Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Riwayat Hidup A. Malik Fadjar

Dia yaitu seorang Tokoh Nasional yang sudah banyak mempersembahkan bantuan pemikiran dan segala bhakti pengabdiannya dengan penuh komitmen dan optimis untuk kemajuan Ilmu, Agama, Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tokoh yang dimaksud yaitu Prof. Dr. H. A. Malik Fadjar, M.Sc. yang mempunyai nama lengkap Abdul Malik (nama semenjak kecil). Dilahirkan di Yogyakarta 22 Februari 1939, Ayahnya berjulukan Fadjar Martodiharjo dan Ibunya berjulukan Hj. Salamah Fadjar, keduanya sudah meninggal dunia. Pak Malik ialah putera keempat dari tujuh bersaudara.
Abdul Malik, yang biasa dipanggil “Malik” (Pak Malik oleh penulis) tumbuh dan berkembang di tengah-tengah keluarga terdidik (Educational Village Family), ayahnya yaitu seorang Guru Agama.2 Melalui ayahnya, Pak Malik banyak mencar ilmu Ilmu Agama dan Keagamaan. Salah satu fatwa penting yang ditransmisikan oleh ayahnya kepada tiruana anak-anaknya yaitu percaya diri dan keberanian diri.
Ayah A. Malik Fadjar ialah seorang yang dikenal sebagai pribadi ”liberal”, dalam arti lebih banyak menampilkan ”Tutwuri” yang mendorong lahirnya perilaku percaya diri dan keberanian diri yang tiruananya berpertama kepada iman, dan ayahnya juga orang pergerakan. Selama 22 tahun menjadi guru Muhammadiyah, bukan spesialuntuk sekedar guru, tapi juga membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah di Daerah Yogyakarta dan Magelang serta membangun Perpustakaan Desa selain mempersembahkan dakwah Agama.
Sebagai tokoh pergerakan dan tokoh pendidikan inilah, Ayah A. Malik Fadjar benar-benar sanggup mendidik anak-anaknya dengan disiplin dan penuh dengan kewibawaan serta tanggung tanggapan dalam menjalankan keagamaan yang disertai keimanan dan ketakwaan yang terpancar dalam diri anak-anaknya.
Meskipun A. Malik Fadjar lahir dan besar di Yogyakarta, dia mengukir karir dalam bidang pendidikan di Kota Malang, sempat menetap dan menjadi Guru di Sumbawa Besar NTT dan beberapa tahun berkiprah dalam pentas Nasional di Pusat Pemerintahan di Jakarta. Pada ketika ini, A. Malik Fadjar sedang asyik-asyiknya menjalani hidup dan kehidupannya bersama dengan isterinya Norjanah Malik Fadjar di rumah kediamannya yang terletak di Jl. Tebetmas Raya 1 / F8 Jakarta Selatan.

Riwayat Pendidikan

A. Malik Fadjar semenjak kecil setelah menginjak usia sekolah, menjalani pendidikan formal yang ditempuhnya yaitu: a) Sekolah Rakyat Negeri (SRN) yang dijalaninya selama 6 tahun di Deyangan Mertoyudan Magelang, dia lulus tahun 1952. b) PGAPN (Pendidikan Guru Agama Pertama Negeri) Magelang yang diselesaikannya pada tahun 1957. c) PGAAN (Pendidikan Guru Agama Atas Negeri) di Yogyakarta lulus tahun 1959. d) Beliau juga meneruskan pendidikan ke tingkat sarjana dan kesudahannya mendapat gelar kesarjanaan (Drs) dari Fakultas Tarbiyah cabang IAIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 1972 (kini sudah menjadi UIN Malang). e) S-2 (Strata 2) di Florida State University, The Departement of Educatioonal Research, Development and Foundation, Amerika Serikat, dan akhinya memperoleh gelar Master of Science (M.Sc.) pada tahun 1981. f) memperoleh gelar sebagai Guru Besar (Profesor) dari Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya (sekarang UIN Malang), pada tahun 1995 dan Gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang Kependidikan Islam dari Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2001.

