Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Sosiologi Agama

Definisi Goddijn berbunyi sebagai diberikut: Sosiologi Agama ialah potongan dari Sosiologi Umum (versi Barat) yang mempelajari suatu ilmu budaya empiris, profan dan positif yang menuju kepada pengetahuan umum, yang jernih dan niscaya dari struktur, fungsi-fungsi dan perubahan-perubahan kelompok keagamaan dan gejala-gejala kekelompokan keagamaan. Kedua, Sosiologi Agama ialah suatu cabang Sosiologi Umum yang mempelajari masyarakat agama secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan niscaya demi kepentingan masyarakat agama itu tersendiri dan masyarakat luas pada umumnya.
Pada pertamanya, pengertian sosiologi spesialuntuklah ilmu yang mengkaji masyarakat. Pembelaan dan efek Durkheimlah yang mengakibatkan Sosiologi menerima daerah dalam kehidupan modern, mulai dari dilema pemerintah, ekonomi, pendidikan ataupun forum-forum diskusi umum yang lain, mulai dari kampus hingga program talk show di televisi. Menurutnya, spesialuntuk sosiologilah yang akan sanggup memmenolong memahami gejolak masyarakat yang bergerak di atas kaki mereka sendiri. Durkheim meyakini bahwa moralitas yang mengatur relasi seseorang dengan orang lain dan menjadi patokan bagi seluruh anggota kelompok tidak sanggup dipisahkan dari agama. Moralitas dan agama bahkan juga tidak sanggup dipisahkan dari kerangka sosial. Kita tidak sanggup memahami keduanya tanpa memperhatikan konteks sosial, sehingga setiap kali konteks tersebut berubah, maka agama dan moralitas pun akan berubah.
Segi-segi penting yang hendak ditonjolkan dalam definisi itu antara lain: (1) Sosiologi Agama ialah cabang dari Sosiologi Umum. (2) bahwa Sosiologi Agama ialah sungguh ilmu sebagaimana Sosiologi Umum ialah benar-benar suatu ilmu. (3) Tugasnya, mencari keterangan ilmiah.
Sosiologi juga bertujuan mendeskripsikan masyarakat dan fungsinya sekonsisten mungkin. Para sosiolog pertama berusaha memdiberi ciri terhadap kedua hal yang silih berganti berlangsung di depan mata mereka.Yaitu antara komunitas masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Menurut pandangan sosiolog, agama yang terwujud dalam kehidupan masyarakat ialah fakta sosial.
Sebagai suatu fakta sosial, agama dipelajari oleh sosiolog dengan memakai pendekatan ilmiah. Disiplin ilmu yang dipergunakan oleh sosiolog dalam mempelajari masyarakat beragama itu disebut Sosiologi Agama. Sosiologi Agama ialah suatu cabang ilmu yang otonom, muncul sekitar selesai kurun ke. Pada prinsipnya ilmu ini sama dengan Sosiologi Umum, yang membedakannya ialah obyek materinya. Sosiologi Umum membicarakan tiruana fenomena yang ada pada masyarakat umum, sedangkan Sosiologi Agama membicarakan salah satu aspek dari banyak sekali fenomena sosial, yaitu agama dalam perwujudan sosial.
Seorang jago Sosiologi Agama di Indonesia, Hendropuspito, menyatakan : “Sosiologi Agama ialah suatu cabang dari Sosiologi Umum yang mempelajari masyarakat agama secara Sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah yang niscaya demi kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnya.”
Untuk megampangkan lebih baiknya kita tampilkan definisi Sosiologi Umum yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat secara empiris untuk mencapai aturan kemasyarakatan yang seumum-umumnya. Pengertian itu menerangkan: apa itu Sosiologi; apa fungsinya; bagaimana cara bekerjanya. Kalau Sosiologi Umum bertugas mencapai aturan kemasyarakatan yang (berdaya laku) seluas mungkin bagi kehidupan masyarakat umumnya; maka Sosiologi Agama bertugas mencapai keterangan-keterangan ilmiah ihwal masyarakat agama khususnya.
Fokus Sosiologi Agama Durkheim ialah fungsi yang dimainkan agama dalam menjembatani ketegangan itu dan dalam menghasilkan solidaritas sosial, menjaga kelangsungan masyarakat saat dihadapkan pada tantangan yang mengancam kelangsungan hidupnya baik dari suku lain, orang-orang yang menyimpang atau pemberontak dari dalam suku itu sendiri, maupun dari peristiwa alam. Agama menyatukan anggota suatu masyarakat melalui deskripsi simbolik umum terkena kedudukan mereka dalam kosmos, sejarah dan tujuan mereka dalam keteraturan segala sesuatu. Agama juga mensakralkan kekuatan atau hubungan-hubungan yang terbangun dalam suku. Oleh sebab itu, agama ialah sumber keteraturan sosial dan moral, mengikat anggota masyarakat ke dalam suatu proyek sosial bersama, sekumpulan nilai dan tujuan bersama.
®
Kepustakaan:
D. Hendro Puspito, O. C. Sosiologi Agama, (Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI),Yogyakarta, dan B. P. K. Gunung Mulia, Jakarta, 1983). Hartini, G. Kartasapoetra, Kamus Sosiologi dan Kependudukan, (Bumi Aksara, Jakarta, 1992). Anthony Giddens dkk., Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya, Terj. Ninik Rochani Sjams, (Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2004). Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Penerbit P. T. Rosda Karya, Bandung, 2000). Daniel L. Pals, Dekonstriksi Kebenaran Kritik Tujuh Teori Agama, Terj. Inyiak Ridwan Muzir, M. Syukri, (IRCiSoD, Yogyakarta, 2001).