Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Benturan Peradaban Islam Dengan Peradaban Barat

Sebab alasannya ialah terjadinya konflik antara peradaban Islam dengan Peradaban Barat terletak pada pertanyaan pertanyaan mendasar menyangkut kekuasaan dan kebudayaan. Siapa yang berhak memerintah?, siapa yang seharusnya diperintah?, perkara sentral dalam kaitan dengan perkara politik, sebagaimana ditetapkan oleh Lenin, ialah akar penyebab terjadinya kontes antara Islam dengan Barat. Sekalipun demikian terdapat konflik tambahan, yang bagi Lenin tidak begitu berarti, antara dua versi yang tidak sama terkena mana yang salah dan siapa yang benar, dan sebagai konsekuensinya, siapa yang salah dan siapa yang benar.
Hubungan kekerabatan tersebut lebih jauh dikeruhkan oleh sejumlah perkara substantif pada posisi yang saling bersebarangan. Secara historis, salah satu perkara utamanya ialah menyangkut kontrol wilayah terorial.
Namun hal itu sekarang tidak lagi menjadi perkara yang signifikan sembilan belas dari dua puluh delapan garis persinggungan konflik yang terjadi pada pertengahan 1980 an antara muslim dengan non muslim ialah antara umat Islam dengan Kristen. Sebelas diantarnaya dengan umat Nasrani ortodoks dan tujuh dengan para pengikut Nasrani Barat di Afrika dan Asia Tenggara. Salah satu konflik yang terjadi secara eksklusif di sepanjang garis persinggungan konflik antara Barat dengan Islam ialah konflik antara yang terjadi secara eksklusif di sepanjang garis persinggungan konflik antara Barat dengan Islam ialah konflik antara Kroasia dengan Bosnia, antara Amerika dengan Irak, berakhirnya imperalisme teritoreal Barat dan perluasan teritorial yang dilakukan umat Islam menjadi alasannya ialah timbulnya sebuah segregasi geografis yang terjadi di sebagian kecil wilayah Balkan. Yang secara eksklusif memisahkan batas-batas antara komunitas komunitas muslim dengan Kriten konflik yang terjadi antara Barat dengan Islam tidak begitu terserius pada perkara wilayah teritorial, tapi menyerupai proliferasi senjata, demokrasi dan hak asasi manusia, kontrol minyak, migrasi, terorisme Islam dan intervensi Barat.
Menurut Samuel P. Huntington Terdapat banyak sekali faktor yang menjadi alasannya ialah terjadinya konflik antara Islam dengan Barat pada selesai masa XX :
Pertama, pertumbuhan penduduk muslim yang begitu pesat mengakibatkan terjadinya banyak pengangguran dan mendorong bawah umur praktis masuk menjadi anggota kelompok Islamis. Melakukan tekanan terhadap penduduk sekitar dan bermigrasi ke Barat.
Kedua kebangkitan Islam mempersembahkan keyakinan gres di kalangan umat Islam terhadap tabiat dan keluhuran peradaban serta nilai-nilai yang mereka miliki dibanding peradaban serta nilai-nilai Barat.
Ketiga, upaya upaya Barat yang simultan untuk mempropagandakan nilai-nilai dan institusi-institusi mereka, mempertahankan superioritas kekuatan militer dan ekonomi yang terjadi di dunia Islam menjadikan “sakit hati: di kalangan umat Islam.
Keempat, runtuhnya Komunisme menjadi alasannya ialah timbulnya keyakinan akan adanya musuh bersama antara Islam dengan Barat dan melupakan permusuhan masa lalu.
Kelima, terjadinya kekerabatan dan percampuran antara orang-orang Islam dengan orang-orang Barat mendorong muculnya rasa identitas keduanya dan bagaimana membedakan antara satu dengan yang lain. Interaksi dan percampuran juga mempertajam perbedaan-perbedaan hak antara masing masing anggota peradaban dalam sebuah negara yang didominasi oleh anggota anggota yang berasal dari peradaban lain. Dalam masyarakat Islam maupun Kristen, toleransi mengalami degradasi secara tajam pada tahun 1980-1990-an.
Jhon L Esposito mengungkapkan bahwa ketakutan akan Islam bukanlah hal baru. Kecenderungan untuk menghakimi tindakan kaum muslim secara isolatif, menggeneralisasikan tindakan pihak tertentu sebagai tindakan keseluruhan, menyepelekan ekses sejenis yang dilakukan atas nama agama-agama dan ideologi-ideolog lain (termasuk atas nama demokrasi dan kebebasan. Dalam beberapa hal, perilaku Barat terhadap Komunisme tampak beralih ke ancaman baru, yaitu Fundamentalisme Islam.
Sadar akan adanya kecenderungan Barat yang memandang Islam sebagai ancaman, pelanggaran organisasi Islam, pemenjaraan para aktivis, dan pelanggaran hak asasi insan dilakukan dengan secara menyedihkan dengan dalih pelanggaran hak asasi manusia, dan terorisme.
Sebuah perang yang melibatkan negara-negara inti dari peradaban besar dunia sebagai sesuatu hal yang bisa terjadi, tapi tidak mungkin. Perang itu, sebagaimana sudah kita ketahui, berasal dari adanya sebuah garis persinggungan perang diantara banyak sekali kelompok yang berada dari peradaban yang tidak sama, dan yang paling sering melibatkan kaum muslimin dengan non muslim serta yang lainnya. Negara negara Islam saling berusaha mempersembahkan menolongan kepada masyarakat muslim yang dilanda konflik. Negara-negara yang memainkan tugas sekunder dan tertier tidak telalu melibatan diri di dalam konflik tersebut. Sebab yang lebih berbahaya dari perang global interperadaban ialah terjadinya balance of power di antara peradaban dengan negara inti.
