Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ragam Tafsir Sufi

Tafsir Sufi sebagai klaim tafsir sebagai karangan pribadi dari seorang sufi juga beragam. Beberapa ragam tafsir sufi, yaitu:
Pertama: Tafsir Isyari Nadhori, lebih banyak digeluti oleh para penganut tasawuf teoritis yang didasarkan atas hasil pembahasan teoritis. Mereka, berusaha menafsirkan ayat al-Quran dengan pendekatan batin semata, dan mengabaikan terhadap makna tekstualnya. Menurutnya, pengertian harfiah al-Quran bukan pengertian yang dikehendaki, tapi yang dikehendaki ialah pengertian batin (makna tersirat).
misal tafsir Isyari Nadhori, Futuhatul Makiyah dan Fushush al-Hikam. Dalam penafsirannya ia mengabaikan segi tekstual ayat, dan lebih mementingkan segi batiniyyah, yaitu berkaitan dengan faham Wihdat al-Wujud.
Kedua: Tafsir sufi amaly ialah tafsir yang dilakukan oleh para penganut tasawuf praktis. Corak tafsir jenis ini tidak sanggup diperoleh spesialuntuk dengan pemikiran, tetapi harus memakai pengalaman mistis dan ilmu laduni, yaitu ilmu yang didiberikan kepada seseorang alasannya ketinggian ketakwaannya kepada Allah swt.
Menurut kaum sufi, hakikat al-Quran, tidak spesialuntuk terbatas pada pengertian yang bersifat lahiriah saja, tetapi tersirat pula makna batin yang justru ialah makna terpenting. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh riwayat yang berasal dari Ibn Abbas sebagai diberikut:
Ibn Abi Hatim mengeluarkan dari jalur al-Dhahak, dari Ibn Abbas ia berkata: “Sesungguhnya al-Quran itu mempunyai cabang-cabang ilmu, bagian-bagian yang dzahir dari yang batin. Keajaiban-keajaiban yang tidak akan pernah habis dicapai secara tuntas. Maka, barang siapa yang masuk ke dalamnya dengan lemah lembut, pasti selamat, tapi barang siapa yang memperlakukan dengan kekerasan, pasti celaka. Di dalamnya terdapat diberita-diberita, tamsil-tamsil, klarifikasi terkena hal yang halal dan yang haram, nasikh-mansukh, muhkam dari mutasyabih, dzahir dan batin. Dzahirnya ialah tilawah sedangkan batinnya ialah takwil. Orang-orang yang diberilmu sama menekuni nya, sedangkan orang-orang yang terbelakang mengesampingkannya.”
Untuk sanggup digolongkan sebagai seorang mufassir sufi amaly, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ahmad Ibn Sahl, sayoganya menjauhi empat hal, yaitu:
  1. Dunia. Senjata dunia (untuk memperdaya manusia) ialah hidup membaur dengan sesama insan dan penangkal nya ialah hidup menyendiri.
  2. Syaitan. Senjata Syaitan ialah kenyang dan penangkalnya ialah lapar.
  3. Jiwa. Senjata jiwa ialah pulas dan penangkal nya ialah tidak pulas di malam hari.
  4. Hawa Nafsu. Senjata hawa nafsu ialah banyak berbicara dan penangkal nya ialah diam
®
Kepustakaan:
Machnun Husein, Futuhatul Makiyah (terj) (Jakarta: Rajpertamai Pers, t.th). Ibn Arabi, Fushusul al-Hikam, terj, Ahmad Sahidah dan Nurjannah Arianti, (Islamika, Yogyakarta, 2004).