Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sahabat Ketika Menulis Wahyu Al-Quran

Ada beberapa kisah sobat bersahabat ketika menulis wahyu al-Quran. Kisah itu terangkum dalam dua periodeisasi penulisan mushaf al-Quran, yakni periode Makkah dan Madinah; (baca: polemik seputar turunnya al-Quran)
Kendati diwahyukan secara lisan, al-Quran sendiri secara konsisten menyebut sebagai kitab tertulis. Ini memdiberi petunjuk bahwa wahyu tersebut tercatat dalam tulisan. Pada dasarnya ayat-ayat al-Quran tertulis semenjak pertama perkembangan Islam, meski masyarakat yang gres lahir itu masih menderita banyak sekali permasalahan akhir kekejaman yang dilancarkan oleh pihak kafir Quraish. Berikut dongeng Umar bin al-Khattab semenjak ia masuk Islam yang akan kita pakai sebagai klarifikasi duduk kasus ini.
Suatu hari Umar keluar rumah menenteng pedang terhunus hendak melibas leher Nabi Muhammad. Beberapa sobat bersahabat sedang berkumpul dalam sebuah rumah di bukit Safa. Jumlah mereka sekitar empat puluhan termasuk kaum wanita. Di antaranya ialah paman Nabi Muhammad, Hamzah, Abu Bakr, Ali, dan juga lainnya yang tidak pergi berhijrah ke Ethiopia.
Nu'aim secara tak sengaja berpapasan dan bertanya ke mana Umar hendak pergi. "Saya hendak menghabisi Muhammad, insan yang sudah membuat orang Quraish khianat terhadap agama nenek moyang dan mereka tercabik-cabik serta ia (Muhammad) mencaci maki tata cara kehidupan, agama, dan tuhan-tuhan kami. Sekarang akan saya libas dia."
"Engkau spesialuntuk akan menipu diri sendiri Umar, katanya." 
"Jika engkau menganggap bahwa Abd Manaf mengizinkanmu menapak di bumi ini hendak memutus nyawa Muhammad, lebih baik pulang temui keluarga anda dan selesaikan permasalahan mereka."
Umar pulang sambil bertanya-tanya apa yang sudah menimpa ke­luarganya. Nu'aim menjawaban, "Saudara ipar, keponakan yang berjulukan Sa’id serta adik perempuanmu sudah mengikuti agama gres yang dibawa Nabi Muhammad. Oleh alasannya ialah itu, akan lebih baik bila anda kembali menghubungi mereka." Umar cepat-cepat memburu iparnya di rumah, daerah Khabba sedang membaca Surah Taha dari sepotong goresan pena al-Quran.
Saat mereka dengar bunyi Umar, Khabba lari masuk ke kamar kecil, sedang Fatima mengambil kertas kulit yang bertuliskan al-Quran dan diletakkan di bawah paspesialuntuk...Kemarahan Umar semakin membara begitu mendengar saudara­-saudaranya masuk Islam. Keinginan membunuh orang yang beberapa ketika sebelum itu la tuju semakin menjadi jadi.
Masalah utama dalam dongeng ini berkaitan dengan kulit kertas bertulisan al-Quran. Menurut Ibn Abbas, ayat-ayat yang diturunkan di Mekah terekam dalam bentuk goresan pena semenjak dari sana, menyerupai sanggup dilihat dalam ucapan az-Zuhri.
Abdullah bin Sa'd bin 'Abi as­Sarh, seorang yang terlibat dalam penulisan al-Quran sewaktu dalam periode ini, dituduh oleh beberapa kalangan sebagai pemalsu ayat-ayat al-Quran (suatu tuduhan yang menyerupai sudah saya jelaskan sama sekali tak berdasar).
Orang lain sebagai penulis resmi ialah Khalid bin Sa'id bin al-As di mana ia menerangkan, "Saya orang pertama yang menulis 'Bismillah ar-Rahman ar­Rahim' (melaluiataubersamaini Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Al-Kattani mencatat insiden ini: Sewaktu Rafi` bin Malik al-Ansari menghadiri baiah al-'Aqaba, Nabi Muhammad menyerahkan tiruana ayat-ayat yang diturunkan pada dasawarsa sebelumnya.
Ketika kembali ke Madinah, Rafi` mengumpulkan tiruana anggota sukunya dan membacakan di depan mereka.
Ilustrasi mushaf bau tanah al-Quran
Sedangkan penulisan pada periode Madinah, ada banyak nama yang terlibat, lebih kurang enam puluh lima sobat bersahabat yang ditugaskan oleh Nabi Muhammad bertindak sebagai penulis wahyu. Mereka ialah Abban bin Sa'id, Abu Umama, Abu Ayyub al-Ansari, Abu Bakr as-Siddiq, Abu Hudhaifa, Abu Sufyan, Abu Salama, Abu 'Abbas, Ubayy bin Ka'b, al-Arqam, Usaid bin al-Hudair, Aus, Buraida, Bashir, Thabit bin Qais, Ja` far bin Abi Talib, Jahm bin Sa'd, Suhaim, Hatib, Hudhaifa, Husain, Hanzala, Huwaitib, Khalid bin Sa'id, Khalid bin al-Walid, az-Zubair bin al-Awwam, Zubair bin Arqam, Zaid bin Thabit, Sa'd bin ar-Rabi`, Sa'd bin Ubada, Sa'id bin Sa`id, Shurahbil bin Hasna, Talha, Amir bin Fuhaira, Abbas, Abdullah bin al-Arqam, Abdullah bin Abi Bakr, Abdullah bin Rawaha, Abdullah bin Zaid, Abdullah bin Sa'd, Abdullah bin Abdullah, Abdullah bin Amr, Uthman bin Affan, Uqba, al­Ala bin Uqba, All bin Abi Talib, Umar bin al-Khattab, Amr bin al-'As, Muhammad bin Maslama, Mu'adh bin Jabal, Mu'awiya, Ma'n bin Adi, Mu'aqib bin Mughira, Mundhir, Muhajir, dan Yazid bin Abi Sufyan.