Karier dan Prestasi

Pria bertubuh jangkung yang kini tengah memasuki usia 70 tahun ini, rasanya susah sekali lepas dari dunia pendidikan. Lebih dari separuh usianya dihabiskan untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Sejak usia 21 tahun A. Malik Fadjar memulai kariernya mulai dari tingkat bawah di bidang pendidikan formal hingga melejit hingga tinggkat Nasional pada Pemerintahan Pusat di Jakarta, karier dan prestasi dia antara lain yaitu:
Menjadi Guru SRN, diangkat menjadi guru Agama di Sekolah Rakyat Negeri (SRN) Taliwang Sumbawa Besar NTT, dan di Daerah yang sama pula, mengajar di SGB Negeri, dan dipercaya menjadi Kepala SMEP Muhammadiyah pada tahun 1961- 1963, Anggota Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), dan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial (HIPIIS).
Kondisi guru yang pas-pasan tidak pernah menciptakannya berhenti menjemput masa depan. Sesudah menjadi guru Agama selama empat tahun, pada tahun 1963, dia meneruskan pendidikan ke jenjang Sarjana Muda di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang. Kemudian, dilanjutkan lagi hingga meraih gelar Sarjana pada tahun 1972. Begitu lulus, dia mengajar di Almamaternya. Sampai menjadi Sekretaris Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel hingga tahun 1979.
A. Malik Fadjar dalam dunia pendidikan berlanjut menjadi Dosen begitu lulus dari Almamaternya dan menempati jabatan Sekretaris Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya hingga tahun 1979. Kemudian A. Malik Fadjar juga dipercaya menjabat Dekan FISIP Universitas Muhammadiyah Malang (Unmuh Malang) tahun 1983 hingga tahun 1984.
Ketika menjabat sekretaris Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, A. Malik Fadjar sering mendapat Koreksi dari banyak kalangan terkena apa yang di lakukannya. Karena gerak dan perannya cenderung unpredictable, dia menggagas lahirnya Forum Studi Pascasarjana (FSP) IAIN Malang yang berfungsi sebagai media komunikasi, diskusi, perdebatan dan sekaligus wadah mencari solusi bagi pencerahan pendidikan Islam di masa depan.
A. Malik Fadjar berkecimpung di UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) semenjak belum ada, dan menanganinya sekaligus merangkap jabatan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta dari tahun 1996-2000.
Nama A. Malik Fadjar semakin berkibar dan dikenal banyak tokoh-tokoh senior baik di dalam maupun di luar negeri, setelah dia dikukuhkan sebagai Guru Besar pada Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel pada penghujung tahun 1995, dia dipanggil ke Jakarta untuk menduduki jabatan Dirjen Binbagais Departemen Agama RI.
Ketika memnjabat Dirjen Binbagais Departemen Agama RI., A. Malik Fadjar tidak spesialuntuk berkreasi di dalamnya, tetapi juga benyak melaksanakan perubahan dan pembenahan dengan mngeluarkan banyak sekali kebijakan-kebijakan ihwal pengembangan dan pemberdayaan Perguruan Agama Islam (Madrasah) dalam menghadapi tantangan modernitas dan era globalisasi.
A. Malik Fadjar kesudahannya sempat memimpin Departemen Agama pada masa Presiden B. J. Habibie, namun berada dalam Departemen ini tidak lama, sebab pemerintahan B. J. Habibie juga sebentar, kemudian pada pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dia pun kembali ke kampus untuk mengajar lagi.
Selama satu tahun lima bulan di Departeen Agama, A. Malik Fadjar sudah banyak membuat kemajuan dan memperbaiki gambaran Departemen Agama di mata masyarakat. Antara lain yaitu dua hal penting dalam urusan Agama dan keberagamaan masyarakat, yaitu; membangun Pendidikan Agama, dan peradilan Agama. Termasuk yaitu mengeluarkan kebijakan ihwal konfersi IAIN menjadi UIN dan Fakutas Cabang menjadi STAIN dengan lahirnya Keputusan Presiden No. 11 Tahun 1997, serta membenahi administrasi haji dengan dikeluarkannya UU No. 17 Tahun 1999 ihwal Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah yang ditanhadirani dan disahkan oleh Presiden B.J. Habibie tertanggal 3 Mei 1999 dan dimasukkan dalam Lembaran Negara RI. No. 53 Tahun 1999, yang berarti menghapus seluruh produk aturan sebelumnya yang terkait ihwal duduk kasus haji dan umrah.
Dunia pendidikan kembali memanggil A. Malik Fadjar. Kali ini justru sebagai menteri atau orang pertama di Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Dunia yang memang sudah usang diselami, A. Malik Fadjar dipercaya menjabat jabatan ini pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri (Kabinet Gotong Royong), tahun 2001-2004.
