Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal Gelombang Otak Dan Prosedur Gelombang Otak

Kemajuan teknologi dalam bidang elektromedik sudah memungkinkan untuk mengadakan penelitian tentang gelombang listrik otak. Gelombang otak dibedakan berdasarkan frekuensi menjadi 4 macam yaitu: gelombang delta (0,5 Hz s/d 3,5 Hz), gelombang theta (3,5 Hz s/d 8 Hz), gelombang alpha (8 Hz s/d 13 Hz), dan gelombang beta (13 Hz s/d 30 Hz). Rekaman gelombang listrik otak dikenal dengan nama electroencephalogram.
Gelombang alpha mendapat perhatian khusus dalam penelitian-penelitian terkena gelombang otak manusia. Gelombang alpha dihubungkan dengan keadaan alpha, suatu keadaan dimana seseorang merasa relaks dan tenang. Keadaan alpha diharapkan untuk mengakses otak bawah sadar dan pikiran bawah sadar mulai terbuka. Pada keadaan alpha ini seseorang masih sadar, sehingga beliau dengan sadar bisa memakai kekuatan dari pikiran bawah sadar. Bila seseorang mempunyai kadar tinggi dari gelombang alpha yang hebat, suatu materi kimia dikeluarkan oleh otak yang disebut beta-endorfin. Ditegaskan adanya pengeluaran peptida ini mempengaruhi tiruana sel dalam tubuh, yang meningkatkan kemampuan badan untuk pulih kembali dari kelelahan dan memerangi infeksi.
Alvan Goldstein sudah menemukan semacam zat morfin alamiah yang ada pada diri manusia, yaitu dalam otak insan yang disebut endogegonius morphin atau yang sering disingkat dengan endorphin/ endorfin. Dijelaskan Subandi, bahwa kelenjar endorfina dan enkafalina yang dihasilkan oleh kelenjar pituitrin di otak ternyata mempunyai imbas yang seolah-olah dengan opiat (candu), sehingga di sebut opiat endogen.
Menurut Kastama, dkk zat yang seolah-olah dengan morfin yang dihasilkan oleh badan dengan rumus kimia C17H19NO3 disebut endofina dan encephalina yaitu yang dihasilkan oleh kelenjar hipofese di otak. Berdasarkan keterangan beberapa hebat ini sanggup disimpulkan bahwa dalam diri insan sudah memepunyai zat semacam morfin yang mempunyai fungsi kenikmatan (pleasure principle).
Haryanto mengatakan, apabila seseorang memasukkan atau kemasukan Zat morfin ke dalam tubuh, contohnya mereka yang menyalahgunakan narkotika; berarti beliau dengan sengaja memasukkan morfin ke dalam tubuhnya, maka akan terjadi penghentian produksi endorfin. Apabila dilakukan penghentian morfin dari luar secara mendadak, contohnya ia berhenti dari menyalahgunakan narkotika, ternyata badan tidak sanggup dengan segera memproduksi endorfin tersebut. Untuk memproduksi endorfin tersebut sanggup dimenolong dengan acara semacam meditasi.
Pada ketika kita dalam keadaan sadar normal (terjaga) otak kita memancarkan gelombang betha, suatu ritme yang cepat dan tidak beraturan, yang umumnya mempersembahkan indikasi bahwa jiwa dalam keadaan kacau atau tidak tentram, inilah juga yang terjadi ketika kita mengpertamai acara meditasi. Apabila keadaan berlanjut maka gelombang otak akan menjadi semakin halus dan berkembang menjadi gelombang theta, sementara kesadaran berada pada posisi suprakesadaran tingkat rendah (low level superconcious) atau theta state. Dalam keadaan ini gelombang otak melemah dan meditator dalam keadaan hampir terpulas, mimpi dan terhipnotis berat.
Dalam gelombang tersebut, juga bekerja prosedur persepsi di luar indra ESP atau extra sensory perception. ESP yakni istilah umum yang dipakai untuk kemampuan untuk memperoleh isu tentang pelbagai insiden yang berada di luar jangkauan panca indra yang normal. Sesudah mencapai tingkat ini maka energi theta meningkat dan daya psikis yang luar biasa terhimpun di dalam jiwa meditator. Para bijaksana dan ilmuan menyampaikan bahwa jiwa meditator berada di dalam suatu dinding kesadaran yang tidak terbatas sehingga ia dipenuhi atau dibanjiri oleh ide-ide kreatif dan kebahagiaan terdalam.
®
Kepustakaan:
Rita L. Atkinson, dkk, Pengantar Psikologi, terj. Dr. Widjaja Kusuma, (Batan Centre: Interaksara, t.th). Sentot Haryanto, Psikologi Shalat Kajian Aspek-aspek Psikologis Ibadah Shalat, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2002). Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Business: Membiasakan Berbisnis Secara Etis Dan Sehat, terj. Basyrah Nasution, (Bandung: Mizan, 2002). Ruslani, Tabir Mistik Alam Gaib dan Perdukunan dalam Terang Sains dan Agama, (Yogyakarta: Tinta, 2003).