Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Landasan Toleransi Dalam Islam

Ajaran Islam menganjurkan untuk selalu berhubungan dengan orang lain dan saling tolong menolong dengan sesama manusia. Hal ini menggambarkan bahwa umat Islam diperintahkan untuk menjaga kerukunan umat beragama baik yang seagama maupun yang tidak sama agama. Bentuk universalisme Islam digambarkan pada ketidakadaanya paksaan bagi insan dalam memeluk agama Islam. Hal ini mengatakan bahwa Islam menganjurkan toleransi terhadap agama lain.
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya sudah terperinci jalan yang benar daripada jalan yang sesat. alasannya yaitu itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan diberi man kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia sudah berpegang kepada buhul tali yang Amat berpengaruh yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Dalam surah al-Baqarah ayat 256 patut menjadi perhatian bersama semoga dalam dakwah sanggup mempertimbangkan aspek toleransi dan kasih akung yang sudah digariskan oleh Allah dan RasulNya. Tidak diperkenankan adanya pemaksaan, alasannya yaitu Memaksakan kehendak bukanlah hak manusia.
Menurut al-Qaradhawi dalam Anis Malik Thoha sebut empat faktor utama yang mengakibatkan toleransi yang unik selalu mendominasi sikap orang Islam terhadap non-Muslim.
Pertama, keyakinan terhadap kemuliaan manusia, apapun agamanya, kebangsaannya, dan kesukuannya. Kemuliaan mengimplikasikan hak untuk dihormati. Hadis Nabi saw:
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah r.a: Jenazah (yang diusung ke pemakaman) lewat dihadapan kami. Nabi Muhammad saw bangun dan kami pun berdiri. Kami berkata, “Ya Rasulullah ini mayat orang Yahudi” Ia berkata,” Kapanpun kalian melihat mayat (yang diusung ke pemakaman), berdirilah.”
Kedua, keyakinan bahwa perbedaan insan dalam agama dan keyakinan ialah realitas yang di kehendaki Allah swt yang sudah memdiberi mereka kebebasan untuk menentukan doktrin atau kufur. Kehendak Allah pasti terjadi, dan tentu menyimpan hikmah yang luar biasa. Oleh karenanya, tidak dibenarkan memaksa untuk Islam. Allah berfirman dalam sebuah ayat di surat Yunus ayat 99:
Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah diberiman tiruana orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah engkau (hendak) memaksa insan supaya mereka menj adi orang-orang yang diberiman tiruananya”.
Ayat diatas sudah mengisyaratkan bahwa insan didiberi kebebasan percaya atau tidak. Seperti dicontohkan, kaum Yunus yang tadinya enggan diberiman, dengan kasih akung Allah swt. memperingatkan dan mengancam mereka. Hingga kemudian kaum Yunus yang tadinya membangkang atas kehendak mereka sendiri, sekarang atas kehendak mereka sendiri pula mereka sadar dan diberiman.
Ketiga, seorang muslim tidak dituntut untuk mengadili kekafiran orang kafir, atau menghukum kesesatan orang sesat. Allah-lah yang akan mengadili mereka di hari perhitungan nanti. melaluiataubersamaini demikian hati seorang muslim menjadi tenang, tidak perlu terjadi konflik batin antara kewajiban berbuat baik dan adil kepada mereka, dan dalam waktu yang sama, harus berpegang teguh pada kebenaran keyakinan sendiri. Allah swt. berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 29
Dan Katakanlah: "Kebenaran itu hadirnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (diberiman) hendaklah ia diberiman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami sudah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan bila mereka meminta minum, pasti mereka akan didiberi minum dengan air menyerupai besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan kawasan istirahat yang paling jelek.”
Keempat, keyakinan bahwa Allah swt. memerintahkan untuk berbuat adil dan mengajak kepada kebijaksanaan pekerti mulia meskipun kepada orang musyrik. Begitu juga Allah swt. mencela perbuatan zalim meskipun terhadap orang kafir. Seperti firman Allah swt. dalam surat al-Maidah ayat 8:
Hai orang-orang yang diberiman hendaklah engkau Makara orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) alasannya yaitu Allah, menjadi saksi dengan adil. dan tidakbolehlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong engkau untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, alasannya yaitu adil itu lebih akrab kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang engkau kerjakan.”
Beberapa ayat al-Quran tersebut, menunjukan ungkapan yang sangat tegas dan gamblang terkena pandangan Islam terhadap toleransi beragama dan berkeyakinan, yang ialah ciri kebebasan insan yang paling utama. Bahkan berdasarkan Sayyid Quthb, kebebasan ini ialah hak asasi insan yang nomor satu yang tanpanya insan bukan lagi manusia.
melaluiataubersamaini demikian tampak bahwa nilai-nilai aliran Islam menjadi dasar bagi kekerabatan antar umat insan secara universal, dengan tidak mengenal suku, adat, budaya, dan agama. Akan tetapi yang dihentikan Islam spesialuntuk pada konsep aqidah dan ibadah. Kedua konsep tersebut yang tidak sanggup dicampuri oleh umat non-Islam. Namun aspek sosial kemasyarakatan sanggup bersatu dan kerjasama yang baik.
®
Kepustakaan:
Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, (Jakarta: Perspektif, 2005). Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemahnya, (Bandung: J-Art, 2005). Sayyid Quthb, Fi Dzilal Al-Quran, terj, As’ad Yasin (Jakarta: Gema Insani, 2000). Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2005). Cecep Syamsul Hari dan Tholib Anis, Ringkasan Shahih Al-Bukhari, (Bandung: Mizan, 2000). Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2005). Ahmad Musthafa Al-M araghi, Tafsir Al-Maraghi terj. Bahrun Abu bakar (Semarang: Thoha Putra, 1993).