Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Puisi Religi - Cinta Di Waktu Subuh

INIRUMAHPINTAR - Hujan rintik-rintik yang hadir membasahi bumi di subuh ini membawa kabar bangga bagi insan-insan pencinta yang cendekia bersyukur. Setiap butir air yang menyentuh permukaan tanah yaitu nikmat kehidupan tiada tara. Karenanya dedaunan kering nan layu kembali segar dan menghijau. Kegersangan berubah menjadi menjadi tanah gembur. Membangunkan mata alam yang bersembunyi di balik dinginnya kemalasan. 

Cinta di Waktu Subuh
karya : Ahn Ryuzaki

Jika dengan cintamu, panggilan subuh tak lagi terdengar
sumber : Flickr
Jika dengan cintamu, kelezatan subuh tak lagi terasa
Jika dengan cintamu, wajah subuh tak lagi terlihat
Bertanyalah pada cintamu, masih adakah ia?

Jika dengan cintamu, undangan cinta-Nya engkau hiraukan
Jika dengan cintamu, cinta kasih-Nya engkau abaikan
Jika dengan cintamu, syariat-Nya engkau tinggalkan
Bertanyalah pada cintamu, darimanakah ia?

Tidakkah engkau sadar?
Bumi yang engkau pijak
Udara yang engkau hirup
Bahkan cinta yang engkau miliki
Semua yaitu pemdiberian dari-Nya

Lalu,
Mengapa engkau dipanggil tidak menyahut?
Mengapa engkau dibangunkan tidak berkenan?
Mengapa engkau diberkati tapi lupa berterima kasih?
Lupakah engkau kepada siapa akan menghadap sehabis mati?

Yakinkah dirimu, umur yang dipinjami masih cukup?
Yakinkah dirimu, esok hari masih ada peluang untukmu?
Yakinkah dirimu, masa hidupmu masih panjang untuk melenggang?
Tidakkah engkau takut, andai detik ini waktumu sudah hingga di tepi terminasi

Ingatlah selalu, moga cinta di waktu subuh yaitu milikku, milikmu, milik kita selamanya.

Makna Puisi - Cinta di Waktu Subuh


Di bait pertama, puisi ini berusaha memanggil jiwa-jiwa yang merasa mempunyai cinta dan mengajaknya merenungi dari mana cinta-cinta itu berasal. Cinta yang mereka gunakan untuk hal duniawi dipertanyakan peruntukannya. Cinta itu tidak dimanfaatkan sebagaimana seharusnya. Cinta spesialuntuk untuk dunia, padahal cinta yang dimiliki baiknya dipakai untuk diberibadah kepada-Nya. Panggilan subuh, sebagai salah satu undangan yang wajib dipenuhi dalam sehari semalam yaitu momentum pembuktian cinta. Jika seseorang yang mengaku dirinya insan belum bisa meterbaikkan cintanya dengan istiqamah menjawaban panggilan subuh, maka perlu mempertanyakan kembali apakah ia masih mempunyai cinta? Karena seorang insan yang hidup tanpa tidak ubahnya spesialuntuklah sepotong kayu.

Menyambung undangan di bait pertama, di bait kedua dan ketiga penulis berusaha mengingatkan bahwa tiruana kenikmatan yang dirasakan di muka bumi ini tiada lain berasal dari sang Pencipta, Allah SWT. Semua nikmat patut disyukuri. Tidakkah kita menyadari bahwa oksigen yang kita hirup sepanjang waktu dengan gratis dan tak terbatas yaitu pemdiberian dari-Nya. Mengapa kita begitu hirau dan tidak sedikitpun tergerak untuk bersyukur. Padahal, bentuk kecintaaan, kasih, dan akung Allah SWT kepada hambanya selalu melimpah. Manusia patut bertanya kepada dirinya, dari mana cinta itu? dan menjawabannya dengan implementasi syukur dalam bentuk ibadah, salah satunya dengan mendirikan shalat subuh.

Di bait keempat dan kelima, penulis menyerukan pentingnya bangkit dan menjawaban panggilan subuh. Penulis mengingatkan bahwa bila waktu subuh spesialuntuk dipakai untuk pulas serta bergumul dengan selimut, kasur, dan guling makanya kehidupan dunia benar-benar berwujud peluang yang disia-siakan. Umur yang singkat sungguh akung dilewatkan spesialuntuk untuk memperbanyak pulas di waktu subuh. Andai insan tahu bahwa menegakkan kepala melalui rukuk dan sujud di dalam shalat begitu besar keuntungannya buat insan sendiri. Sungguh Tuhan tidak akan belum sempurnanya apa-apa bila insan tidak shalat. Bagaimana pun, Allah selalu ada untuk mereka yang ingin bertobat dan memohon ampun. Betapa akungnya Tuhan kepada hambanya, meski hambanya sering lupa. Melalui puisi ini, penulis pun mengingatkan bahwa insan tidak abadi. Tidak ada yang tahu, kapan simpulan hidup hadir. Mungkin bisa cepat atau lambat. Intinya, simpulan hidup niscaya akan hadir meski tidak ditunggu. Oleh alasannya yaitu itu, rugilah insan bila shalat subuh saja tidak bisa ditegakkan.

Pesan dan hikmah puisi

Dirikanlah shalat 5 waktu tepat waktu meski berat alasannya yaitu spesialuntuk dengan cara itu kita sanggup menghadap Tuhan dengan selamat. Jangan pernah menunda untuk memulai. Jangan biarkan kemalasan mengalahkan iman. Shalat subuh spesialuntuklah simbol dan representasi shalat wajib yang lain. Renungkan, bila kepada Tuhan saja tidak patuh, bagaimana engkau menerangkan kepatuhan dan kesetiaanmu kepada manusia-manusia yang lain.