Nabi Muhammad saw mendiktekan aI-Quran ketika wahyu turun, secara rutin memanggil para penulis yang ditugaskan biar mencatat ayat itu. Zaid bin Thabit menceritakan sebagai ganti atau mewakili peranan dalam Nabi Muhammad, la sering kali dipanggil didiberi kiprah penulisan ketika wahyu turun. Sewaktu ayat al-jihad turun, Nabi Muhammad memanggil Zaid bin Thabit membawa tinta dan alat tulis dan kemudian mendiktekannya.
Amr bin Um-Maktum al-A'ma duduk menanyakan kepada Nabi Muhammad, "Bagaimana wacana aku? Karena saya sebagai orang yang buta." Dan kemudian turun ayat, "ghair uli al-darar" (bagi orang­orang yang bukan catat). Tampaknya tak ada bukti pengecekan ulang setelah mendiktekan. Saat kiprah penulisan selesai, Zaid membaca ulang di depan Nabi Muhammad biar yakin tak ada sisipan kata lain yang masuk ke dalam teks.
Tradisi Penulisan al-Quran di Kalangan Sahabat; Praktik yang biasa berlaku di kalangan para sobat bersahabat wacana penulisan al-Quran, mengakibatkan Nabi Muhammad melarang orang-orang menulis sesuatu darinya kecuali al-Quran, "dan siapa yang sudah menulis sesuatu dariku selain al-Quran, maka la harus menghapusnya."
Beliau ingin biar al-Quran dan hadis tidak ditulis pada halaman kertas yang sama biar tidak terjadi campur aduk serta kekeliruan. Sebenarnya bagi mereka yang tak sanggup menulis selalu hadir juga di masjid memegang kertas kulit dan minta orang lain secara suka rela mau menuliskan ayat al-Quran Berdasarkan kebiasaan Nabi Muhammad memanggil juru tulis ayat-ayat yang gres turun, kita sanggup menarikdanunik anggapan bahwa pada masa kehidupan ia seluruh al-Quran sudah tersedia dalam bentuk tulisan.
Diakui secara umum bahwa susunan ayat dan surah dalam al-Quran mempunyai keunikan yang luar biasa. Susunannya tidak secara urutan ketika wahyu diturunkan dan subjek bahasan. Rahasianya spesialuntuk Allah Yang Maha Tahu, alasannya ialah Dia sebagai pemilik kitab tersebut. Jika seseorang akan bertindak sebagai editor menyusun kembali kata-kata buku orang lain misalnya, mengubah urutan kalimat akan praktis memengaruhi seluruh isinya. Hasil final tidak sanggup didiberikan pada pengarang alasannya ialah spesialuntuk sang pencipta yang berhak mengubah kata-kata dan bahan guna menjaga hak-haknya.
Kitab al-Quran mencakup beberapa aspek surah-surah panjang dan yang terpendek terdiri atas 3 ayat, sedangkan paling panjang 286 ayat. Beberapa riwayat sebut bahwa Nabi Muhammad memdiberi instruksi kepada para penulis wacana letak ayat pada setiap surah. Usman mengambarkan baik wahyu itu mencakup beberapa aspek ayat panjang maupun satu ayat terpisah, Nabi Muhammad selalu memanggil penulisnya clan berkata, "Letakkan ayat-ayat tersebut ke dalam surah sepetrti yang ia sebut."Zaid bin Thabit menegaskan, "Kami akan kumpulkan al-Quran di depan Nabi Muhammad." Menurut `Uthman bin Abi al-'As, Malaikat Jibril menemui Nabi Muhammad memdiberi perintah akan penempatan ayat tertentu.
Ubbay bin Ka'b menerangkan, "Kadang-kadang permulaan surah itu diwahyukan pada Nabi Muhammad, kemudian saya menuliskannya, dan wahyu yang lain turun pada ia kemudian berkata, "Ubbay! Tulislah ini dalam surah yang menyebut ini dan itu. Dalam peluang lain wahyu diturunkan pada ia dan saya menunggu perintah yang hendak didiberi­kan sehingga ia memdiberi tahu daerah yang sesuai dari suatu ayat. (baca: susunan ayat al-Quran)
Zaid bin Thabit memdiberi penjelasan, "Sewaktu kami bersama Nabi Muhammad mengumpulkan al-Qur'an kertas kulit ia berkata, "cepatdangampang-gampangan Sham menerima berkah". Kemudian ia ditanya, 'Mengapa demikian wahai Nabi Allah?' Beliau menjawaban, Karena para Malaikat yang Maha Rahman sudah melebarkan akup mereka kepada­nya." Dalam hadis ini kita catat Nabi Muharnmad selalu melaksanakan pengawasan dalam pengumpulan dan susunan ayat-ayat al-Quran
®
*Berbagai Sumber