Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kedudukan Imam Gereja Katolik

Secara teologis, Gereja mengajarkan bahwa imamat ialah sebuah perangkat gereja yang mengikuti hidup dan karya Yesus Kristus. Para imam gereja sebagai pelayan sakramen bekerja In Persona Christi, yaitu dalam diri insan Kristus. Oleh lantaran itu kehidupan para imam mengikuti kesucian Kristus sendiri. Pengorbanan untuk tidak berkeluarga demi Kerajaan Allah. Dan untuk mengikuti contoh Yesus Kristus yang “berkeluarga” dengan Gereja yang dipandang oleh paham Kristen dan banyak tradisi Kristiani lainnya sebagai “Mempelai Kristus.”
Bersama dan dalam Yesus seorang imam dipanggil berfungsi sebagai kepala Tubuh, di tengah orang yang diserahkan kepada pelayanannya. Dokumen-dokumen gereja berbicara wacana panggilan imam untuk “bertindak demi nama Kristus” bukan itu saja, melainkan lebih khusus bertindak sebagai “pelayan kepala”. Lalu sebagai Putra Allah, Yesus menampakkan kepada dunia suatu cinta yang tak terbatas dan penuh daya cipta.
Seorang imam sebagai “Pelayan Kepala” berpartisipasi secara khusus dalam peranan sebagai pengantar universal yesus, antara Allah dengan manusia. Kehidupannya ditandai dengan panggilan ini. Ia diperbolehkan menampakkan rupa cinta Allah, yang mencari tiruana dan menyerahkan diri kepada tiruana, dan demikian juga rupa cinta kepada Allah, yang merangkul kepada tiruana. INI cinta, yang tidak menentukan pertama-tama satu orang atas dasar pilihan dan kemauan sendiri, dan yang juga tidak mengucilkan satu orang lantaran sendiri tidak mampu atau benci.
Selibat imam menampakkan kekatolikan panggilan imam. Demikian imam diperbolehkan bangkit di altar daerah ia menghayati imamat sakramentalnya dalam intensitas yang utama. Kepadanya sudah dipercayakan Tubuh Tuhan.
®
Kepustakaan:
http://id.wikipedia.org/wiki/Selibat_Rohaniawan_Katolik H. Van Der Looy, SSS. Selibat Para Imam, (Flores: N usa Indah, 1996).