Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Awal Bulan Kamariyah

Untuk mengetahui apa itu bulan gres atau pertama bulan Kamariyah (Qmariyah), ada satu sistem penanggalan yang harus kita ketahui, yaitu penanggalan Hijriyah. Perhitungan penanggalan Islam atau penanggalan Hijriyah yaitu berdasar atas penampakan hilal (Bulan gres atau Bulan sabit pertama).
Alasan utama dipilihnya bulan Kamariyah, walaupun tidak dijelaskan di dalam hadis maupun al-Quran, nampaknya alasannya yaitu adanya kegampangan dalam memilih pertama bulan Kamariyah, serta kegampangan dalam mengenali tanggal dari perubahan bentuk (fase) Bulan. Hal ini tidak sama dari penanggalan Syamsiyah yang menekankan pada konsistensi terhadap perubahan musim, tanpa memperhatikan tanda perubahan hariannya.
Dalam penanggalan Hijriyah atau Kamariyah hari dimulai sesaat sehabis Matahari terbenam. Sistem penanggalan Hijriyah digolongkan sebagai sistem Lunar Calandar atau sering disebut dengan Kalendar Lunisolar yang didasarkan pada siklus penampakan Bulan yang mana pertama bulan ditandai dengan penampakan Bulan sabit di ufuk barat ketika Matahari tenggelam.
Hilal memiliki posisi penting dalam sistem penanggalan Hijriyah. Sistem penanggalan Hijriyah didasarkan pada siklus penampakan Bulan yang lamanya sekitar 29, 53 hari.
Rasululah saw memilih pertama bulan Kamariyah dengan melihat hilal. Dan hendaknya hal itulah yang kita gunakan, akan tetapi melihat hilal tersebut dapat diperhitungkan dengan keberadaan hasil perhitungan juga. Maka dalam hal dapat dikatakan bahwa pertama Bulan dapat dikatakan gres apabila hilal sudah terlihat atau Bulan diperhitungkan akan dapat terlihat.
Awal bulan Kamariyah yaitu ketika terjadinya ijtima’ (gabungan) antara bulan, bumi, dan matahari. Sesudah terjadinya ijtima, maka satu langkah Bulan bergerak keluar dari Bumi disebut pertama bulan Kamariyah.
®
Kepustakaan:
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Pustaka Buanas, 2005). Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, (Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2008). Hendro Setyanto, Membaca Langit, (Jakarta: al-Ghuraba, 2008).