Kegoyahan yang timbul akhir abadiahan dan penyerahan politik menjadikan kaum muslimin secara psikologis kurang bisa untuk secara konstruktif memikirkan kembali warisannya dan menjawaban tantangan intelektual dari pedoman modern melalui proses proses asimilatif kreatif, serta menghadapi Kristen, tantangan yang hadir langsung.
Amerika Serikat keluar sebagai pemenang bencana ini berulang kembali sebagai mitos kedigdayaan Amerika Serikat sebagai lambang supremasi dunia, setelah ambruknya Uni Soviet sebagai negara besar rival, dalam keadaan ekonominya yang berantakan. Berbarengan dengan itu, sudah menandakan ketidakmampuan faham Komunisme menjawaban tantangan perubahan zaman, yang terjadi justeru sebaliknya ialah kehancuran Komunisme, Melihat fakta ini, kaum Kapitalisme boleh bangga. Amerika Serikat bisa ponggah sebagai negara terkuat yang menerapkan faham
Liberalisme dalam sistem ekonomi Kapitalistik. Namun yang akan terjadi kemudian ialah runtuhnya negara Komunis Uni Soviet yang tiruanla diduga sebagai pertama terwujudnya perdamaian dunia yang sejati, dengan figur Amerika Serikat sebagai negara terkuat di dunia yang akan mengendalikan percaturan politik internasional, ternyata kalangan Barat justru berfikir sebaliknya, bahwa sudah timbul perkara gres yang lebih pelik dari sekedar merosotnya pamor Komunisme. Kekuatan ekonomi Barat yang didukung oleh faham Kapitalisme tidak bisa menjawaban perkara pergeseran ideologi alternatif dari Komunisme kepada Islam.
Citra Islam sebagai agama tergeser, diangap sebagai ideologi Islamisme yang perlu dibendung penyebarannya. Gerakan Islam yang Fundamentalis pada pedoman tidak mengenal kompromi. Serat dengan semangat keagamaan, bersikap keras terhadap kekaimasukan, militanisi mempertahankan prinsip keagamaan, dorongan jihat fisabilillah untuk menjadi syuhada berakibat mempersembahkan citra menakutkan terutama bagi masyarakat bukan Islam di negara-negara Barat.
Masyarakat Barat yang gandrung terhadap kebebasan, sudah melahirkan faham Liberal, yang mengagung-agungkan hak-hak asasi insan dan sistem demokrasi, sudah mencoreng sejarah perjalanan hidupnya sendiri dengan menanamkan faham Imperialisme Kolonialisme sudah merampas kebebasan bangsa-bangsa yang terjajah menginjak-injak hak asasi manusia, sehingga melahirkan kesengsaraan bangsa di banyak belahan dunia yang menjadi negara jajahannya.
Reaksi terhadap Barat tidak spesialuntuk sanggup kita lihat melalui pusat intelektual yang mendorong kebangkitan Islam, tetapi juga melalui perilaku sikap pemerintahan di negara negara Islam terhadap Barat. pemerintahan-pemerintahan paska kolonial, dalam kaitan dengan kebajikan luar negeri, umumnya mempunyai ideologi ideologi politik dan ekonomi serta kebijakan-kebijakan yang pro Barat. tumbuhnya gerakan gerakan anti western isme diikuti dengan meluasnya ancaman Islam terhadap Barat, terutama yang digerakkan oleh kelompok Islam yang dipicu oleh adanya angapan Barat bahwa Islamlah melancarkan proliferasi nuklir, terorisme, dan membanjirya imigran petang di Eropa.
Bagi Barat, yang menjadi ganjalan utama bukanlah fundamentalisme Islam, tetapi Islam itu sendiri, sebuah peradaban yang masyarakatnya tidak sama dengan kebudayaan mereka yang diyakini mempunyai keunggulan dan terobsesi dengan inferioritas kekuatan mereka. Bagi Islam yang menjadi perkara bukan CIA atau Departemen Pertahanan AS tapi Barat. Sebuah peradaban yang tidak sama dimana mayarakatnya menyakini universalitas serta keluhuran kebudayaan mereka. Jika mereka mengalami kemunduran, terdapat belum sempurnanya yang mengharuskan mereka membuatkan kebudayaan mereka di seluruh dunia. Itulah alasannya ialah yang memicu terjadinya konflik antara Barat dengan Islam.
®
Kepustakaan:
RM Burrell, Fundamentalisme Islam, (Pustaka Pelajar; Yogyakarta, 1995). A. Jainuri , Dkk, Islam dan Modernisme, (Usaha Nasional; Surabaya, 1965). Jhon L Esposito, Ancaman Islam Atau Mitos Atau Realitas ?, (Mizan; Bandung, 1994). Fazlur Rahman, Islam, (Pustaka; Bandung, 2000). Ernest Gellner, Menolak Posmodernisme (Antara Fundamentalisme Fundamentalisme Religius, (Mizan; Bandung, 1994). Henry S. Lucas, Sejarah Peradaban Barat Abad Pertengahan, (Tiara Wacana; Yogyakarta, 1993).