Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengalaman Gaib Muhammad Iqbal

Pengalaman gaib Muhammad Iqbal yaitu sebuah fakta pengalaman yang penuh makna, perlu kiranya mempelajari aspek psikologis yang bekerjasama dengan ciri-ciri tertentu yang melibatkan jenis kesadaran tertentu dimana simbol-simbol indrawi pengertian-pengertian dari fatwa pribadinya yang ajaib maupun diskursif tampak dihapuskan.
Mungkin saja ada unsur hiperbolik di dalam bait-bait syairnya, namun fakta tetap menyampaikan bahwa Muhammad Iqbal yaitu salah satu mistikus yang bisa menghadirkan pemahaman terhadap banyak sekali duduk perkara yang sebelumnya masih samar atau memang disembunyikan.
Muhammad Iqbal menolak postulasi bahwa rasio atau intelek, dengan keyakinannya kepada persepsi-inderawi sebagai satu-satunya jalan pengetahuan, sanggup memenuhi kebutuhan manusia. Dia memperingatkan biar waspada terhadap versi-versi gaib yang banyak tersebar seperi perilaku anti dunia dan negasi-diri.
Iqbal yaitu seorang filsuf yang sudah mempersembahkan perhatian pada persolan-persoalan mistik. Disini Iqbal memiliki impian untuk menstrukturkan pengalaman mistik, sehingga risikonya orang awam pun bisa memahami apa itu pengalaman mistik. Upaya untuk menstrukturkan pengalaman gaib tersebut, ditempuh Iqbal dengan mencirikannya menjadi beberapa sifat khas.
Pertama: pengalaman gaib dialami oleh seseorang secara langsung. Dalam hal ini tidak ada bedanya dengan pengalaman-pengalaman terhadap obyek lain. Seseorang mengenal Tuhan menyerupai ia mengenal obyek-obyek lain. Menurut Muhammad Iqbal, Tuhan bukanlah kesatuan matematik atau suatu sistem pengertian-pengertian timbal balik yang bekerjasama satu sama lain dan tidak ada sangkut pautnya dengan pengalaman.
Kedua: keseluruhan pengalaman gaib tidak sanggup diuraikan, tetapi bukan berarti pengalaman tersebut tidak rasional. Menurutnya, suasana gaib dan kesadaran rasional yaitu kenyataan yang sama, sehingga yang teruraikan spesialuntuk sebagian kecil saja. Ketiga: pengalaman gaib yaitu dikala penggabungan diri dengan yang Maha Menyeluruh. Untuk sementara dan seketika Dzat yang Maha Menyeluruh tersebut menekan kepribadian subyek yang mengalami. Muhammad Iqbal menyatakan isi suasana gaib sangat obyektif, tidak spesialuntuk dipandang sebagai persembunyian ke dalam subyektifitas murni.
Keempat: suasana kekerabatan pribadi dengan hal tersebut lebih bersifat perasaan dari pada pikiran, klarifikasi terhadap orang lain spesialuntuk bisa sebatas proposisi semata, sedang isi serta suasana pengalaman gaib tidak sanggup diceritakan. Seperti dalam al-Quran, diberikut ini yaitu unsur psikologisnya (yang bisa diceritakan), sedang isi dari pengalaman tersebut tidak sanggup diceritakan.
Meskipun perasaan itu bersifat psikologis semata, namun berdasarkan Iqbal pengalaman gaib memiliki muatan kognisi. Ia memakai bahasa analogi untuk megampangkan mengungkap maksud yang ia maksudkan, yaitu perasaan sakit, kalau seseorang dipukul keras sampai ia pingsan. Tentu ia tidak merasa kesakitan tapi hal tersebut bisa dimengerti. Sesudah orang itu sadar tentu ia akan bilang “uh sakit”. Kata “uh sakit” tersebut yaitu penggambaran sebagian kecil dari rasa sakit yang dialami subyek, tidak secara keseluruhan. melaluiataubersamaini dasar itulah maka Iqbal yakin, alasannya yaitu adanya unsur kognisi tersebut pengalaman gaib sanggup terpelihara ke dalam bentuk ide.
Kelima: pengalaman gaib bersifat sementara dan segera menghilang. Mengingat keunikan pengalaman gaib tersebut, maka pengalaman gaib tetap bekerjasama dengan pengalaman biasa. melaluiataubersamaini kata lain Iqbal ingin menyampaikan bahwa pengalaman gaib sama nyatanya dengan pengalaman lain, pengalaman gaib tidak bisa diobatkan spesialuntuk alasannya yaitu ia tidak sanggup dibawa ke serapan indera.
®
Kepustakaan:
Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Kanisius, Yogyakarta, 1995). Dewi Candraningrum “Pengantar Penterjemah” dalam M. Iqbal, Ziaroh Abadi, (Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2000).