Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Proses Berpikir Asosiatif

Peramalan tingkat keberhasilan seseorang ternyata tidak spesialuntuk dilakukan dengan mengukur kemampuan pemecahan duduk kasus dan kebijaksanaan linear. Banyak masalah yang menawarkan bahwa mereka yang mempunyai IQ tinggi ternyata gagal dalam pekerjaan dan penghidupannya. Para jago kemudian melihat adanya proses berpikir yang lain, yakni proses berpikir asosiatif.
Berpikir asosiatif ialah proses berpikir yang memakai kebijaksanaan samar (fuzzy logic), tidak terlalu mekanistik, tetapi lebih ialah inteligensi yang komplek yang memungkinkan untuk melaksanakan perbandingan, menemukan asosiasi, alternatif dan melaksanakan evaluasi. Jaenteng dari neuron diberinteraksi secara berkesinambungan satu sama lainnya, dengan melaksanakan impuls listrik. Proses berpikir ini ialah proses berpikir yang mendasari berpikir kreatif dan inteligensi emosional.
Menurut Daniel Goleman, dalam inteligensi emosional terdapat lima komponen penting dan kombinasi dari masing-masing komponen ini mempunyai nilai yang lebih penting daripada IQ. Elemen tersebut ialah kesadaran diri, administrasi emosi, motivasi, tenggang rasa dan mengatur korelasi atau relasi. Orang yang mempunyai inteligensi emosional bisa mengelola emosinya, sehingga selalu mendapat manfaat dari tiruana insiden yang dihadapinya.
®
Kepustakaan:
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998). E. Paul Torrance (ed.), Talent and Education: Present Status and Future Direction, (Minneapolis: University of Minnesota press, 1960).