Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Indahnya Agresi Tenang Umat Islam Mengukir Sejarah

INIRUMAHPINTAR - Aksi hening jutaan umat Islam di seluruh Indonesia, khususnya di Jakarta pada hari Jumat, 4 November 2016 kemudian sudah mengukir sejarah baru. Secara serempak dan tanpa pandang status, ras, suku dan strata sosial, umat Islam terpanggil turun ke jalan, tepatnya setelah shalat Jum'at. Mereka hadir bukan untuk merusuh, merusak, atau melanggar tatanan norma dan aturan di negeri ini. Tujuan mereka tiada lain spesialuntuklah menuntut keadilan. Keadilan yang sepertinya begitu berat ditegakkan secara merata dan adil. Padahal aturan seharusnya tidak tumpul atau tajam sebelah saja. Keadilan aturan harus sama rata dan sesuai porsi undang-undang yang berlaku.

Dari Mesjid Istiqlal Jakarta, mereka berbondong-bondong menuju Istana Merdeka. melaluiataubersamaini berbekal doktrin dan keyakinan yang kuat, para laskar Allah yang dipimpin tokoh-tokoh ulama dari aneka macam elemen hendak bertamu dan berjumpa dengan bapak Presiden. Mereka ingin menyuarakan aspirasi sekaligus bersilaturahmi dengan pemimpin terpilih negeri ini. Namun, akung niat itu tidak kesampaian. Umat Islam spesialuntuk dijumpai oleh perwakilan pemerintah. Bagaimana pun, pertemuan eksklusif dengan tuan rumah tidak akan sama esensinya kalau diganti dengan pertemuan bersama pemmenolongnya. Untungnya, umat Islam mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka hadir dengan niat suci untuk agresi damai. Makanya, komitmen untuk terus bersuara tanpa anarkisme sangat dijunjung tinggi.

Sebagai hasil konsolidasi, penegak aturan pun berjanji akan menuntaskan kasusnya dalam waktu dekat. Entah itu benar-benar hasil kesepakatan bersama atau sepihak saja, setidaknya ada impian untuk menanti penuntasan masalah penistaan agama dalam waktu dekat. Namun demikian, umat Islam belum puas rasanya hingga bapak Presiden RI sendiri yang menegaskan hal tersebut. Oleh alasannya itu, umat Islam menentukan bertahan hingga orang nomor satu negeri ini datang dari perjalanan dinas (katanya) dan menyapa mereka.

Pada hari itu, sejarah mencatat sebuah agresi hening yang benar-benar hening ditampakkan umat Islam Indonesia ke seluruh dunia. Hingga pukul 18.00, suasana aspiratif yang aman berjalan sesuai rencana. Namun, agresi hening ini tidak begitu saja terbebas dari ujian. Sejumlah penyusup dan provokator berhasil tertangkap.

Siapa yang berbuat rusuh berarti bukan kelompok agresi damai, begitu slogannya. Dalam hal ini, ada dua fakta tercatat. Pertama, agresi hening umat Islam 411 terbukti benar-benar damai, aman serta menjunjung tinggi dan mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa. Kedua, ada penyusup dan provokator yang bukan dari golongan umat Islam ingin merusak agresi hening 411. Siapa mereka dan siapa menyuruh, silahkan simpulkan sendiri.

Belum final aroma sumpah perjaka 28 Oktober diikuti agresi hening 4 November, suasana hari pendekar 10 November hadir menambah cita rasa kebangsaan. Tentu, masih teringat jelas, bagaimana buku-buku sejarah menggambarkan betapa usaha pahlawan-pahlawan bangsa mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia di Surabaya pada 10 November 1945. Mereka bersatu melawan penjajah dengan slogan merdeka atau mati. Mereka tidak ingin kemerdekaan 17 Agustus 1945 direnggut begitu saja. Terbukti, dengan semangat persatuan, penjajah kabur, Indonesia berdaulat, merdeka dan merah putih berhasil dikibarkan di seluruh penjuru nusantara hingga kini.