Saat Presiden Megawati Soekarnoputri mengumumkan menteri dalam Kabinet Gotong Royong, A. Malik Fadjar sedang mengajar mahasiswa dalam kelas di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berita terpilihnya menjadi Menteri Pendidikan Nasional didengar dari Radio.
A. Malik Fadjar sering melaksanakan kunjungan ke sekolah-sekolah di daerah-daerah terpencil yang susah dijangkau, untuk melihat potret pendidikan Tanah Air, termasuk ketika keliling tempat dan melihat kondisi SD di beberapa daerah, hatinya menangis.
Sebagai orang nomor satu dalam sebuah departemen yang diposisikan sebagai forum yang paling bertanggungjawaban untuk mencetak generasi penerus bangsa. Sementara hingga ketika ini, pendidikan bangsa ini masih dinilai tertinggal. Ketertinggalan atau kegagalan pendidikan itu pula disebut sebagai penyebab utama rontoknya bangsa ketika menghadapi krisis multidimensi. Lebih prihatin lagi, mabadunga korupsi di Depdiknas sudah membudaya.
A. Malik Fadjar pun berupaya melaksanakan kontrol ke bawah. Dipertamai keteladanan, dari dirinya sendiri. Kemudian, setiap ada masalah atau tender selalu dicek. Kalau merasa ada yang tidak beres, pribadi dibatalkan. A. Malik Fadjar tidak peduli siapa yang memegang, pokoknya jika ada keguahan, di minta untuk segera dibatalkan.
Selama menjabat di Depdiknas, banyak hal-hal yang dilakukan yang mengakibatkan prestasi baginya. Antara lain adalah: Pertama, A. Malik Fadjar mengadakan otonomi pendidikan. Otonomi pendidikan berarti pengalihan pengelolaan pendidikan dasar dan menengah dari sentra ke Pemda (PEMDA), yang memandang relasi sentra dan tempat tidak lagi dalam kerangka hirarkis, tetapi konsultatif. Pemerintah sentra spesialuntuk memantau pemberdayaan dengan menyalurkan menolongan dalam model block grant, dan dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK).
A. Malik Fadjar menjabat Menko Kesra ad-Interim menggantikan Jusuf Kalla ketika mencalonkan diri sebagai Wapres dalam pemilu 2004 sebagaimana tertuang dalam surat keputusan presiden RI Nomor B- 137 tanggal 22 April 2004. A. Malik Fadjar dilantik pada hari Jum’at 23 April 2004. dan untuk beberapa bulan merangkap sebagai Mendiknas RI.
Tidak banyak yang sanggup dilakukan oleh A. Malik Fadjar ketika merangkap jabatan menko kesra ini, kecuali spesialuntuk meneruskan apa yang sudah diprogramkan oleh Menteri sebelumnya. Ada dua hal yang menjadi mainstream dari Pak Malik, yaitu pendidikan dan kesehatan. Karena keduanya diyakini sebagai kunci dalam meningkatkan mutu bangsa Indonesia di mata dunia.
Prestasi A. Malik Fadjar yang monumental selama berkecimpung di Muhammadiyah yaitu keberhasilannya mengakibatkan Universitas Muhammadiyah Malang menjadi sebuah Universitas yang megah dan berkarakter di Indonesia. Selain itu, dia juga aktif di Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan KAHMI, dan menjadi anggota Himpunan Pencinta Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS).30
Karya-Karya A. Malik Fadjar
Sebagai seorang akademisi dan pakar ilmu pendidikan Islam (terutama yang disandangnya, terakhir, sebagai guru besar dalam Ilmu Kependidikan Islam), A. Malik Fadjar sudah menghasilkan beberapa karya tulis dalam bentuk buku. Di antaranya adalah:
  1. Buku Kuliah Agama Islam Di Perguruan Tinggi, diterbitkan oleh: Al-Ikhlas, Surabaya, tahun 1981.
  2. Buku Kepemimpinan Pendidikan, diterbitkan oleh: Fakultas Tarbiyah, IAIN Sunan Ampel Malang, tahun 1983.
  3. Buku Pancasila Dasar Filsafat Negara: Prinsip-Prinsip Pengembangan Hidup Beragama, diterbitkan oleh: UMM Press, Aditya Media, Yogyakarta, tahun 1993.
  4. Buku Reorientasi Wawasan Pendidikan, Dalam Muhammadiyah dan NU, diterbitkan oleh: Aditya Media, Yogyakarta, tahun 1993.
  5. Buku Pendidikan Islam: Paparan Normatif, Filosofis dan Politis, diterbitkan oleh: UMM Press, Malang, tahun 1993.
  6. Buku Pendidikan Agama dan Kualitas Manusia Indonesia, diterbitkan oleh: IKIP Malang, tahun 1993.
  7. Buku Administrasi dan Sup ervisi Pendidikan, diterbitkan oleh: Aditya Media, Yogyakarta, tahun 1993.
  8. Buku Pergumulan Pemikiran Pendidikan Tinggi Islam, diterbitkan oleh: Bestari Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, tahun 1995.
  9. Buku Dunia Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan, diterbitkan oleh: University Press, Malang, tahun 1998.
  10. Buku Madrasah dan Tantangan Modern itas, diterbitkan oleh: Mizan, Bandung, tahun 1998.
®
Kepustakaan:
Ahmad Barizi, Holistika Pemikiran Pendidikan A. Malik Fadjar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2005).