Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Melarang Mahasiswi Bercadar Itu Bentuk Intoleransi Yang Nyata, Ini Buktinya!

INIRUMAHPINTAR - Menutup aurat yaitu kewajiban bagi umat Islam, baik muslim pria maupun muslim perempuan, terkhusus bagi mereka yang sudah pandai baliqh. Dan memang ada ketetapan dalam Islam bahwa aurat dihentikan ditampakkan kepada yang selain mahram.

Bagi muslim pria tentu saja menutup aurat bukanlah perkara yang susah. melaluiataubersamaini menggunakan pakaian yang lazim menyerupai kemeja dan celana panjang yang tidak ketat, sudah lebih dari cukup untuk melaksanakan kewajiban tersebut.

Hanya saja, bagi muslim perempuan, menutup aurat, faktanya, menjadi sesuatu yang tidak benar-benar gampang. Hal ini tentu berkaitan dengan besarnya keyakinan, keimanan, dan tugas dari lingkungan, baik di keluarga, di kampus, di sekolah, maupun di masyarakat.

Tanpa harus menunggu hadirnya hidayah, seyogyanya, muslimah wajib menutup aurat. Hanya saja, banyak orang-orang bau tanah kita yang dulunya mengenal Islam tidak hingga ke cuilan menutup aurat, hingga kemudian ber-Islam dalam kategori belum kaffah. Sehingga mereka pun tidak mengajarkan wacana ilmu kewajiban menutup aurat kepada adik-adik atau belum dewasa wanita mereka.

Bahkan di sekolah-sekolah umum sekalipun, hampir tidak ada aksentuasi khusus wacana pentingnya menutup aurat, terutama bagi muslimah, tidak menyerupai kampanye universal terhadap kewajiban-kewajiban lain menyerupai shalat dan puasa.

Untungnya, dunia sudah berubah, dengan majunya internet, hampir tidak ada lagi yang tidak benar-benar tahu wacana wajibnya menutup aurat bagi umat Islam, terutama muslimah. Hanya saja, masih banyak yang mengabaikan kewajiban ini, dengan banyak sekali alasan tidak masuk akal.

Lagipula, pakaian untuk menutup aurat banyak tersedia dalam banyak sekali ukuran dan warna yang beragam. Kita pun tidak lagi perlu keluar rumah membelinya di pasar-pasar atau di toko pakaian muslimah. Ada banyak pilihan toko-toko online yang tersebar di dunia maya, menyerupai Bukalapak, Shopee, Tokopedia, dsb. Cukup pilih yang sesuai selera.

Menutup Aurat, Mahasiswi Bercadar, Kebemasukan Hati Umat Islam

Seiring dengan berjalannya waktu, menutup aurat bukan lagi menjadi kewajiban semata. Dalam hal ini, ada sebagian orang yang menjadikannya sebagai tren atau ikut-ikutan saja. Bukan alasannya yaitu benar-benar ingin menutup aurat.

Di sisi lain, ada juga muslimah yang menentukan bukan spesialuntuk menutup aurat dengan berpakaian gamis dan jilbab, tetapi juga dengan menggunakan niqab atau cadar. Dan popularitas niqab ini berkembang pesat di kampus-kampus dan sekolah-sekolah Islam. Bahkan, di universitas-universitas negeri sekalipun, tidak susah lagi menjumpai muslimah-muslimah yang menutup aurat plus bercadar.

Pertanyaannya kemudian adalah, salahkah jikalau mahasiswi-mahasiswi di negeri ini, yang ialah muslimah, menentukan untuk menutup aurat sekaligus menggunakan niqab? Saya yakin, belum ada jawabanan masuk logika yang sanggup benar-benar menyalahkan perilaku ini. Kebanyakan spesialuntuk berdasar pada dorongan hawa nafsu semata.

Muslimah yang menutup aurat sekaligus menggunakan niqab yaitu hak pribadi yang diakui oleh bangsa ini bukan? Sama halnya dengan hak-hak mereka yang menentukan untuk berpakaian terbuka, baik dari kalangan non-muslim maupun sebagian umat Islam yang belum memperoleh hidayah Allah SWT untuk ber-Islam kaffah.

Oleh alasannya yaitu itu, saat ada oknum atau instansi yang mengatasnamakan pemerintah atau tidak, melarang muslimah yang memadukan niqab dan jilbab untuk menutup aurat, untuk menjalankan hak-hak masyarakat negaranya di negeri ini, maka tidak salah lagi, itu yaitu bentuk intoleransi dan kebodohan yang nyata.

Bukankah, Bhinneka Tunggal Ika itu yaitu legalisasi bahwa kita yaitu bangsa yang tidak sama-beda. mengapa kita tidak mendapatkan perbedaan itu dan membiarkannya berjalan dalam ranah dan ruang yang sepantasnya, tanpa ada niat sedikitpun untuk menyenggol-nyenggol hak-hak orang lain, apalagi hingga membatasi ruang gerak orang lain di republik ini.