Sehubungan dengan adanya dirgahayu sumpah perjaka 2810, diikuti dengan agresi hening 411 dan peringatan hari pendekar 1011, bangsa ini seharusnya merenung sejenak. Dahulu kala, kita terjajah bukan alasannya lemah tetapi alasannya tidak bersatu akhir terjebak politik langgar domba. Hampir seluruh wilayah di Nusantara di langgar dengan fitnah sehingga para Raja saling berperang. Di dikala itulah, penyusup dan provokator bergelar penjajah memanfaatkan keadaaan dan negeri ini berhasil dikuasai. Tentu kita tidak ingin Indonesia kembali terjajah bukan? Jangan sampai, spesialuntuk alasannya penegakan aturan yang tidak adil didampingi fitnah dan memecah-belah di mana-mana, pemdiberitaan yang tidak fair, dan agresi penyusup yang entah benar-benar orang Indonesia atau bukan, cinta Indonesia atau tidak malah berujung pada konflik saudara. Ingat wahai perjaka bangsa, Indonesia negeri kaya, banyak yang berkepentingan. Berhati-hatilah!

Tidak ada yang mencurigai taji bangsa Indonesia. Ketika mereka terjajah, bukan spesialuntuk pegawanegeri yang angkat senjata, melainkan seluruh masyarakat Indonesia maju tanpa rasa takut dan pantang mundur demi kebenaran. Dalam hal ini, kita dihentikan menutup mata bahwa penopang kekuatan Indonesia ada di barisan umat Islam. Jadi, tidakboleh salah, kalau propaganda nonfisik terus dilancarkan ke Indonesia, khususnya kepada umat Islam. Dan parahnya, hingga kini, Indonesia belum juga keluar dari zona propaganda tersebut. Jangan tertipu, salah sedikit kita tiruana akan kembali terjajah. Bangunlah! lihat di mana-mana! Indonesia sudah sedang menjadi pasar utama peredaran Nark0ba, siang malam dicekoki gaya hidup kapitalis dan sosialis melalui media televisi dan internet, serta disusupi antek-antek serigala berbulu domba sehingga pagar dengan gampang  makan tanaman. Sadarlah negeri ini lebih hijau dibandingkan negeri-negeri lain di seberang lautan. Akibatnya, banyak pion sudah keluar melintasi papan caturnya sendiri dengan menghalalkan segala cara. melaluiataubersamaini demikian, kita harus bersatu sekaligus waspada, tidakboleh hingga musuh ada di dalam selimut. Kita dihentikan membiarkan mereka hadir kembali dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa yang sudah dimulai oleh para pendekar kita terlampau.

Lalu apa yang mestinya bangsa ini lakukan. Pertama, masalah penistaan agama wajib diselesaikan dengan segera dan adil biar balasannya benar-benar melegakan hati umat Islam. Jika tidak, maka agresi serupa (penistaan agama) berpotensi terus berulang, sebagaimana yang terlihat di media umum dan di sejumlah situs online. Kedua, masalah penistaan agama yang melibatkan siapapun wajib diselesaikan tanpa penundaan biar (kemungkinan) bergulirnya agresi lanjutan 25 November tidak hingga terjadi. Karena kalau dibiarkan, agresi 2511 berpeluang mempunyai massa lebih besar, tuntutan yang lebih ketat, dan semangat yang lebih berkobar. Ketiga, bangsa ini tidakboleh praktis terprovokasi oleh pernyataan oknum-oknum tidak bertanggung jawaban, meski mengaku hebat agama. Hal itu dikarenakan kebanyakan mereka yakni kaum-kaum munafik, golongan yang mejual kepercayaan demi dunia, dan orang-orang yang sudah tercuci otaknya dengan pemikiran liberal dan anutan sesat. Lebih baik kita hadapi sesuai kapasitas masing-masing, entah dengan tangan, lisan, atau dengan selemah-lemahnya doktrin (mengecam dengan dibarengi doa kepada Allah SWT).

Lagipula, sebagai insan biasa, kita tidak sanggup melihat tiruana kebenaran dan kebatilan. Meski kita tidak sanggup menampik, bahwa nalar sehat yang dibarengi doktrin sanggup membaca hitam dan putihnya kenyataan. Semua terjadi atas izin dari zat yang Maha Mengetahui, Maha Melihat, dan Maha Adil. Oleh alasannya itu, semoga bangsa ini senantiasa terjaga dari niat dan planning jahat dari siapapun, meski dengan cara apapun dan bagaimanapun. Dan pesan di balik 28 Oktober, 4 dan 10 November, dan (Kemungkinan) di 25 November gampang-gampangan sanggup menempel di sanubari. Kemudian menjadi tonggak sejarah gres lahirnya Indonesia yang lebih bersatu, maju, sejahtera, adil, dan makmur.