Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Puasa Dalam Tradisi Aneka Macam Agama

Puasa ialah suatu tindakan menghindari makan, minum, serta segala hal yang sanggup memuaskan hasrat fisik maupun non fisik, yang dilakukan pada masa tertentu. Puasa dilakukan berdasarkan pedoman agama dan keyakinan yang dianut oleh orang yang melaksanakannya. Puasa tidak spesialuntuk ada dalam syariat Islam saja. Makna dan tujuan puasa secara umum ialah untuk menahan diri dari segala hawa nafsu, sanggup merenung dan mawas diri, serta bisa meningkatkan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi ada juga orang berpuasa dengan maksud yang lain.
Kitab Bibel sebut bahwa puasa ialah ibadah yang besar. Hal itu terbukti dimana Nabi terlampau yaitu, Nabi Isa as sudah berpuasa bahu-membahu para Hawari (penolongnya). Sementara dalam kitab Taurat sebut kewajibkan berpuasa selama beberapa hari. Diantaranya sebut Nabi Mus as sudah berpuasa selama 40 hari, bahkan penyembah-penyembah berhalapun juga melaksanakan puasa.
Agama Yahudi ada jenis puasa, ibarat untuk memperingati kejadian-kejadian bersejarah yang mereka sebut “puasa kecil”,atau juga yang disebut “puasa sembilan hari” atau puasa berduka cita: yaitu puasa dihentikan minum anggur dan makan daging. Dan ada juga yang disebut “Puasa tiga minggu” yaitu waktu berpuasa itu dihentikan melaksanakan pesta perkawinan.
Dalam agama Kristen tercatat bahwa Yesus Kristus bukan saja menjalankan puasa empat puluh hari, tetapi juga menjalankan puasa pada hari¬hari penebusan. Puasa tersebut dimulai dari hari rabu hingga hari jumat suci (peringatan meninggalnya Yesus Kristus). Bentuk puasanya ialah mengurangi makan, yaitu spesialuntuk boleh makan kenyang tetapi spesialuntuk sekali dalam waktu satu hari. Orang yang melaksanakan puasa boleh, menentukan pantang makan garam, pantang makan daging, pantang merokok dan sebagainya, sesuai dengan kegemarannya.
Dalam puasa tersebut Yesus menekankan bahwa puasa harus dilakukan demi kemuliaan Tuhan semata dan bukan untuk dilihat dan mengharap menerima kebanggaan atau perhatian manusia. Maka puasa keagamaan harus dilakukan secara belakang layar semoga spesialuntuk Tuhan yang tahu dan membalasnya. Hal itu sesuai dengan yang tercantum dalam Kitab Perjanjian Baru dalam Surat Matius. 6. 16-18.
Namun pada kaum Gereja reformasi umumnya doloe tidak melaksanakan puasa, namun belakangan ini, ada gerakan yang ingin menekankan untuk melaksanakan puasa lagi. Sementara pada pemeluk agama lain yaitu pada agama Budha Theravada juga mengenal puasa dalam bentuk pantangan, terutama para biksunya. Di mana semakin tinggi tingkatan seorang biksu, maka semakin banyak pula pantangan yang harus dihadapinya baik dalam hal makanan maupun tingkah laku.
Puasa dilakukan alasannya dianggap sebagai jalan yang intensif untuk sanggup mencapai kelepasan, dan itu sebagai cara untuk sanggup memasuki Sanggha (penyatuan dengan Tuhan). Pada masyarakat Bhiksu (dapat disamakan dengan kasta Brahmana dalam agama Hindu, dengan perbedaan Budhisme spesialuntuk mengenal persamaan manusia, tidak ada pemberian dalam kasta-kasta). Kehidupan Bhiksu atau pendeta Budha itu memiliki 10 macam larangan untuk sanggup mencapai Sanggha (penyatuan dengan Tuhan) yaitu:
  1. Dilarang menyakiti sesama mahluk hidup.
  2. Dilarang mengambil barang apa saja yang tidak didiberikan kepadanya.
  3. Dilarang menjalankan nikah yang tidak teratur (madon atau main perempuan).
  4. Dilarang mengeluarkan perkataan yang tidak benar (kotor).
  5. Dilarang minum-minuman keras.
  6. Dilarang makan yang tidak tertentu.
  7. Dilarang melihat tontonan kesenangan seperti: tari-tarian, sandirawa, nyanyian-nyanyian dan lain-lain.
  8. Dilarang berpakaian dan berhias diluar batas.
  9. Dilarang pulas diatas daerah pulas yang mewah.
  10. Dilarang mendapatkan imbalan berupa uang.
Puasa berdasarkan orang Hindu ialah jalan untuk melepaskan diri dari kehidupan dunia serta melebur dan manunggal dengan Brahma (Tuhan umat Hindu), yang ialah impian tertinggi bagi pandangan umat Hindu. Tapi jalan itulah yang mereka anggap terbaik dalam penyatuan dengan Tuhannya.
Dalam berpuasa mereka harus sanggup menjauhi pulas malam. Menyiksa diri ialah cara untuk melepaskan diri dari kehidupan dunia yang mereka anggap tiruan belaka. Ajaran Hinduisme mengajarkan yaitu dengan jalan pantang membunuh mahluk hidup, bahkan hama yang kecil sekalipun. Bila berjalan orang tersebut harus selalu berhati-hati, tidakboleh hingga menginjak seujung serangga sekalipun, apalagi hingga membunuhnya. Dalam hal makan, mereka tidak mau menelan makanan apa saja yang berasal dari mahluk yang bernyawa. Dan dalam hal minum, air yang mau diminum harus sanggup dipastikan bahwa air tersebut tidak terdapat mahluk hidup.
®
Kepustakaan:
Husain Bahraeisj, Himpunan fatwa, (Al-Ihklas; Surabaya, 1987). Yusuf Qardawy, Fiqh Puasa, (Era Inter Media; Surakarta, 2000). S. Saiful Rahim, Puasa Yang Boleh Meninggalkannya, (Antar Kota; Jakarta 1998). Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, (Raja Grafindo Persada; Jakarta,1996). E. Nugroho, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Cipta Adi Pustaka; Jakarta 1990). Adolf Heuken Sj, Ensiklopedi Gereja, (Yayasan Cipta Loka Teknikka; Jakarta 1994). The Indonesian Bible Society, Kitab Perjanjian Baru, (The Indonesian Bible Society; Jakarta 1981). Kamil Kargapradja, Aliran Kebatinan & Kepercayaan di Indonesia, (Yayasan Masagung; Jakarata 1985). Ahmad Syalaby, Islam dan Timbangan, terj Abu Laila & Muhammad Tohir, (Al-Maarif; Bandung 1982).