Kurang apa lagi perilaku umat Islam di negeri ini. Sesudah melegowokan hati mendapatkan perubahan sila pertama Pancasila pada Piagam Jakarta yang berbunyi Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya menjadi Ketuhanan yang maha Esa, hingga detik ini,
tidak pernah ada umat Islam Indonesia yang melaksanakan boikot atau larangan kepada umat-umat lain yang setiap hari lalu-lalu lalang dengan pakaian terbuka, baik di jalan-jalan, di sentra perbelanjaan, maupun di TV-TV. Meski banyak dari agresi mereka yang disadari atau tidak sudah berhasil mencuci otak generasi umat Islam untuk tidak menyayangi tren menutup aurat, meski itu yaitu kewajiban.

Padahal, idealnya, umat Islam seharusnya murka dan setidak-tidaknya melaksanakan kecaman. Namun, lagi-lagi, umat Islam Indonesia terlalu baik. Mereka menentukan membisu dan menentukan meterbaikkan upaya preventif dan edukatif pada generasi mereka menghadapi kampanye-kampanye buka-bukaan aurat yang dipertontonkan secara tidak pribadi di 99% konten media massa.

Untuk membuktikannya pun sangat gampang, coba perhatikan iklan-iklan dan program TV mulai dari pagi hingga pagi, 99%-nya mengandung konten aurat terbuka, bukan? Belum lagi konten-konten di Media Cetak dan kini merambah ke dunia maya.

Menyikapi Mahasiswi Berjilbab dan Bercadar

Agar tidak hingga melukai hati umat Islam berlarut-larut, tidakboleh hingga bentuk intoleransi dan bentuk kebodohan aktual menyerupai melarang mahasiswi Islam bercadar itu terjadi dan terulang kembali.

Seharusnya perwujudan saling mendapatkan perbedaan dikedepankan secara optimal. Terutama, bagi mereka yang mengaku Islam cenderung moderat dan liberal, yang menganggap cadar atau bahkan menutup aurat bukan sesuatu yang perlu. Cobalah mengerti perwujudan Islam sebenarnya. Islam itu tidak seharusnya moderat, alasannya yaitu Islam itu ya Islam, dan syariatnya jelas!

Lebih-lebih lagi, jikalau pelarangan itu disuarakan oleh penguasa atau pemegang jabatan tertinggi di suatu instansi, termasuk dalam lingkup universitas.

Coba renungkan dan resapi dengan hati terdalam, bagaimana pendapat Anda andaikan tiruana pemegang jabatan tertinggi di negeri ini yang kebetulan ber-Islam kaffah, juga melarang bawahannya, atau mahasiswi-mahasiswinya yang non-Islam, termasuk muslimah yang belum mendapatkan hidayah, untuk buka-bukaan aurat di lingkungan instansi tersebut.

Pasti bunyi sumbang dan diberita intoleransi bakal merebak parah, dan lagi-lagi Islam dijadikan objek yang dipersalahkan.

Jadi, menyikapi mahasiswi berjilbab dan bercadar, sebaiknya bukan dengan melaksanakan pelarangan alasannya yaitu itu sama saja melarang umat Islam secara keseluruhan untuk meterbaikkan keimanan mereka.

Tidak tahukah Anda bahwa muslimah yang sebenar-benarnya berjilbab dengan cadar itu ada tujuannya. Jadi, sekali lagi, sebelum melarang, cari tahu dulu alasannya.

Kebijakan Intoleran Wajib Dihapus

Setiap kebijakan yang mengandung intoleransi menyerupai pelarangan mahasiswi Islam yang bercadar untuk kuliah di suatu kampus tidak cocok diberlakukan di negeri ini. Kampus yang memakainya pastilah bukan bersandar pada Islam yang sesungguhnya. Proses penyusunannya niscaya tidak mengandung kepercayaan baik. melaluiataubersamaini kata lain, kebijakan tersebut tidak valid dan tidak reliable dalam istilah penelitian.

Dan kebijakan tersebut seharusnya dihapus demi mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Bukan malah memaksakan kebijakan kampus untuk berlaku absolut. Dan ingatlah! Jangan memaksa Umat Islam Indonesia untuk berpola pikir moderat dan liberal, mereka spesialuntuklah ingin ber-Islam dengan bersandar pada syariat yang berterima, bukan pada hawa nafsu duniawi semata.

Umat Islam tidak pernah melarang lho oknum-oknum Islam yang berpola pikir moderat dan liberal untuk hidup dengan pemahamannya tersebut bukan? Walaupun jelas-jelas melenceng dari Islam sebenarnya.

Atau barangkali ada yang ingin membuat janji gres untuk saling melarang di ranah masing-masing? Moga-moga tidak, alasannya yaitu jikalau ya, sepertinya, perlu ada konsensus gres pada pondasi negara ini. Jika ingin moderat, silahkan, moderat untuk diri sendiri atau kaum sendiri. Jangan ganggu muslimah kami yang ingin ber-Islam kaffah.

Bercadar memang bukan kewajiban tetapi pilihan pribadi. Namun, Islam tidak menyalahkan itu, malah mendukung, terutama bagi muslimah yang ingin menjaga kemurnian aurat dan parasnya dari santapan lelaki bukan mahram. AR