Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tasawuf Dan Kesehatan Jiwa

Esensi tasawuf sudah ada semenjak masa Rasulullah saw. Namun tasawuf sebagai ilmu keislaman yang ialah hasil dari kebudayaan Islam sebagaimana bentuk dari ilmu-ilmu keislaman lainnya, ibarat fikih, dan ilmu tauhid, belum ada kala itu. Pada masa Rasulullah saw belum dikenal istilah tasawuf, yang dikenal pada waktu itu spesialuntuklah sebutan teman erat Nabi saw.
Menurut Amin Syukur, inti tasawuf ialah kesadaran adanya komunikasi dan obrolan pribadi antara insan dengan Tuhannya. Tasawuf di sini yakni perjuangan bagaimana seseorang memmembersihkankan jiwanya, memmembersihkankan jiwa atau roh dengan jalan menghilangkan sifat-sifat buruk. Apabila tasawuf berpertama dari konsep bahwa kejahatan berpertama dari nafsu, maka tasawuf bereaksi positif dengan penyucian jiwa dengan melalui mujahadah dan riyadlah.
Tasawuf mencakup beberapa aspek sebuah model jiwa manusia yang di dasari oleh prinsip. Jiwa mempunyai tujuan aspek atau dimensi, mineral, nabati, hewani. Pribadi insani dan jiwa belakang layar serta maha rahasia, masing-masing kita mempunyai tujuan tingkat kesadaran. Tasawuf bertujuan semoga ketujuh tingkat kesadaran ini sanggup bekerja secara seimbang dan selaras.
Banyak sistem psikologi dan spiritual yang spesialuntuk menekankan kepada fungsi satu atau dua tingkat kesadaran tersebut. Di dalam tasawuf, keseimbangan emosi dan kekerabatan yang sehat dan menyehatkan yakni sama pentingnya dengan kesehatan spiritual dan jasmani. Tujuannya yakni hidup sepenuhnya di dunia tanpa merasa terikat kepadanya atau melupakan sifat dasar diri kita dan tujuan spiritual kita.
Model ini mengintegrasikan fisik, psikis, dan spiritual. Aspek fisik kehidupan kita ditopang oleh kearifan mineral, nabati dan jiwa hewani yang sudah ada semenjak lampau kala. Fungsi psikis kita berakar dari jiwa yang terletak
Dalam tasawuf yang mempunyai arti pendekatan pada Tuhan, maka kita sangat memperhatikan bahwa fatwa tasawuf yang mempunyai tingkatan-tingkatan itu, sanggup dipakai untuk penyembuhan penyakit yang ada dalam diri manusia, terutama dilema jiwa. Di atas sudah dijelaskan jiwa yang mempunyai banyak arti, di sini, jikalau jiwa kita jelek, maka akan besar lengan berkuasa pada diri kita. Hanya dengan fatwa tasawuf lah, kita sanggup menyebarkan diri semoga dengan berdzikir, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Ajaran tasawuf sanggup berperan sebagai pelindung aneka macam penyebab masalah. Ada kekerabatan timbal balik antara fatwa tasawuf dengan penyakit jiwa. Bahwa seseorang yang dengan tekun diberibadat secara rutin, ternyata mempunyai resiko lebih rendah untuk terkena penyakit. Kemudian dalam hal kemampuan mengatasi penderita yang terkena penyakit jiwa dan penyembuhan, ternyata mereka yang rajin diberibadatlah yang lebih bisa mengatasi dan proses penyembuhan penyakit lebih cepat.
Dalam menangani kesehatan jiwa insan untuk mencapai kesejahteraan hidup (Well Being), maka ada dua ruang lingkup yang sanggup dilakukan. Kerjasama antara agama, disatu pihak yaitu agama Islam yang mengajarkan tasawuf, dan pengobatan secara keseluruhan. Maka dengan cara yang sudah diajarkan dalam tasawuf, yaitu dimulai dengan cara bertaubat, tidak akan mengulangi lagi, dan bertaubat sebab banyak melaksanakan kesalahan.
Kepustakaan:
H.M. Amin Syukur, MA., Menggugat Tasawuf, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002). Ibrahim Muhammad Hasan al-Jamal, Penyembuhan melaluiataubersamaini Dzikir & Do’a, (Cendekia Jakarta, 2003). Yunasril Ali, M.A, Jalan Kearifan Sufi, PT. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2002). Linda O’oriordan. R.N, Seni PenyembuhanSufi (Jalan Meraih Kesehatan Fisik, Mental Dan Spritual), Terjemahan, Mariana Aristyowati, PT. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2002). Aboe Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tharekat, (Ramadani, Jakarta, 1965).