tidaklah benar.
Maulana Muhammad Ali, ia menceritakan bahwa ada dongeng yang sudah diketahui dan dipercayai menjadi dongeng rakyat, yaitu tentang adanya dua orang malaikat yang berjulukan Harut dan Marut yang durhaka kepada Tuhannya (sesuai dengan dongeng ayat 102 surat al-Baqarah). Kemudian kedua malaikat itu ditendang, sehingga kakinya berada di atas dan kepalanya berada di bawah, yaitu di tanah Babil.
Ini artinya adanya dongeng malaikat Harut dan Marut yaitu dongeng yang disertakan di dalam kitab-kitab tafsir saja dan bahu-membahu dongeng tersebut berasal dari dongeng Israiliyat atau dongeng pada zaman Majusi dari bangsa Parsi yang menyembah api, lantas dimasukkan ke dalam dongeng Islam. Oleh kesudahannya al-Qur’an menyitir adanya dongeng ini yaitu bohong serta menunjukan bahwa bahwa Harut dan Marut tidak mengajarkan ilmu sihir kepada rakyat.
®
Kepustakaan:
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Gema Insani Press; Jakarta 1999). Maspuk Zuhdi, Studi Islam, (Raja Wali; Jakarta,1998). Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran al-Qur’an, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002).